Haven memasukan barang-barang ke bagasi mobil. Saat ini dia dan keluarganya akan pindah ke kota, karena suatu alasan.
Sebenarnya Haven enggan pindah dari sini, rasanya berat sekali. Banyak kenangan yang begitu berharga di kampungnya ini.
Haven akan merindukan semuanya, termasuk para sahabatnya yang selalu mengajak dia tidur di mesjid.
"Haven? Sudah siap semua nak?."tanya Arni, Ibu Haven.
"Alhamdulillah, sudah Bu."jawab Haven.
Arni mengangguk, kemudian mereka masuk kedalam mobil dan pergi ke tempat tujuan.
Dalam perjalanan, Haven membaca Al-Qur'an kecilnya dengan volume lumayan keras. Hingga kedua orang tuanya bisa mendengar, mereka hanya menikmati lantunan ayat yang Haven baca.
Suara Haven begitu merdu, hati mereka menjadi tenang saat mendengarnya.
Terhitung sudah tiga jam perjalanan yang mereka tempuh, akhirnya mereka sudah sampai.
Rumah yang ditempati tidak begitu besar, ataupun kecil. Rumah itu terlihat indah dan sejuk, banyak bunga-bunga dihalaman.
Haven dan Aryo menurunkan barang-barang dan memasukkannya kedalam rumah.
"Maa Syaa Allah, rumahnya sejuk sekali. Ibu dan Bapak pandai memilih rumah."ucap Haven saat melihat halaman.
Arni tersenyum senang melihat wajah putranya berseri. "Hahah, tentu saja. Ibu kan menyesuaikan dengan kepribadian mu, pastinya Ibu akan memberikan apapun yang membuat kamu nyaman."
Haven ikut tersenyum, dan berterima kasih. Bersyukur memiliki Ibu dan Bapak pengertian seperti mereka.
Hati Aryo menghangat melihat keluarga kecilnya tersenyum bahagia, terima kasih kepada Yang Maha Kuasa, atas segala nikmat yang telah Dia berikan.
Setelah beres-beres, mereka makan lalu sholat.
0•0
Haven sudah siap dengan seragam, dan tak lupa peci hitam kesayangannya.
Dalam hati sudah tidak sabar untuk bersekolah di sekolah yang baru, dan mendapatkan teman baru.
Haven berjalan ke ruang makan, disana dia menemukan Ibunya yang tengah menata piring. Sedangkan Ayahnya belum terlihat.
"Bapak kemana, Bu?."tanya Haven seraya menduduki salah satu kursi.
"Bapak masih di masjid, kenapa kamu ga ke masjid sama Bapak? Tumben banget."jawab sekaligus tanya Arni.
"Aku bangun kesiangan, Bu. Mungkin karena kecapean."ucap Haven.
Arni mengangguk paham. Tak lama Aryo datang, lengkap dengan sarung dan peci.
"Assalamu'alaikum."salam Aryo begitu sudah dekat dengan meja makan.
"Wa'alaikumussalam, makan dulu Pak."
Singkat cerita, mereka selesai makan. Haven bersiap untuk berangkat sekolah. Haven menggunakan motor vespa dan tak lupa selalu membawa peci kemanapun dia pergi.
Setelah sampai di sekolah, Haven segera memarkirkan motornya. Melepas helm, kemudian memakai peci.
Baru saja akan melangkah, Haven melihat para siswi yang memakai rok diatas lutut, dan baju ketat hingga membentuk lekuk tubuh.
Buru-buru Haven menundukkan kepala, sambil berucap istighfar dalam hati.
"Astaghfirullah, Ya Allah. Kenapa siswi disini memakai rok begitu pendek? Ya Allah, maafin Haven. Ya Allah, maafin Haven."batin Haven yang kalut.
Haven kembali melanjutkan jalannya menuju ruang kepala sekolah, dengan kepala yang agak naik, dan pandangan lurus. Berusaha untuk tidak menatap lawan jenis.
Setiap kaki laki-laki itu melangkah, orang-orang menatap dirinya.
Wajah Haven terbilang sangat tampan dan terkesan lembut, wajar saja dia menjadi pusat perhatian. Ditambah dengan peci yang dia kenakan, membuatnya menjadi topik hangat.
"Eh eh eh, liat siapa tuh?."
"Anjir, ganteng banget."
"Tapi kayaknya dia cowok alim deh, liat aja dia pake peci."
"Gue sebenernya alergi cowok alim sok suci, tapi berhubung dia ganteng, boleh lah."
"Yee, yang ganteng selalu nomor satu buat lo."
"Maa Syaa Allah, jodoh gue baru nyampe."
"Bangun. Masih pagi, udah halu aja."
Karena tidak tau dimana ruang kepsek, Haven memutuskan untuk bertanya pada segerombolan siswa.
"Assalamu'alaikum."salam dari Haven membuat para siswa yang tadinya mengobrol, kini memperhatikan dia.
Mereka menatap Haven dari atas hingga bawah, dengan pandangan menilai.
"Wa'alaikumussalam, napa?."ucap salah satu dari mereka.
"Ruang kepala sekolah disebelah mana?."tanya Haven tanpa basa-basi.
"Oh, lo ikut gue. Bro, gue pergi dulu."setelah berpamitan pada teman, laki-laki tersebut pergi, diikuti Haven.
"Lo anak baru dari mana?."tanya laki-laki itu.
"Saya dari desa."jawab Haven.
"Oh. By the way, nama gue Riza Pradeza. Lo bisa panggil gue Riza."ucap Riza memperkenalkan diri.
"Saya Haven Abigeo, salam kenal."balas Haven.
"Hm. Nah itu ruangannya, lo tinggal masuk aja."Riza menunjuk ruangan didepannya.
Haven mengangguk dan tak lupa mengucapkan terima kasih, disertai senyum lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
Haven Abigeo
Random[BUKAN BL] ⚠️ Diharapkan membaca tagar dan deskripsi sebaik mungkin, saya sedikit mengambil dari kejadian dilingkungan sekitar. Tegur jika saya salah ⚠️ 0•0 Haven, adalah seorang pemuda yang taat agama. Haven tinggal di desa namun pindah ke kota. Ha...