Mark tidak tahu bagaimana awalnya ia bisa begitu dengan beraninya menawarkan diri untuk mengajarkan gitar pada seorang gadis yang baru ia temui dua kali, padahal dirinya tidak tahu apa - apa sama sekali tentang gadis itu kecuali namanya dan tentunya ketertarikan gadis itu pada gitar dan memotret.
Bahkan manager hyung dan juga Haechan sudah memperingati dirinya jika mungkin saja gadis ini adalah seorang sasaeng fans tapi Mark kini malah tengah menunggu gadis itu di depan gang menuju ke studio musik milik ayahnya , tempat yang paling pas untuk dirinya bisa mengajarkan gitar kepada Ari.
Tentu saja ia tidak bisa mengajar di studio milik SM apalagi di dorm 127 bukan? Karena hingga saat ini pun tidak satupun orang yang tahu tentang ini kecuali ayah Mark dan mungkin Ibunya yang kemungkinan besar sudah tahu karena diceritakan oleh ayahnya.
"Hi!! Eh, maksudku.. Annyeonghaseyo"
Mark yang sedari tadi sibuk melihat ke handphonenya menoleh ke arah Ari yang sudah berada tepat dihadapannya saat ini.
"Annyeonghaseyo.. lewat sini"
Jawab Mark sembari memimpin langkah berjalan ke gang menuju ke studio ayahnya.
"Apa kau selalu berpenampilan seperti ini?"
"Ne?"
Tanya Mark yang bingung dengan pertanyaan Ari. Dia merasa sepertinya tidak ada yang salah dengan penampilannya selama ia bertemu dengan Ari. Hanya memakai kaus, celana jeans ataupun celana training.
"Kau selalu memakai topi bahkan ketika kau berada di dalam gereja waktu itu"
"Ahhh.. aku hanya suka memakai topi"
Tentu saja Mark bohong, ia selalu memakai topi agar orang - orang tidak terlalu mengenalinya dan juga tentu saja karena rambutnya sedikit berantakan jika tidak tertata seperti ketika ia di panggung atau shooting.
"Masuklah"
Mark membuka studio kecil milik Ayahnya dan mempersilahkan Ari untuk masuk. Studio milik ayah Mark, yang bekerja sebagai pelatih vokal, itu memang tidak besar. Tentu saja sebelumnya Mark sudah menyuruh ayahnya untuk melepas semua foto Mark yang ada di tembok studio maupun di meja.
Mark menyuruh Ari duduk dan secara natural Mark duduk tepat di seberangnya untuk memudahkan dirinya mengajar Ari. Setelah sekitar hampir satu jam lamanya mereka memutuskan untuk beristirahat sebentar. Kebetulan beberapa menit lalu Ibu Mark masuk dan mengantarkan dua gelas jus semangka ditambah dengan tuna sandwich untuk mereka berdua.
"Bolehkah aku bertanya sesuatu?"
Tanya Ari pada Mark yang sedang meneguk jus semangka miliknya.
"Tentu saja, apa yang mau kau tanyakan?"
"Kau lahir tahun berapa? Maaf jika pertanyaanku mungkin tidak sopan, hanya saja aku merasa kita perlu sedikit mengetahui satu sama lain supaya kegiatan mengajar gitar ini tidak terlalu kaku"
"It's okay, aku lahir tahun 99"
"Wah jinjja?? Aku juga lahir tahun 99! Ternyata kita seumuran! Kau melanjutkan kuliah dimana?"
Mark terdiam mendengar pertanyaan Ari. sebagai seorang idol tentu saja sulit untuk melanjutkan kuliah, terlebih lagi dirinya yang masuk kedalam 2 unit sekaligus.
"Aku.. aku belum memutuskan untuk kuliah tahun ini"
"Emm, waeyo?"
"Aku belum tahu mau mengambil jurusan apa"
Jawaban Mark bohong tetapi tentu saja Ari tak tahu bahwa itu hanyalah alasan yang dibuat oleh Mark.
"Memang benar, sulit memutuskan jurusan apa yang kita ambil. Lagipula kita baru saja lulus tahun ini jadi tidak perlu terburu-buru"
"Kau sendiri? Kau sedang berkuliah?"
"Aku baru memulai kuliahku November nanti. Sebenarnya aku baru saja kembali dari Korea awal tahun ini. Aku pindah ke Paris sejak aku masuk SMP"
"Ahh.. pantas saja.. "
Ucap Mark spontan yang langsung membuat Ari bingung.
"Ne? Apanya yang pantas saja?"
"Ne? Ahh.. ani, aniyo!!"
"Hmph! Kiyowo.."
Ari tidak dapat menahan tawanya melihat ekpresi Mark yang baginya terlihat lucu barusan.
"Ne? Apanya yang kiyowo?"
"Ekpresimu! Kau terlihat begitu panik"
Mark menundukkan kepalanya, entah mengapa ia merasa sedikit tersipu demgan perkataan Ari barusan.
Sebenarnya ucapan spontan Mark terlontar tanpa ia sadari karena kini semua menjadi masuk akal jika Ari tidak tahu siapa dirinya yang sebenarnya.
Jika gadis dihadapannya ini berkata jujur, maka wajar saja dirinya yang sudah 6 tahun lamanya tinggal di Paris tidak mengetahui Mark. Apalagi Mark baru debut sekitar 2 tahun lalu dan juga sepertinya mereka belum sepopuler itu di Eropa.
"Anyway, aku tahu kita baru belajar sekitar 1 jam tapi aku rasa kau bisa mengajar dengan baik. Cara mengajarmu mudah sekali dipahami"
"Aniyo.. aku rasa kau juga cukup cepat tanggap"
"Eeyyyy! Kau tidak perlu memujiku balik hanya karena aku memujimu"
"Aku serius! Aku pernah mengajar beberapa member, tidak semua secepat tanggap kau"
Ari mengerutkan keningnya. Sepertinya ia salah mendengar ucapan Mark barusan. Mengajar beberapa member? Member apa?
"Member? Maksudmu..? "
Ingin rasanya Mark mengutuk dirinya sendirinya. Tanpa sadar ia teringat masa ketika ia masih trainee dan baru debut. Tentu saja Mark yang sudah bergabung dengan SM sejak 2013 itu dan juga sudah lama belajar gitar, terkadang mengajarkan member lain yang masuk ke SM setelah dirinya.
"Maksudku.. member... member.. member studio ini!"
"Member studio ini? Orang yang belajar musik di studio ini?"
"Ne, itu maksudku"
"Tck! Seperti tempat gym saja yang memanggil pelanggannya member"
"Lalu aku harus menyebut apa? Pelanggan juga bukan kata yang tepat kan?"
Tiba-tiba saja Mark yang sebenarnya masih kurang dalam bahasa Korea ini jadi bertanya-tanya apa sebutan yang pas untuk mereka yang datang ke studio milik ayahnya.
"Tentu saja pelajar!"
"Tapi terkadang mereka tidak datang kesini untuk belajar. Beberapa dari mereka sudah pandai bermusik dan hanya meminjam studio yang kosong"
"Benar juga.. lalu kita harus menyebut mereka apa?"
Mark memperhatikan Ari yang sama sepertinya, tiba-tiba menjadi serius dengan pembicaraan yang sebenarnya sudah cukup melenceng. Dahi Ari bahkan sampai berkerut dan bahkan menghentikan aktivitasnya mengunyah tuna sandwich karena gadis itu begitu serius berpikir membuat Mark tiba-tiba saja tertawa menimbulkan tatapan dari Ari.
"Sorry.. Hahahaha.. aku hanya merasa lucu karena tiba-tiba saja kita jadi serius tentang hal sepele seperti ini"
Dan hal yang lebih lucu lagi bagi Mark adalah karena sebenarnya keduanya sudah lama tinggal di luar negeri, tentu saja bahasa Korea keduanya tidak cukup baik dan mereka malah membahas tentang bahasa Korea. Tapi Mark tidak mengatakan pikirannya pada Ari karena hingga sekarang Ari tidak tahu jika dirinya bukan orang Korea.
"Kalau begitu bagaimana jika kita lanjutkan saja belajar gitarnya. Aku harus segera pergi pukul 3 nanti"
Ari melirik sekilas pada jam tangan kulit berwarna pink pastel ditangan kanannya. Hanya tersisa 45 menit lagi sebelum jam 3 sore.
"Oke"
Ari segera mengikuti Mark mengambil gitar kembali.
"Anyway, aku rasa kau cocok menjadi pemusik. Mungkin kau bisa memikirkan mengambil kelas musik untuk kuliahmu"
"Emm.. akan ku pikirkan"
Tanpa sadar Mark tersenyum mendengar perkataan Ari. Kini ia semakin yakin jika Ari memang tidak mengetahui siapa Mark sebenarnya.
****
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight Rain | Mark Lee
FanfictionHe was sunshine, I was midnight rain He wanted it comfortable, I wanted that pain He wanted a bride, I was making my own name Chasing that fame . . Aku tersenyum mendengar lagu itu, lagu itu mengingatkanku pada seseorang, Mark Lee. Dia adalah bintan...