5. fakta?

2K 211 15
                                    

Pagi telah tiba namun rantai yang membelenggu kakinya belum dibuka, Aksara hanya dibiarkan kekamar mandi untuk membersihkan badan sebentar dan harus kembali berbaring diatas tempat tidur.

Sungguh ia ingin pulang dan segera menemui ibunya, ia takut ibu akan marah dan menghukumnya namun orang-orang aneh itu masih saja terus mengurungnya.

Ceklek!

Mulutnya akan terbuka jika yang masuk Calvin namun ternyata dugaannya salah, yang masuk kedalam kamarnya saat ini adalah seorang pria dewasa memiliki tubuh kekar serta tatapan mata datar yang menusuk.

Aura disekitarnya begitu suram, Aksa bahkan tak bisa untuk sekedar menelan ludah.

Pria itu berdiri tak jauh dari tempat tidur Aksa, mengamati dengan jelas bagaimana wajah serta postur tubuh Aksa.

"Kecil sekali, bagaimana mungkin Rose bisa berpikir kalau dirimu adalah anak kami?"

Degup jantung Aksa semakin terdengar ribut, ia merasa suasana mendadak mencekam, lehernya seolah dicekik kuat dan Aksa tak bisa membuka mulutnya.

Tangan Anthony menyentuh lembut pipi halus Aksara, pria itu duduk dipinggir tempat tidur.

Mengamati bagaimana wajah yang disebut Rose mirip dengan anak mereka yang hilang dulu.

"Om kenapa liatinnya gitu banget?"

Akhirnya bibir Aksa berhasil terbuka, anak itu beringsut menjauh ketika Anthony semakin menatapnya tajam, tangan kekar pria dewasa itu bahkan mencengkram erat rahangnya membuat desisan terdengar.

"Hasil tes DNA akan keluar nanti malam dan jika kau bukan anakku maka bersiap-siaplah-"

Anthony melepaskan cengkeramannya, pria itu menggerakkan tangannya seolah memotong leher "Kau tak akan bisa keluar dari tempat ini hidup-hidup, aku akan membunuhmu!"

Glek!

Tubuh Aksara bergetar hebat ketika melihat Anthony yang mengeluarkan senjata tajam, anak itu meringis ketika melihat bagaimana ujung senjata menancap diatas nakas samping tempat tidur.

"Keluarga Mahendra harus memiliki mental yang bagus, bukan mental tempe yang lembek sepertimu!"





*********



"Sayang lihat Bunda bawa sarapan untuk kamu"

Rose datang membawa nampan berisikan sarapan untuk putranya, ia membuka pintu kamar Aksara yang dijaga oleh empat bodyguard sekaligus dari luar, wanita itu memperhatikan Aksara yang tengah berbaring mengarah kesamping.

"Loh, pisau siapa ini?"

Rose buru-buru mencabut pisau yang ada didekat tempat tidur putranya, melihat ada banyak darah yang ada dipisau itu Rose tentu saja panik.

Ia segera membuka selimut putranya memastikan kalau itu bukan darah Aksara, namun saat dibuka sekitaran bagian bawah sudah basah.

Rose melihat kearah atas, namun tak ada bolongan, tidak mungkin juga bocor kan?

"Sayang, kamu pipis dek?"

Rose melihat wajah Aksara yang bersemu merah, ada jejak air mata yang sudah mengering sepertinya putranya habis menangis, ia tahu kalau ini pasti kelakuan suaminya.

Rose tanpa rasa jijik sama sekali membantu Aksa berbaring, wanita itu membuka belenggu rantai yang mengikat sebelah kaki Aksa.

"Ganti pakaian dulu ya nanti kamu gak nyaman, biar Bunda yang bersihkan tempat tidurmu"

AKSARA MAHENDRA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang