Bab 2 Saling memperkenalkan Diri

42 8 1
                                    

PERTEMUAN HARI INI AKAN MENJADI PERTEMUAN FAVORIT GUE
_FAREL IKHSAN PRATAMA

***

Dinda duduk di bangku panjang dengan kesal di sebuah taman, taman itu bernama Taman Jln Indah. Sesuai dengan namanya, taman itu memang sangat amat indah. Karena ini bukan hari minggu, jadi sepi pengunjung.

Sejak tadi mulut Dinda komat-kamit dengan tatapan kesal. "Kesal banget gue, cuman lambat lima menit doang gue langsung di suruh berdiri di tiang bendera. Mana panas banget, bangsat!" Lihat mulut nya mulai toxic lagi.

Karena hawanya terlalu panas tangan gadis itu tanpa sadar mengambil botol minuman yang berada di sampingnya. "Ini punya siapa ya?" Ia melirik kesana kemari, tapi tidak ada orang yang dia lihat.

"Gue minum deh, kayaknya aman, masih tersegel soalnya." Botol minum itu terbuka, tapi gadis itu masih ada rasa ragu untuk meminumnya. "Aman nggak ya? Bodo amat dah, keburu mati kehausan gue." Dalam sekejap botol yang tadinya terisi ful sekarang tinggal setengah.

Gadis itu mengelap sekitar mulutnya dari sisa minuman tadi. Kini dahaganya sudah teratasi. "Gue masih kesal sama tuh guru, gue sumpahin ban mobilnya meledak kalau nggak dia kebelet berak terus nggak ada wc umum biar cepirit sekalian, biar mampus!" Mungkin rasa kesalnya sudah diujung dunia, sampai mulutnya menyumpah sarapai gurunya dengan keji.

"Jahat banget tuh mulut kalau udah benci." Dinda mengadahkan kepalanya ketika laki-laki dengan seragam sekolah biru putih berdiri sambil bersedekap dadah di depannya, dengan tiba-tiba.

"Lo lagi," ucap Dinda terkejut.

"Emang kenapa? Ada masalah sama gue?" tanya Pria dengan wajah coolnya sambil mengangkat alisnya satu.

Dinda memutar matanya kesal. "Lo jauh-jauh deh, lagi kesal gue."

"Emang ini tempat punya nenek moyang lo?"

Dinda membuang nafas lelah, dia semakin kesal sekarang. "Bukan milik nenek moyang gue, tapi gue yang duluan duduk di sini," cetusnya.

"Lo duluan?" Laki-laki itu lalu menunjuk botol minuman yang masih di tangan Dinda. "Minuman itu milik gue, dan jaket itu juga milik gue." Tangannya beralih menunjuk jaket hitam yang ada di samping Dinda.

Dinda terkejut juga malu, ketika melihat jaket di sampingnya itu. Maksudnya, sejak kapan jaket itu ada di sana? Perasaan waktu dia duduk jaket itu tidak ada di sana, jangan-jangan itu jaket jelangkung. Itu yang ada dalam pikiran Dinda sekarang.

Dinda berdiri segera, sambil cengegesan. "Sorry ya, gue nggak perhatiin kalau ada jaket orang di sini. Maklum, gue habis emosi hehe."

"Lain kali kalau mau duduk perhatiin dulu, ada barang orang apa nggak," nasehat orang itu. Dengan tatapan Dingin, menatap Dinda.

"Lagian ini tempat umum lo ninggalin barang sembarangan, kalau di ambil orang gimana?" Dinda sedikit cerewet.

Laki-laki itu memasukkan tangannya kedalam saku celananya. "Gue habis dari Wc, hilang pun gue bisa beli lagi," jawabnya santai.

Dinda memijat pelipisnya, kepalanya pusing seperti sedang berjedag-jedug. "Untuk mempersingkat waktu, gimana kalau gue ganti minuman lo aja? Oh, sama uang lo yang waktu malam itu gue pinjam." Orang yang berdiri di depannya itu tidak menjawab, sedangkan Dinda lanjut untuk sibuk mencari lembaran uang di tas sekolahnya.

Ikhsan Farel PratamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang