Prolog

57 6 0
                                    

Cerita ini didukung oleh kegiatan Rampung Naskah bersama fabullius_id.

°

°

Seorang laki-laki dengan buku catatan kecil di tangannya bersandar pada kursi restoran yang sengaja dipesannya di area outdoor. Mata lentik, rahang tercetak jelas, kulit kecokelatan serta lesung pipi yang samar-samar terlihat saat laki-laki itu merapatkan bibirnya.

Malam seakan-akan hanya sebuah warna hitam saja tanpa ada rasa kebahagiaan, suara keramaian serta tawa seperti suara nyamuk yang mengganggu. Laki-laki itu menatap sebuah jembatan yang menyatukan dua daratan dengan cahaya lampu kendaraan yang bergerak di sana.

Rasa kekecewaan yang mendalam dari masa lalu memang sulit dihilangkan, ataupun hanya sekedar tak terlintas untuk beberapa saat saja.

Suara pecahan gelas terdengar jelas dari dalam restoran yang membuat laki-laki itu membuka matanya melihat kaca tembus pandang yang tepat di belakangnya dari luar. Matanya melebar saat melihat seorang gadis berkali-kali menundukkan kepalanya untuk meminta maaf kepada seorang pelayan yang sedang membersihkan pecahan gelas di lantai.

“Maaf, Kak. Aku nggak sengaja,” kata gadis itu. Baju putihnya terdapat noda kecokelatan karena terkena tumpahan minuman yang dibawa sang pelayan.

“Leta?” Bhaskar beranjak dari duduknya mengikuti langkah kaki gadis berbaju putih tersebut yang cepat keluar dari restoran.

Merasakan ada hal aneh di belakangnya, gadis itu langsung melirik sebuah kaca besar toko di sisi jalanan untuk melihat belakangnya. Dia hanya melihat seorang laki-laki yang turut berhenti saat langkahnya terhenti juga dan tidak ada rasa curiga mengenai laki-laki tersebut.

Dia melanjutkan langkah kakinya lebih cepat menuju sebuah jembatan yang tidak terlalu ramai kendaraan dan terlihat lega saat di jembatan tersebut, seolah-olah beban pikirannya terjatuh saat di sana.

Namun, setelah menghela nafas lega yang tidak dapat diartikan oleh seorang laki-laki yang sejak tadi mengikutinya. Gadis itu meletakkan tas kecilnya dan menaiki sisi jembatan dengan raut wajah pasrah.

“MAU NGAPAIN LO!”

Bhaskar menarik pinggang gadis berbaju putih tersebut saat gadis itu bersiap untuk melompat. Karena tarikannya terlalu kuat, itu membuat paha gadis itu sedikit terlihat olehnya. Dia langsung geram dan menampar pipi Bhaskar dengan keras.

Jujur saja, tamparan gadis itu membuat pipi Bhaskar panas karena saking kerasnya. Tapi laki-laki itu tidak mengindahkan tamparan tersebut, justru ia menarik gadis itu ke pelukannya yang membuat sang empu terkejut.

“NGAPAIN LO? MESUM? LEPASIN GUA, ORANG GILA!” Gadis itu memberontak dengan segala cara, bahkan dia mencengkeram bahu Bhaskar yang di mana kuku-kukunya akan menusuk kulit laki-laki itu.

Tidak ada pergerakan lainnya selain laki-laki itu semakin mengeratkan pelukannya. Dia langsung menendang tulang kering kaki Bhaskar yang membuat laki-laki itu langsung melepaskan pelukannya dan memegangi kakinya yang kesakitan.

“Kok lo tega ke gua sih, Ta?” tanya Bhaskar.

Gadis itu membenarkan rambutnya dan menatap Bhaskar dengan geram. “Ta siapa? Dan lo juga siapa? NGGAK PUNYA SOPAN SANTUN! Tampangnya doang ganteng, tapi sopan santunnya minus.”

Bhaskar langsung mengejar gadis berbaju putih tersebut saat gadis itu berlari meninggalkannya. Tapi hanya beberapa langkah saja, rasa sakit di kakinya semakin terasa yang membuat Bhaskar menghentikan aksinya.

“LETA!” teriak Bhaskar, saat pandangannya memburam sebab dia rabun jauh.


••••

Bersambung.

Instagram: wp.kelorai
X: KelorAi
Tiktok: kelorai

THERESIA MY CARNATION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang