01

131 14 9
                                    

Haven sudah sampai di depan kelas, ditemani oleh Kepala sekolah.

Kepsek itu mengetuk pintu, tak lama seorang Guru keluar. "Eh, ada murid baru, Pak?."tanya Guru tersebut.

Kepsek mengangguk membenarkan. "Iya, Bu. Kalau begitu saya permisi dulu."

"Baiklah. Ayok masuk, nak."ajaknya.

Haven memasuki kelas, semua pandangan menyorot kearahnya. Agak gugup sebenernya, apalagi Haven tau jika anak kota orang-orang sedikit kasar.

"Perhatian anak-anak, kita mendapatkan teman baru. Silahkan perkenalkan dirimu."ucap Guru itu.

Pandangan Haven mengedar, tak lama setelahnya menunduk saat melihat banyaknya siswi yang tidak memakai kerudung. Apalagi dengan mengenakan pakaian ketat.

"Astaghfirullah. Cobaan apa lagi ini, Ya Allah. Semangat Haven, kamu pasti bisa."batin Haven mencoba menguatkan diri.

Mengangkat kepalanya, dan menatap lurus tembok. "Assalamu'alaikum teman-teman, perkenalkan saya Haven Abigeo. Semoga kita bisa berteman baik."

Perkenalkan singkat yang mampu membuat para gadis menjerit.

Bagaimana tidak? Penampilan Haven begitu menarik. Mengenakan seragam rapih, almamater yang terlihat cocok di tubuh Haven. Oh, jangan lupakan peci hitam yang menambah kesan wah itu.

Baru kali ini mereka menemukan orang yang memakai peci ke sekolah.

Wajah Haven yang begitu tampan, namun memiliki kesan lembut. Jika melihat dia, orang-orang akan langsung berpikir 'soft boy'. Suaranya juga sangat lembut, kalem dan menenangkan. Perpaduan yang cocok.

"Gila gila gila!!! Ganteng banget cok."pekik seorang siswi berbando pink.

"Lo bener Ky, suaranya itu loh adem banget didenger."sahut temannya.

"Aduh, sopan banget masuk ke telinganya."timpal siswi lain.

"Siap-siap bakal ada tukang ceramah dadakan."ucap siswa yang berpenampilan urakan.

"Bener. Tipe-tipe orang sok suci, yang bakal komentarin semuanya."tambah yang lain.

"Kenapa dia masuk ni kelas elah."ucap siswa lain.

Sepertinya kesabaran Haven akan benar-benar diuji, baru pertama sudah melelahkan seperti ini. Tak apa, dia yakin jika Allah sudah merencanakan hal yang baik dibalik semua ini.

"Sudah-sudah, jangan ribut. Nak Haven, perkenalkan nama Ibu Sesa. Silahkan kamu duduk bersama Riza, Riza angkat tangan kamu."Sesa–Guru Bahasa Inggris menunjuk kearah Riza yang tengah mengangkat tangan.

"Baik, terima kasih."Haven berjalan kearah bangkunya, kemudian duduk.

Riza tersenyum lebar. "Wih ketemu lagi kita, bro."

"Iya."Haven membalas dengan senyuman juga.

"Sekarang kerjakan tugas dari halaman 35 sampai 38, lalu bla bla bla..."

0•0

Pelajaran sudah berakhir, waktunya untuk istirahat. Para murid laki-laki berhamburan keluar, sedangkan untuk siswinya mengerubuni bangku Haven dan Riza.

"Hai, Haven. Kenalin gue Kiky."ternyata siswi yang berteriak tadi bernama Kiky, lebih tepatnya Kikylia Putri.

Bersama kedua temannya yang bernama Silvana Salea, dan Vida Demanda.

Siswi lain tak ingin kalah, mereka saling mendorong untuk lebih dekat dengan Haven. Haven merapatkan tubuhnya pada Riza, takut bersentuhan dengan lawan jenis.

Melihat ketidaknyamanan kawan barunya, Riza menggebrak meja hingga membuat suasana hening. "Enyah lo semua bangsat, lo ga liat wajah Haven tertekan gini? Pergi lo semua, dasar buaya betina."

Antara senang dan kaget yang Haven rasakan. Senang karena Riza membantunya, tapi kaget karena kata-kata yang dia lontarkan cukup kasar.

Para siswi melihat wajah Haven, mereka tak menemukan raut tertekan. Malah raut tenang yang ada. Namun meskipun begitu, mereka memilih pergi. Takut kena amuk Riza, si siswa badung di SMA Bulan ini.

"Astaghfirullah. Riza, jangan mengucapkan kata-kata kasar."tegur Haven. Riza hanya berdehem singkat.

"Yuk, girls. Kita ngantin, dadah Haven sayang."Kiky pergi diikuti kedua sahabatnya, tak lupa memberikan kedipan mata genit.

Lagi-lagi Haven beristighfar, mengusap wajahnya kasar. Kemudian melirik jam tangannya, waktu sudah menunjukkan pukul 10.15.

Haven segera membereskan buku-buku, memasukkan kembali kedalam tas. "Riza, kamu tahu dimana letak masjid?."

Dahi Riza mengkerut bingung. "Mau apa lo nyariin masjid?."

"Untuk sholat lah, apalagi?."

"Yaelah, belum masuk Dzuhur ini.  Mau sholat apa lo?."tanya Riza.

"Sholat Dhuha. Ayok kita sholat bareng-bareng, waktunya juga lumayan banyak."jawab dan ajak Haven.

"O–oh iya, sholat Dhuha ya. Gue entar aja deh, sini gue tunjukan jalannya."Riza segera melenggang pergi, dia tidak ingin mendengar perkataan Haven lagi.

Haven yang peka terhadap sikap Riza, hanya tersenyum lembut. "Astaghfirullah, Riza Riza."

Sesampainya di masjid, Haven segera mengambil wudhu. Lalu masuk kedalamnya.

Riza hanya duduk menunggu diluar, sembari mengabari temannya.

Tidak lama kemudian, teman-teman Riza datang.

"Widih, tumben banget lo ke masjid. Biasanya kalau ga disuruh bokap, ga bakal mau lo."sindir Giro Fadegi.

"Ho'oh, ada angin dari mana lo tiba-tiba kesini?."timpal Gema Wahyudi seraya tertawa.

Sedangkan Veru Xeloza hanya diam, dia adalah laki-laki yang dingin dan malas berbicara terlalu panjang.

Riza mendengus malas. "Gue cuma nunjukin Haven masjid doang."

"Haven? Siapa dah?."tanya Gema penasaran.

"Mubar."ucap Riza singkat.

"Oh, cowok ganteng tadi kan?."perkataan Giro membuat mereka semua menatapnya lekat.

"Ke–kenapa liatin gue begitu dah."Giro tersenyum kaku.

"Gir, lo ga homo kan?."ucap Riza.

Giro membelalakkan matanya, kemudian memukul kepala belakang Riza. "Ya kagak lah gila. Mana mungkin cowok secakep gue homo, sorry-sorry aja nih, gue mah masih suka yang bohay-bohay."

"Kirain. Abisnya lo muji dia ganteng sih."Riza mengusap kepalanya yang berdenyut denyut.

"Emang salah kalau gue muji ganteng?."

"Salah sih enggak, cuma agak gimana gitu. Lo tau kan sekolah kita banyak kaum pelangi. Gue takutnya lo ke ikut belok."ucap Gema.

"Kagak lah gila."

"Riza."Suara Haven membuat mereka teralihkan. Mata mereka sampai menyipit begitu merasakan aura positif dan membuat tenang, menguar dari tubuh Haven.

"Buset, aurany positif sekali epribadehh."gumam Gema dan Giro bersamaan.

Riza bangkit dari duduknya, menghampiri Haven yang sedang memasang sepatu. "Eh udah keluar lo?."tanyanya sekedar basa-basi.

Meskipun basa-basi nya sudah basi, Haven tetap menjawab dengan tenang. "Alhamdulillah, sudah."oww, jangan lupakan 'senyum lembut' yang menjadi ciri khasnya.

"Oke. Kuy cabut, entar di kantin aja perkenalannya."

Haven Abigeo Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang