pesta (11)!!

348 27 3
                                    

Widya memutuskan untuk tidak menghadiri pesta yang diadakan Desmond dirumahnya. Awalnya begitu, tapi sampai Alena memaksanya untuk ikut, sekadar menemaninya untuk pergi kesana.

Alena beriming-iming kalau dirinya tidak akan minum dan tidak akan membuat Widya dalam masalah karena ini. Ya, menurut Widya itu cukup menjanjikan. Tapi mengingat Verena, si gila itu mungkin akan meneriakinya lagi sebagai jalang.

Skenario paling menyebalkan menurut Gadis ini. Ya, pada ujung-ujungnya Widya ikut. Walaupun wanita itu Hanya berdiri dengan wajah menyebalkan tergambar kusut diwajahnya. Ia berdiri seperti patung manekin di ujung, tempat yang tidak terlalu banyak orang.

Gadis surai coklat tua itu menekuk aslinya dengan rasa frustasi, musik dimainkan dengan keras, orang berjalan, bermain, menari tanpa arah, dan bau alkohol dimana-mana. Pemandangan lampu dengan warna acak tidak membantu perut maupun kepalanya. Widya mau muntah.

Untung Gadis itu di ujung dan tidak terlalu diperhatikan, jadi dia bisa mengumpat hal-hal menyinggung tentang betapa kacaunya dan buruknya rumah Desmond sekarang.

"Widya? Kau baik-baik saja?" Tanya Alena Gadis itu ikut Widya berdiri di ujung karena ucapan sahabatnya ada benarnya tentang pesan remaja yang tidak cocok untuk nya "ayo pulang Widya, aku ingin makan pizza." Keluh Gadis itu, mengerutkan bibir bawahnya karena kecewa.

"Sudah kubilang kan? Ini tidak seperti pesta ulangtahun," Alena mengangguk pasrah, mengenal nafas "ayo pulang──

──lihat? Siapa yang datang," astaga, widya ingin menggunakan pintu doraemon sekarang. Kenapa ia harus bertemu dengan wanita pirang menyebalkan ini "verena?" ucap alena, bingung "kau disini?"

"tentu saja. Ini pesta pacarku," ucap sang gadis pirang dengan acuh tak acuh "ah, yeah...kau pacarnya, maaf? Aku lupa." alena tertawa canggung sembari menatap mata verena "dan kau, mantan Desmond. Sedang apa kau disini?" tanya tidak bersahabat verena kepada widya, verena masih merasa gadis itu ancaman untuk nya.

"Apa kau mewarnai rambutmu? Karena itu tampak jelek untuk mu." sinis widya, membuat verena sedikit tersinggung "maaf? Jaga mulut kecil mu, tupai." widya berjalan mendekati verena, menatap wanita itu dengan tatapan tajam "apa? Kau bilang aku tupai?"

"Ya, kenapa?" suara verena penuh dengan hinaan, membuat widya mencengkram kerah baju gadis itu untuk menariknya mendekat "bicara sekali lagi, ku potong lidahmu──

──hey, hey, hey! Tenang para gadis, kenapa kalian berdua bertengkar?" Desmond memisahkan mereka, pria itu menatap widya lalu kepada sang kekasih, dan mulai lah drama yang dibesar-besarkan verena "widya, kau baik-baik saja?" bisik alena, memegangi tangan sahabatnya dengan khawatir.

"Tidak, aku tidak baik-baik saja..." widya melirik tajam kepada verena yang sedang mengoceh dengan mulut besarnya "...aku belum memukul wanita itu." alena terkekeh kikuk, mengelus punggung temannya dengan lembut, berusaha untuk menenangkan api amarahnya.

"Tenang, sayang." Desmond berusaha menenangkan protes Verena tentang kerah bajunya yang kusut. jujur, Desmond frustasi dengan tingkah yang terlalu cerewet ini "maaf kan aku, widya. Verena memang sensitif." Desmond menatap gadis itu, hanya berusaha berbicara dengan sopan dan terdengar tulus "Tidak apa-apa, aku mengerti betapa menyebalkannya wanita pirang."

"Kau menghina ku?" verena, sang gadis menatap widya dengan raut wajah yang tidak bersahabat, seakan benar-benar ingin menyingkirkan widya dari hadapannya "sudahlah, kalian berdua tidak bisa akur? Kenapa kalian membesar-besarkan masalah."

𝐌𝐀𝐒𝐊𝐄𝐃 𝐌𝐈𝐋𝐈𝐓𝐀𝐑𝐘Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang