Dihadapan mereka layaknya tak nyata, seorang anak bertubuh kecil tengah berbaring memejamkan mata tampak tak terusik sama sekali ketika sebuah sentuhan terus melayang pada pipi tirusnya yang memar.
Bajunya sudah diganti, tubuh bagian atas di biarkan terbuka begitu saja terlilit oleh kain kasa setelah membersihkan luka cambuk yang cukup parah, sepertinya bukan kali ini saja Aksara mendapatkan perlakuan kasar secara fisik, hal itu bisa dilihat dari banyaknya bekas luka yang ada disekitaran tubuh anak itu.
Roseana tak henti menangis haru melihat bagaimana wajah Aksa yang sangat mirip dengan putra bungsunya, namun Anthony masih sangat denial bahkan pria itu tak sudi untuk masuk sekedar menemui Aksara melihat bagaimana rupa putra bungsunya, sebelum hasil tes DNA itu keluar Anthony tak akan mau untuk mengakui orang asing itu sebagai bagian dari keluarga Mahendra.
Tapi Calvin tetap pada pendiriannya, ia meyakini bahwa Aksara adalah adiknya, perdebatan saat tadi Calvin membawa Aksara pulang juga membuat seisi mansion geger, sebab dikeluarga Mahendra hanya Calvin lah yang jarang sekali berbicara apalagi dengan ayah namun sekalinya berdebat tak akan ada yang bisa memisahkan, keduanya sama-sama keras kepala.
Marka memberikan satu gelas air pada ibunya yang langsung diterima baik oleh Rose.
"Aku yakin dia anakku, batin ini terus berkata bahwa dia memang putra bungsuku"
Tangan Marka tak henti mengusap lembut pundak ibunya teratur berusaha memberikan ketenangan.
"Tapi kenapa Anthony tidak mempercayai ku?"
"Apa dia benar-benar menginginkan anak bungsunya mati?"
"Kenapa dari dulu dia selalu beranggapan bahwa Aksara sudah tiada? Kenapa Anthony begitu tak menyukai Aksara?"
Karena sedari dulu sejak kelahiran Aksara yang hampir membuat Rose merenggut nyawanya, Anthony membenci kehadiran anak bungsunya itu, Aksara terlahir prematur berbeda dari kakak-kakaknya, tubuh Aksa terlahir dengan bobot yang sangat kecil bahkan Marak ingat ia pernah mengatakan kalau Aksa hanya sebesar botol minuman.
Kala itu Ibu sempat kritis, kondisinya terus memburuk dan setelah membaik kondisi ibu tak pernah sepenuhnya pulih apalagi ketika mengatahui kalau Aksara terlahir prematur dan harus di rawat dalam waktu yang cukup lama.
Anthony memang tak pernah menunjukkannya secara terang-terangan, namun setelah Aksa berusia 1 tahun semua perbedaan terlihat jelas, Anthony kerapkali mengucilkan putranya, bahkan ketika Aksa menghilang di usia 3 tahun pria itu tampak sangat santai dan percaya pada polisi begitu saja, tak pernah lagi mau berusaha untuk mencari anak bungsunya.
"Mungkin ayah masih syok, dia juga terlihat antara percaya dan tak percaya kalau Aksa masih hidup"
Marka berusaha menenangkan, pintu kamar dibuka terlihat dua anak kembar yang menghampiri mereka dengan nafas tersenggal.
"Aku tak menyangka dia benar-benar mirip dengan Aksara, Aksara adik kita" ucap salah satu dari mereka melihat dengan jelas bagaimana wajah Aksa dari dekat
"Shhhhh...."
Ringisan kecil keluar dari bibir mungilnya, Aksara mengerjap pelan anak itu melihat banyak sekali orang yang mengelilinginya, namun Aksa hanya menghela nafas pelan kemudian kembali memejamkan matanya.
"Mimpi jelek banget, masa iya bangun-bangun udah dirumah mewah"
Terdengar sedikit melantur, Rose terkekeh kecil tangannya menyentuh pelan pipi Aksa membuat Aksa kali ini melotot tak percaya.
"Kau tidak bermimpi nak"
"Anjing!" Umpatan keras membuat Rose sedikit terkejut, wanita itu tak menyangka jika putranya berani mengumpat dan mengenal kata-kata kasar.
KAMU SEDANG MEMBACA
AKSARA MAHENDRA
Roman pour AdolescentsAksa anak kelas 1 SMP yang tak mempunyai siapapun didalam hidupnya kecuali ibu tiri yang selalu menyiksanya, hingga ia bertemu dengan keluarga Mahendra memperlakukan Aksa layaknya berlian •Haruto treasure•