TLM ― 001

338 45 25
                                    

The Lost Memories/잃어버린 기억

—copyright, 19 September 2023

.
.
.

Cerita ini menyakitkan. Penuh kesedihan. Rasa sakit akibat kehilangan meruntuhkan kepercayaan. Hati yang remuk redam merobek jiwa malang. Menyisakan sedikit kewarasan yang perlahan-lahan memudar. Menenggelamkan cita dan asa ke dasar jurang. Ketika dunia yang awalnya cerah berubah menjadi suram, di saat itulah angan bertebaran. Terbang jauh meninggalkan diri dalam kesendirian.

Hidup dalam trauma yang menyesakkan dada, segenggam cinta yang telah koyak melebur dalam abu.

Ini bukan hanya tentang cinta, bukan pula tentang hidupnya yang awalnya memiliki segalanya. Ini hanya sekedar cerita tentang dua insan yang terpisah. Keduanya sama-sama mencinta, sama-sama terluka dan sama-sama mencari arti dibalik perpisahan paksa.

Diselimuti oleh duka di setiap langkah, sepasang kekasih yang sama-sama dipukul mundur oleh kenyataan tenggelam dalam nestapa. Keputusasaan yang merajam tanpa henti menorehkan luka. Gema penyesalan bercokol di hati bagaikan genderang perang. Dihantui rasa bersalah, bayang-bayang kelam membawa kesadaran menuju kegelapan.

Mimpi buruk tanpa akhir terus berulang setiap malam. Mencabik-cabik setiap tetes kebahagiaan. Dalam sisa napas yang penuh akan kegilaan, keduanya masih mencoba untuk bertahan. Berharap pada dinding batas kesabaran, dua jiwa yang diinjak-injak hingga rusak itu akhirnya dipertemukan.

Untuk yang terakhir kali, keduanya mencoba membangun asa setelah sebelumnya dikalahkan.

Dan jauh sebelum semua kekalahan ini terjadi, sepasang kekasih yang ditakdirkan bertemu. Tidak ada yang istimewa. Hanya pertemuan sederhana dan bagaimana keduanya jatuh cinta setelah melewati hari-hari biasa seperti orang lain pada umumnya. Layaknya pribahasa, cinta karena terbiasa bersama. Ya, sesederhana itu. Tidak lebih, tidak kurang. Sama sekali tidak istimewa, bukan?

2 tahun sebelumnya.

Semua orang berpikir bahwa Omega haruslah menjadi karakter yang lembut, halus dan penurut. Memiliki kecenderungan untuk berdiam diri di rumah, mempelajari kegiatan-kegiatan rumah tangga dan piawai dalam hal menyenangkan Alpha.

Ini sepenuhnya tidak salah. Dalam hierarki dominasi, Omega memanglah yang paling lemah. Bahkan diantara para Beta, Omega masih tidak bisa dibandingkan. Selain karena rendahnya mereka dalam hal peringkat hierarki dominasi, Omega juga selalu dipandang sebagai kelompok materialis. Tak tahu cara kerja dunia, hidup terlindungi oleh undang-undang dan dengan bebas melakukan apa pun yang mereka suka termasuk melanggar ketaatan seorang Omega.

Lebih dari lusinan Omega menjajakan diri, memamerkan setiap keindahannya untuk menggoda Alpha. Bertindak seperti jalang murahan hanya untuk mendapatkan uang. Meski tindakan diskriminatif terhadap Omega telah sepenuhnya dilarang namun, karena hal-hal yang dilakukan sebagian Omega inilah, perspektif masyarakat di seluruh dunia tidak mudah hilang.

Seolah-olah, usaha pemerintah untuk memerdekakan para Omega dari intimidasi berakhir sia-sia, di luaran sana, masih banyak Omega yang merangkak ke tempat tidur Alpha. Dan para Alpha? Ketika mereka disuguhi makanan lezat seperti Omega, tentu saja tidak menolak. Hanya orang bodoh yang akan melakukan itu.

Namun, tidak semua Omega berpikiran sempit dan hanya berpikir bagaimana caranya merayu Alpha. Di antara semua Omega yang sepenuhnya telah dibebaskan dari intimidasi dan diskriminasi, Omega satu ini menjadi salah satunya. Hanya saja, kebebasannya sepertinya akan segera berakhir ketika Ayahnya mulai membicarakan masa depannya.

The Lost Memories Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang