TMC1. Lari

39 5 0
                                    

Seorang gadis bernapas terengah-engah seraya berlarian kencang menuju gerbang yang akan tertutup. Tidak jauh darinya, terdapat seorang laki-laki yang mengayuh sepeda dengan kacamata yang ia kenakan.

"Aduh, Neng. Kenapa terlambat di saat hari Senin? Makin lama nanti hukumannya," ucap penjaga gerbang tersebut sembari menghampiri gadis yang menundukkan kepalanya seraya mengontrol pernapasannya, penjaga gerbang itu pun melirik laki-laki yang baru saja menghentikan sepedanya di belakang gadis itu, "Dan kamu yang di belakang boleh masuk duluan."

Gadis itu langsung menoleh ke belakang dengan pandangan mata yang bertabrakan dengan Bhaskar. Keduanya saling terkejut, bahkan ia memundurkan dirinya beberapa langkah.

"Lo-"

Suara gerbang yang terbuka menghentikan Bhaskar untuk berbicara karena saking kerasnya suara gerbang besi itu dibuka.

Tampak Theresia terdiam dengan pandangan mata yang menatap Bhaskar. Laki-laki itu sempat tersenyum tipis ke arahnya sebelum menatap penjaga gerbang. Dan alis gadis itu naik saat pikirannya jatuh pada aksi dirinya yang semalam akan melakukan hal konyol di sebuah jembatan.
Laki-laki itulah yang menarik dirinya agar tidak terjun dari jembatan tersebut.

Padahal jika dirinya berhasil melakukan aksi tersebut, mungkin sekarang ia sudah ditemukan hanyut dan tidak akan ada di sini dengan berseragam sekolah serta dalam keadaan terlambat.

"Biarkan saya mendapatkan hukuman pada murid yang biasa terlambat, Pak," kata Bhaskar.

"Tapi-"

"Saya juga murid biasa, jadi jangan beda-bedakan saya dengan murid yang lainnya," sahut Bhaskar sembari melirik gadis di depannya.

Tiba-tiba ada seorang wanita berkerudung dengan membawa buku yang biasa wanita itu bawa untuk mencatat nama-nama murid yang terlambat.

"Lho? Bukannya kamu Bhaskar, ya?" tanya wanita itu.

Bhaskar sedikit menundukkan kepalanya sebagai tanda hormat dan menjawab, "Iya, Bu. Selamat pagi."

"Pagi juga. Theresia? Tumben kamu terlambat?" Wanita itu melihat gadis di depan Bhaskar yang bernama Theresia sembari menuliskan nama gadis itu di bukunya.

"Saya bangun kesiangan, Bu," jawab Theresia yang menundukkan kepalanya.

"Bhaskar, kamu boleh masuk dan untuk Theresia silakan berdiri di sisi barat lapangan dengan hormat pada bendera hingga upacara dibubarkan. Kamu juga nggak boleh langsung kembali setelah upacara selesai, tunggu saya menghampiri lalu memberikan kamu izin untuk memasuki kelas."

Theresia yang mendengarnya pun menghela napasnya pasrah. "Baik, Bu."

"Saya juga harus mendapatkan hukuman yang serupa, Bu," pinta Bhaskar sembari melirik Theresia.

"Tap-"

"Tidak ada murid yang istimewa di sini, jadi jangan beda-bedakan saya dengan murid yang lainnya."

••••

Mata menyipit, rasa panas yang tidak terlalu menusuk kulit namun cahayanya sangat menyilaukan mata. Berdiri tegak sambil hormat pada bendera sang merah putih yang berkibar dengan cantiknya di atas sana.

THERESIA MY CARNATION Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang