2

10 3 0
                                    

Enjoy!

~~~

"Ada apa Kiara?"

Kiara memasukkan kedua kakinya ke dalam air. Duduk di atas jembatan kayu yang ada di belakang rumahnya, dengan sebuah buku sketsa di pangkuannya yang berisi separuh gambar.

Pikirannya kalut. Memikirkan tawaran yang dia terima siang tadi untuk menghadiri pameran di ibukota.

Itu berarti dia harus terpisah dari Samudra.

"Tenanglah" riak air seakan-akan mengusap kakinya. Menenangkan Kiara yang kini beradu dengan pikirannya sendiri.

"Aku takut" bisiknya. Bagaimana nanti dia bisa menatap mata orang lain? Dia tidak perlu berbasa-basi dengan orang lain. Cukup tatap matanya, maka Kiara bisa tau apa yang dipikirkan orang itu.

"Cukup tenangkan dirimu lebih dulu"

"Bisakah kamu membantuku bersembunyi?" matanya menatap air. Lampu temaram yang ada di tepi jembatan menampilkan pantulan wajahnya di air.

Meskipun malam, air pantai tidak terasa dingin. Justru membuatnya merasa tenang.

Asella sudah tidur, dia memilih menginap dan menitipkan mobilnya di hotel yang ada di dekat pantai untuk menemani Kiara dan memastikan jika Kiara tidak kabur.

"Tidak. Kamu bisa menghadapi semua ini. Kamu hebat, Kia"

Pensilnya terjatuh. Dan tidak butuh waktu lama untuk naik kembali ke permukaan. Dibantu oleh Samudra.

Jika ada orang lain yang melihat, mereka akan menganggap Kiara gila, penyihir, memelihara setan, dan lainnya.

Kiara menggores lanjutan sketsanya. Dengan pensil yang tidak basah sama sekali. Dia mendesain pakaian sederhana untuk ke pameran itu. Pakaian yang membentuk seperti rangkaian ombak. Berwarna biru pucat, putih, dan sentuhan silver.

"Aku ingin membawamu" ucapnya sendu. Bagaimana cara agar dia bisa membawa Samudra bersamanya? Kiara tau itu adalah ide tergila yang pernah dia pikirkan.

Tapi tanpa Samudra, Kiara tidak bisa hidup. Separuh jiwanya berhasil dimiliki Samudra.

"Kalau begitu bawalah aku" Samudra berkata ceria, "Kamu bisa membawaku, asal tidak terlalu lama"

"Caranya?" Keningnya mengernyit halus. 

Kedua matanya menengadahm, menatap langit malam. Bulan bersinar terang sempurna di atas sana. Kiara mengangkat kakinya. Menyusuri jembatan kayu tanpa menggunakan alas kaki. Berpikir. Lalu sedetik kemudian dia mendapatkan jawabannya.

"Apakah akan berhasil?"

~~~

Asella baru terbangun dan melihat Kiara sudah tidak ada di kasur. Bisa saja perempuan itu tidak tidur di kasur malam tadi dan memilih berjalan-jalan di jembatan kayu lalu tertidur di sofa depan.

Mereka akan berangkat ke ibukota tiga hari lagi dan hari ini dia melihat Kiara sedang mengukur sebuah kain.

"Beralih profesi, Ki?" tanyanya.

Kiara mendongkak sebentar sebelum memotong kain berwarna biru pucat dan membaginya menjadi beberapa pola.

Kedua mata Asella menatap sebuah sketsa di atas meja, menatap takjub, "Wow! Selain melukis, aku yakin kamu akan sukses di bidang fashion"

"Melukis saja cukup" jawab Kiara singkat.

Potongan pakaiannya sudah beres. Dia mulai menjahit beberapa bagian dengan mesin jahit yang sengaja dia beli. Kiara lebih senang menggunakan pakaian hasil jahitannya sendiri. Alasannya tentu saja karena sesuai selera dan hasilnya memuaskan karena sesuai dengan apa yang dia harapkan.

Kiara [SEGERA TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang