Bab 5

11 2 1
                                    

Di Rumah sakit

Ayahku masih saja mencari-cari Abangku di rumah sakit, yang bahkan setiap ada pasien yang datang, Ayah terus menanyakan dan meminta untuk melihatnya. Lalu, tepat di depan Ayah, Ayah melihat ada seragam yang sama seperti Abang Sham, Ayahku berteriak dan menangis sangat kencang. Sehingga, Ibu juga ikut menangis, apa yang mereka lihat? tentu jasad seseorang yang seragamnya sangat sama dengan Abangku.

"Dok, boleh saya melihat wajahnya?" ucap Ayahku.

"Maaf, ini laki-laki yang jatuh dari bus, dan tidak dapat lagi dikenali," ucap dokter perempuan itu.

"Dok, tolong saya, saya ingin melihatnya," ucap Ayahku dan Ibuku.

"Maaf, pria ini berlumuran darah, jadi, harus dibersihkan terlebih dahulu," ucapnya.

Ayah dan Ibuku sangat khawatir dengan Abang Sham, dan mereka yakin kalau itu adalah Abang Sham.
Akku sangat mengkhawatirkannya, bahkan saat dia tidak tersadarkan diri, bagaimana tidak, dia anak Perempuanku satu-satunya. Aku sangat menyayangi anak-anakku, namun, kali ini, anakku yang lainnya tidak terlihat di mataku. Tak lama kemudian, istriku datang dan memberiku kopi kesukaan. Namun, kali ini, aku mengharapkan putra dan putriku kembali seperti sediakala, dan kopi hanya sebagai penenang sementara. Aku menghargai istriku dan kuambil secangkir kopi hitam itu dan kusediakan sama seperti kali lainnya aku berada di rumah.

"Ayah, Abang berangkat dulu ke tempat kerja, ya," ucapnya sambil tersenyum.

"Hati-hati ya, nak," ucapku.

"Iya, Ayahku," ucap Sham sambil tersenyum.

***
"Ayah, Alhamdulillah, Abang diterima jadi anggota Brimob hati ini," ucap Sham sambil tersenyum.

"Benarkah? Alhamdulillah, kamu harus banggakan orangtua dan jangan sombong dengan pangkat, ya," ucapku sambil memukul bahu putraku.

***
"Ayah, aku dapat nilai terbaik di sekolah," ucap Shanum.

"Oh ya? Sini, Ayah lihat, wah bagus kamu nak. Tingkatkan belajarnya, ya,"ucap Ayah.

***
"Ayah, kamu kenapa melamun?" Tanyaku.

"Tidak, aku ingin melihat Sham dan Shanumku," ucapnya sambil menangis.

Kali ini, kali kedua aku melihatnya menangis, bagaimana tidak, saat putra dan putriku ada di dunia, dia yang kali pertama menangis dan tersenyum. Kali ini tak ada senyuman untuknya, anak-anakku dalam kondisi yang memprihatinkan. Ya Rabb, jika Sham masih ada, berikan ingatan padanya untuk pulang, namun, jika dia telah tiada, harumkan namanya di telingaku ya Rabb.
FiiElmaira

SHANUM ALMAHYRATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang