korban (06)!!

360 32 3
                                    

Widya tidak tidur hanya untuk memasak lasagna. rasanya pulang kerja dan hanya tidur terlalu membosankan. jadi Gadis bersurai coklat tua ini menghabiskan malam dengan memasak untuk menemani perut laparnya.

Widya menatap lasagna yang sudah jadi, baunya harum. Widya harap rasanya tidak seburuk roti gosong buatan sang kakak. Ia mengambil piring dan pisau makan, memotong beberapa bagian dan mengambil bagian yang lebih besar dari potongan yang tidak merata.

Biasanya Eliot akan datang untuk menghabiskan makanan yang dibuat Widya 'karena Eliot tidak pernah makan dirumahnya sendiri. sang selaku yang melahirkan Eliot hanya pergi seperti tidak menganggap kehadiran anaknya didunia ini benar-benar ada.

"Kuharap bocah itu kemari." Ucap Widya, membawa piring berisi nya keruang tamu. Widya Duduk disofa sembari menyalakan tv, mencari tontonan dijam empat subuh ini. Isinya kebanyakan membosankan──

──Sampai salah satu berita melintas, yang membuat gadis itu menatap layar tv dengan serius, mantap Seorang reporter wanita yang sedang meliput kejadian disalah satu mall di Chicago membuat Widya kaget. Biasanya berita selalu tentang Meksiko dan beberapa gangster Meksiko yang berulah.

Beberapa bulan lalu Meksiko kembali mencetak rekor perjalanan narkoba terbanyak. Dan itu sudah menjadi berita sehari-hari widya.

"Tumben sekali," ia memakan potongan kecil lasagna nya sembari mendengarkan. reporter wanita itu tampak prihatin dengan keadaan, ada 45 luka-luka, dan 53 orang yang dinyatakan tewas dalam ledakan besar yang tidak terduga akan terjadi itu.

Widya berdiri, meletakkan piringnya di meja dan berjalan kembali kedapur untuk mengambil air minum yang ada di kulkas, membuka dan mencek sesuatu yang menarik selain botol mineral dingin "tidak ada yang bisa ku makan lagi." Widya menegakkan kepalanya untuk menoleh kebelakang, menatap telpon rumah yang berbunyi.

Widya bergegas menutup pintu kulkas dan menghampiri benda yang berdering keras itu, mengangkat panggilan. Widya mendengar suara Alena yang terdengar terputus-putus, membuat Widya menaikkan satu alisnya bingung "hallo?" Ulang Widya, memastikan panggilannya tidak bermasalah.

"Widya! E-Eliot," Widya menunggu kalimat Alena selesai, tapi gadis itu lebih banyak mengeluarkan suara yang seperti kesusahan bernafas "apa? Apa terjadi sesuatu?"

"E-Eliot, dia... Dia terluka parah, dia masuk rumah sakit! Kondisinya sangat buruk, aku... a-aku... Aku sungguh-sungguh membutuhkan mu, aku khawatir, a-aku..." Alena tidak bisa lagi berkata-kata, tenggorokannya susah untuk diajak kerjasama, Hidungnya rasanya tersumbat dan air matanya terus mengalir. Gadis itu benar-benar khawatir dengan sahabat prianya.

Widya menatap kearah ruang tamu, menatap tv yang membuat nya teringat kata-kata seorang reporter, 45 orang luka-luka, dan 53 dinyatakan tewas. jantungnya berdetak panik, alisnya mengerut tidak percaya "aku akan segera kesana, secepatnya!"

Widya bergegas mengambil ponselnya dan mematikan tv yang menyala, berusaha memesan taksi, tapi Gadis itu sedikit dapat masalah tentang memesan alat transportasi ini "sial, kenapa harus disaat aku memerlukan mu kau malah tidak bisa." Widya mengumpat, rasanya ia ingin membanting ponselnya kelantai karena tidak berguna sama sekali.

Gadis itu berdiri didelan teras rumahnya, masih fokus untuk mencari cara memesan taksi ataupun apapun yang bisa mengantarkannya kerumah sakit sekarang. Tapi hasilnya nihil, Widya menggeram rendah, sedikit putus asa.

Widya sudah berpikir untuk menggunakan kakinya saja, tidak peduli jaraknya sejauh apa──tapi sebelum mendengarkan kata hatinya itu, widya melirik garasi yang tertutup disamping rumahnya.

Ia menghela nafas, Widya memikirkan sesuatu. Gadis itu menggulung lengan kemejanya. Berjalan dengan langkah menuju garasi, ia menarik rolling door yang tertutup rapat. Suara gesekkan besi berkarat mendengung "ah, menyebalkan. Aku harus menggunakan motor sialan ini."

𝐌𝐀𝐒𝐊𝐄𝐃 𝐌𝐈𝐋𝐈𝐓𝐀𝐑𝐘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang