Chapter 0.4

1.2K 202 37
                                    

Selagi si kecil tidur, Viella kembali ke kamarnya. Dia merasa perlu memikirkan bagaimana rencana hidupnya di dunia baru ini. Walau dia memutuskan untuk tinggal di duchy Carlson sementara waktu ini, Viella merasa perlu menyiapkan rencana lain seandainya terjadi sesuatu di kemudian hari.

Dia tak bisa begitu saja bergantung pada kehidupannya sebagai istri Grand Duke tyrant.

Lihatlah, sebutannya saja 'tyrant' jelas pria itu pasti orang yang sangat kejam dan tak berperasaan. Nyawanya bisa saja terancam jika dia berbuat kesalahan yang tak sesuai keinginan pria itu. Walau Viella tahu pria itu mungkin masih menahan diri untuk membunuhnya, karena dia sendiri adalah adik sang kaisar saat ini. Tak bisa dibunuh begitu saja.

Tetapi... bagaimana jika dia di bunuh dengan racun yang membuat tubuh seakan terkena penyakit? Hal itu bisa saja kan?!

Maka dari itu, Viella berusaha tak menemui pria itu, apalagi membuat masalah padanya. Hanya dengan begitu, nyawanya mungkin masih bisa terselamatkan. Dirinya juga bisa merawat Cyrill sepenuh hati, membesarkannya agar tidak menjadi antagonis yang kekurangan kasih sayang.

Viella mencari kertas dan pena di kamarnya. Untung saja ada, kertas yang biasanya digunakan untuk mengirim surat. Viella awalnya khawatir kalau Graviella asli tidak mempunyai kertas dan pena di kamarnya, karena setahunya dari ingatan dan novel yang pernah dibacanya, Graviella merupakan sosok yang suka mengoleksi segala gaun dan perhiasan mewah. Jadi, kekahwatirannya juga dibenarkan, bukan?!

Viella tidak ingin meminta pelayan mencarikan kertas atau pena tambahan, karena dia tak ingin tingkah lakunya diawasi. Walau Viella tidak tahu, tetapi hanya untuk jaga-jaga saja.

"Pertama-tama, aku harus menuliskan alur novelnya agar tidak lupa!" Viella khawatir dirinya lupa alurnya, sehingga tidak tahu mana saja momen yang penting pada alur.

"Kedua, aku perlu menulis beberapa rencana bagaimana aku harus hidup di duchy Carlson ini. Tidak mungkin hanya berperan sebagai grand duchess dan ibu yang baik saja bukan? Aku juga harus mempunyai bisnis yang dapat menghasilkan uang, sebagai tabungan jikalau aku nanti keluar dari sini."

Ya, Viella berpikir untuk saat ini dirinya hanya perlu memikirkan itu. Dan untuk rencana jika dia keluar dari duchy Carlson nanti, dia akan memikirkannya perlahan.

Hari-hari masih panjang bukan?

Jika dia hidup di duchy Calrson ini, sembari menemani pertumbuhan Cyrill, setidaknya membutuhkan waktu  dua atau tiga tahun, atau bahkan lima tahun? Setidaknya dia harus memastikan Cyrill tumbuh tak menyimpang.

Viella melanjutkan siang itu dengan berpikir dan berpikir bagaimana rencana hidup ke depannya. Dia juga berulang kali merevisi rencananya sampai memperoleh rencana terbaik untuk kehidupannya nanti.

Usai memikirkan rencananya, Viella berdiri dari kursinya. Dia hendak menemui Cyrill lagi, berpikir mungkin bayi kecil itu sudah bangun dan lapar. Dia perlu memberinya 'asi' lagi.

"Nyo-nyonya mau melihat Tuan Muda lagi?" tanya pelayan yang tampaknya baru memandikan Cyrill.

"Iya." Viella menjawab singkat, karena jika terlalu banyak bicara mudah dicurigai mengapa dirinya berubah sangat banyak.

"Baiklah, kalau begitu saya mohon undur diri, Nyonya."

Viella mengangguk. Dalam hati memuji pelayan yang ingat pesannya untuk tidak memanggilnya Grand Duchess, tapi 'Nyonya'.

"Halo baby Cyrill, kita bertemu lagi! Apakah kau merindukan ibu?" tanya Viella sembari tersenyum menatap bayi kecil yang netra merahnya terbuka lebar itu.

Sementara itu, Cyrill sangat terkejut akan kehadiran 'wanita jahat' itu. Ternyata dia tidak bermimpi sebelumnya kalau wanita jahat itu telah berubah. Atau, mungkin sebelumnya memang begini? Cyrill kurang tahu karena di kehidupan sebelumnya dia juga tidak pernah memperhatikan lagi masa kecilnya. Baginya yang dia tahu, masa kecilnya buruk, itu saja.

Cyrill terus memperhatikan bagaimana 'wanita jahat' itu seakan perhatian padanya.

Viella yang tak tahu apa-apa terus mencoba menghibur Cyrill.

"Iya, pasti baby Cyrill merindukan ibunya. Baby Cyrill pasti sudah laparkan? Ibu akan memberi makan bayi kecil ibu ini!"

Kata lapar mengingatkannya pada kejadian sebelumnya, dimana 'wanita jahat' itu seakan melec*hkan dirinya (Haduh, Cyrill pikiranmu itu 😩).

Cyrill lagi-lagi sangat ketakutan memikirkannya. Tidak. Maksudnya, dia jijik. Dia sangat jijik, okay?!

Melihat 'wanita jahat' itu lagi-lagi mendekat membuatnya pasrah. Sayang sekali dirinya masih kecil, jika tidak dia pasti sudah mengarahkan pedangnya pada leher 'wanita jahat' itu.

Kenapa para pelayan itu tak ada yang menyelamatkannya?!

Dia mungkin juga harus menghukum mereka saat dia sudah besar nanti. Dia akan mengingat akun ini!

"Apakah enak sayang? Mulai saat ini, ibu akan memberimu makan setiap hari. Jadi, kau tak perlu khawatir untuk pertumbuhanmu nanti, Sayang."

Deg!

Setiap hari?!

Cyrill yang masih bayi dan tak dapat berekspresi, hanya bisa menelan mentah-mentah penolakannya dalam hati. Dia pasrah untuk saat ini!

Saat besar nanti, dia pasti akan membalasnya!

Itu pasti.

***

Di sebuah ruangan yang elegan, penuh dengan berkas-berkas pekerjaan, seorang pria duduk sambil fokus pada pekerjaannya. Tak lain membaca dan menandatangani berbagai dokumen.

Tak lama kemudian, sebuah ketukan pintu sedikit menganggu fokusnya.

Tok! Tok!

Pria itu mengernyit. "Masuk!"

"Salam, Yang Mulia Grand Duke." Ternyata yang mengetuk pintu merupakan sekretarisnya, pria itu kemudian mendengar sekretarisnya melapor. "Ada laporan dari kepala pelayan mengenai Grand Duchess, Yang Mulia." 

"Wanita itu? Apa dia membuat ulah lagi?" tanyanya dengan nada datar, seolah hal itu sudah biasa.

"Tidak, Yang Mulia. Namun, kata kepala pelayan ada yang aneh mengenainya hari ini. Hari ini, Grand Duchess tiba-tiba tampak peduli pada Tuan Muda."

Lagi-lagi pria itu mengernyitkan keningnya. "Peduli?"

Kemudian dia berdecak. "Ck, apa sebenarnya yang ingin dilakukannya?"

Dalam pikirannya, pasti wanita itu hanya pura-pura peduli dengan putranya dan menginginkan perhatiannya. Jika itu masalahnya, maka wanita itu salah. Sangat salah. Dia tak akan pernah mempedulikannya. Pada anaknya saja dia tak terlalu peduli, asalkan kebutuhan materinya sudah terpenuhi ya sudah, hal lainnya untuk pertumbuhannya juga diserahkan pada para profesional.

Tetapi dia merasa perlu mengawasi wanita itu, siapa tahu wanita itu berbuat berlebihan sampai membunuh anaknya. Dia takkan membiarkan itu terjadi. Walaupun dia tak peduli, namun anak itu adalah penerusnya. Dia harus tetap hidup hingga dapat menggantikannya.

Pria itu a.k.a Erazius tak mau jika anaknya mati, dia harus membuat anak lagi dengan si putri arogan yang sayangnya adalah istrinya itu. Memikirkan bagaimana dirinya dijebak wanita itu membuatnya jijik dan muak padanya. Semua tak kan pernah terjadi lagi.

"Awasi terus dia! Jangan sampai membunuh anak itu!" putusnya kemudian.

*****

Tbc.

Don't forget to vote and comment :)

Antagonist's HappinessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang