prolog ⃠

1.9K 75 5
                                    

Seorang gadis rumahan bersurai coklat tua menghentikan langkah kakinya untuk lewat ketika melihat militer berseragam lengkap seperti biasa ketempat tinggalnya, Melakukan pengecekan rutin.

Katanya untuk keselamatan para warga sipil, mengingat tingkat kriminalitas ditempat nya selalu bertambah.

Widya, sang pemilik rambut coklat tua itu hanya menatap dengan mata biru mudanya, merasa kurang suka saja dengan kehadiran militer yang datang kerumahnya.

Widya menghela nafas, menghampiri pintu yang sudah terbuka. Gadis itu menarik sudut bibir-nya untuk tersenyum. Memberikan kesan ramah walaupun tidak sudi "Kau adik perempuan Valencia, kan?" tanya pria angkatan bersenjata itu kepada widya. senyum ramah widya sedikit goyah mendengarnya.

Widya mengangguk, mengiyakan itu "dan dimana kakakmu? Aku tidak melihatnya." dia melihat kedalam, mengamati ruang tamu dengan seksama. Mencari Valencia, kakak perempuannya widya. Widya sedikit menggeser diri ketengah pintu untuk menghentikan pencarian sang prajurit.

"Dia tidak ada dirumah. Sedang pergi." ucap widya cepat. Pria itu memperhatikan widya yang berdiri di tengah-tengah pintu. Tidak sama sekali memberikannya cela untuk melihat kedalam "ah, baiklah."

"sudah selesai, bisakah kau pergi?" tangan widya meraih gagang pintu, siap menutup pintu dengan tidak sopan jika pria angkatan bersenjata itu sekali lagi menanyakan kakaknya.

"Hanya sedikit pengecekan saja." widya membuat raut wajah yang bosan. ia tidak mendengarkan sama sekali yang diucapkan pria itu. Hanya menganggap setiap ucapannya angin lalu.

Widya menghela nafas, sampai matanya menatap sebuah rumah besar yang tidak jauh Di-Seberangnya. Rumah itu didatangi seseorang.

Sepertinya prajurit yang sama memiliki tugas untuk melakukan pengecekan. Tapi, Widya merasa ada yang janggal. Gadis itu menyipitkan matanya, melihat seorang wanita yang sedang menangis dengan pria asing.

"Alena?" widya berjalan cepat, menyenggol pria militer yang ada didepannya dengan tidak sopan. Widya mengepalkan tinjunya, ia sangat marah melihat pemandangan ini "sialan." alena adalah sahabatnya, Dan widya tidak akan membiarkan seseorang membuatnya menangis.

Gadis itu berjalan mendekat dengan hati yang sudah penuh keinginan mendaratkan tinjunya. Widya tanpa basabasi menarik pundak pria asing itu dan langsung menghajarnya tepat di-bagian hidung membuat sang selaku yang dihajar hampir terjatuh.

Alena yang baru menyelesaikan air matanya harus kaget melihat pemandangan yang tidak ia duga terjadi didepan matanya.

"Widya?! Apa yang kau lakukan!" Alena berteriak panik, bergegas membantu orang yang dihajar Gadis kerasukan Amarah Ini.

melakukan pertolongan pertama, atau yang lainnya, yang bisa membantu memperbaiki keadaan. Alena sekarang benar-benar panik, karena yang dihajar Widya bukan orang sembarangan.

Widya sedikit mundur, Bingung dengan Alena "Alena? Kenapa kau membantunya?!" teriak sang Gadis tidak Terima. Hatinya bahkan belum puas memukul pria itu satu kali saja "kau──

──apa-apaan anak ini?" ucapan Widya terpotong begitu saja oleh suara serak dan berat seorang pria──tubuh Widya terdiam. tersentak didalam hati ketika melihat siapa yang ia hajar.

Oh, astaga. Widya dalam masalah.

Dia menatap sosok gadis itu dan Widya terbungkam karena melihat monster didepannya. wajah sang pria tertutup oleh balaclava hitam pekat yang hanya menyisakan bagian mata tajamnya untuk dilihat. Sebuah ciri khas yang hanya mengarah kepada seorang militer. Widya dalam masalah yang benar-benar gawat.

Pria militer jangkung itu memegang balaclava hitam yang dia kenakan. Beberapa jari-jemarinya ternodai oleh warna merah darah, Kain balaclava itu tidak mampu menyerap darah segarnya dengan benar.

Sungguh, Widya sekarang membeku. Gadis itu sejujurnya bersyukur bisa menghajar seorang militer sampai hidungnya patah, karena rasa tidak sukanya terhadap mereka. Tapi, tatapan pria itu terlalu dalam, Seakan bisa merobek tubuhnya menjadi dua belah bagian dengan mudah.

"A-anda baik-baik saja?" Alena tergagap menanyakan keadaannya. Sang prajurit menggeleng pelan, Tidak membutuhkan apapun. pria angkatan bersenjata itu membiarkan lukanya, seakan bukan masalah besar yang harus terus diurus.

Dia menatap Widya lagi, alis tebalnya mengerut dengan mata Teal yang menajam. Menatap sang wanita surai coklat tua yang ada didepannya dengan tatapan yang benar-benar tidak bisa diremehkan. Terlalu mengintimidasi.

"jadi, nona kecil?" pria itu menegakkan tubuhnya, Menghadap kearah Widya dengan tubuh yang begitu tinggi. Oh, Widya kelihatan kecil. Sekarang Widya benar-benar merasakan aura intimidasi yang kental. Ia takut, takut pria jangkung yang terlihat seperti moster ini memukulnya.

"Astaga, aku dalam masalah."








ᅠᅠᅠᅠᅠᅠᅠᅠ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

ᅠᅠᅠᅠᅠᅠᅠᅠ

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.









Note from me @OctansElisa_

Hallo! Makasih ya, udah baca cerita aku! Aku seneng banget bisa bikin karya ini. semoga kedepannya cerita ini bisa menjadi yang terbaik dan ceritanya tidak acak-acakan.

Maaf jika ada typo yang berlebihan, saya usahakan untuk tidak meninggalkan masalah besar ini, dan akan segera saya atasi dan saya perbaiki.

Kalau SUKA cerita author mohon di vote ya!

Saya selaku author 𝐌𝐀𝐒𝐊𝐄𝐃 𝐌𝐈𝐋𝐈𝐓𝐀𝐑𝐘 mengucapkan terimakasih, dan izin pamit! Sampai jumpa dilain waktu 🙋‍♀️🙋‍♀️








𝐌𝐀𝐒𝐊𝐄𝐃 𝐌𝐈𝐋𝐈𝐓𝐀𝐑𝐘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang