Chapter 3 - Sunyi

17 9 5
                                    

Warning!!! Terdapat bahasa Jawa akut hehe. Tapi tenang, ada translate nya kok.... cuss dibaca

Jangan lupa vote dan komennya ya🥰🥰

★★★★

Hembusan asap rokok menari-nari di udara lalu terbang terbawa angin yang kencang. Sedari tadi yang Zahy lakukan hanyalah menyesap rokok dan memandang kebawah, dimana semua lampu-lampu jalanan pada malam hari di ibu kota Surabaya tampak begitu indah. Balkon apartemen menjadi saksi atas kegelisahannya malam ini.

Memikirkan apa yang akan ia lakukan jika sang adik tidak mau menemuinya lagi. Beribu-ribu cara lelaki itu lakukan agar adiknya mau memaafkan serta mau ikut pulang bersama nya. Arkam Bahi Pradipta, adik bungsu Zahy yang sangat ia sayangi. Zahy harus bisa mendapatkan maaf dari Arkam agar ia bisa bertemu dengan ibunda nya lagi. 1 tahun sudah cukup untuk menerima hukuman yang ia lakukan, membuat sang adik gila hingga masuk ke Rumah Sakit Jiwa. Mengetahui hal itu ibunda Laura tak mau lagi bertemu dengannya sebelum Arkam mau memaafkan apa yang Zahy lakukan terhadap adiknya itu.

Lelah memikirkan hal itu, Zahy memilih beranjak dari tempatnya, membuang batang rokok terakhir yang sudah habis di sesap nya. Mengambil pakaian santai dalam lemari lalu bergegas mencari kacamata kesayangan nya itu.

Zahy menaiki motor dengan kecepatan tinggi, membentang jalanan menuju rumah sakit jiwa menemui sang adik tercinta. Mau tak mau ia harus bisa mendapatkan maaf dari Arkam agar ia bisa bertemu dengan ibunda lagi.

~~~

"Ngapain lo kesini?", belum sempat melepaskan helm pada kepalanya, ia sudah mendapat pertanyaan tak mengenakan dari Arkam. Zahy yang berada ditempat hanya mampu menghela nafas berat lalu bergegas turun dari motor menghampiri Arkam yang tengah duduk disebelah seseorang.

Jika dilihat, seseorang disamping Arkam cukup tampan, siapa dia? Ganteng-ganteng kok masuk RSJ? Apa nggak salah tempat? Haishh,,, kembali ke dua bersaudara.

"Mumpung gue libur. Gue kan gak bisa balik ke rumah bunda".

Arkam hanya memandang Zahy dingin dari tempatnya duduk. Ia lalu berdiri hendak mengambil langkah pergi, "gue belum bisa maafin lo! Jadi gausah berharap!!".

"ARKAM!! ga bisa apa kasih gue kesempatan?? Mau sampai kapan lo kayak gini ke gue??".

"Sampai lo minta maaf dari lubuk hati lo!!".

Zahy hanya bisa melihat punggung adiknya yang sudah semakin jauh. Ahh... ia ingin menyerah saja rasanya,  apa se fatal itu perbuatannya? Rupanya ia memang belum bisa menjadi kakak yang baik untuk Arkam.

"Rokok bang?", ujar pria yang tadi duduk disamping Arkam sambil menawarkan se putung rokok ditangannya membuat Zahy menoleh lalu memilih ikut duduk disampingnya di kursi Arkam tadi.

"Mbonten mas", Zahy menjawab sembari mengusap kasar wajahnya. Ia lelah dengan hal ini. (Tidak kak)

"Ealah,,, iso boso jowo jebule", pria itu kembali menyesap rokoknya. (Bisa bahasa Jawa ternyata)

"Pasien oleh rokok ta mas?"(pasien boleh rokok kak?), mendengar hal itu membuat pria disampingnya membelalakkan matanya. "Ngece mu lo mas. Mosok wong ganteng koyok aku pasien RSJ. Aku seng jogo mas!" (Jangan ngejek kak. Masa orang ganteng kayak aku pasien RSJ. Aku yang jaga mas!), terangnya tidak terima dikatai seorang pasien oleh Zahy. Bukan salah Zahy mengira seperti itu, pasalnya pakaian yang dikenakan oleh pria itu terlihat sama dengan yang dipakai oleh Arkam tadi. Tidak salah kan? Ia hanya mengira loh hehe.

"Sepurane mas, gak weruh aku hehe" (maaf kak, aku nggak tahu), Zahy menggaruk tengkuknya yang tidak gatal merasa bersalah karena secara tidak langsung ia mengatai pria disampingnya ini orang gila.

"Ardhan, itu nama gue. Capek juga pake bahasa Jawa". Ya, Ardhana Paramudya bukan orang asli Surabaya melainkan orang Jakarta. Ia bekerja menjadi perawat rumah sakit jiwa Surabaya hanya untuk sementara. Setelah selesai dengan pekerjaannya disini, Ardhan akan kembali ke kota kelahirannya untuk melanjutkan pendidikan yang sempat tertunda selama 2 tahun lamanya. Ia rasa sudah cukup baginya mengumpulkan uang untuk berkuliah nanti.

"Zahy. Gue cabut deh, masih banyak kerjaan. Duluan ya! Btw, gue kuliah di Universitas Malanda. Gue tunggu ya!". Ardhan hanya terbengong mendengar ucapan Zahy. Ia lalu melihat Zahy yang sudah pergi entah kemana. Ardhan hanya berpikir, bagaimana Zahy bisa tahu bahwa ia akan kuliah nantinya. Apakah dia cenayang?

~~~

Gadis berambut sebahu itu mendongakkan kepalanya menatap lekat langit malam yang menurutnya menenangkan. Terlalu lama menatap hingga membuat lehernya pegal, ia akhirnya menurunkan pandangannya, namun sebelum itu ia dibuat terkejut mendapati wajah seorang pria sudah berada didepannya membuatnya reflek menampar pipi pria itu, "kak!! Ngagetin aja sih!".

"Aduhh!! Sakit Lesa!", keluh pria itu. Raden Pralangga, pria dengan sejuta pesonanya yang mampu menarik perhatian banyak kaum hawa tapi tidak untuk Lesa wkw. Lesa hanya ingin Elzahy seorang. Raden sudah menganggap Lesa seperti adiknya sendiri karena memang sedari dulu ia ingin memiliki seorang adik perempuan. Adanya Lesa cukup membuat Raden bisa merasakan menjadi seorang kakak. Ia juga mengetahui akan perasaan Lesa yang menyukai Elzahy, teman se tongkrongannya itu.

Ingin hati melarang Lesa agar tidak menyukai temannya, takut jika hal itu mampu melukai hati sang gadis cantik ini. Namun, ia masih sadar diri akan posisinya sekarang. Yang bisa Raden lakukan hanya berdoa agar Lesa baik-baik saja.

"Ngapain disini malem-malem?? Gue antar pulang ya?". Tawar Raden sambil melirik sekitar taman bermain yang menurutnya cukup sepi. Lebih baik ia mengantar gadis ini pulang takut ada apa-apa terhadapnya dengan tempat sepi ini. Lesa menganggukkan kepalanya tanda bahwa ia juga ingin pulang.

~~~

Sunyi, sepi adalah hal yang didapat ketika Lesa membuka pintu rumahnya yang sudah 5 tahun ia tinggali seorang diri. Hanya rumah berlantai 2 itulah satu-satunya milik Lesa setelah kedua orang tuanya meninggal karena kecelakaan yang tragis. Rumah itu sudah tak sehangat dulu, sudah tak se harmonis dulu, banyak kenangan-kenangan indah yang tersisa. Terbayang ketika ia berteriak mengucap selamat pagi kepada kedua mama dan ayahnya, terbayang bagaimana sang ayah yang mengajak untuk menonton bersama hingga larut malam membuat mama marah dan tidak memperbolehkan ayahnya tidur dikamar.

Tanpa sadar Lesa menangis dalam diam, terduduk dilantai setelah menutup kembali pintu rumahnya. Ia rindu mama dan ayah, ia rindu dipanggil putri kecilku, ia rindu dimarahi berjam-jam oleh mamanya. Lesa lelah, jika boleh sekali saja ia ingin pulang ke maha kuasa. Ia ingin ikut bersama mama dan ayahnya.

Setelah puas dengan air matanya, Lesa beranjak dari duduknya berjalan menuju kamar lalu merebahkan diri hingga tertidur pulas. Ia tidak lupa bahwa ia harus bekerja besok.

~~~~

Chapter 3 selesai yeyyy....

Jangan lupa bangunkan Lesa ya teman-teman hehe

Kita akan berjumpa di chapter 4

See you👋👋




Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 12, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Dear Elzahy Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang