Namaku Syariq Mahdi Shahram. Umurku 26. Aku bekerja memakai seragam hitam. Namun, aku malu jika sepupuku mengatakan di depan orang tua mereka, tetangga, bahwa aku sudah berpangkat. Padahal, aku tidak suka dipuji. Aku laki-laki yang suka sendirian, kesunyian, namun, karena aku bekerja, aku harus banyak bertemu orang.
"Abang, mau berangkat kerja, ya?" ucap Shanum sambil memberikan roti tawar dan segelas susu kesukaan saudaranya."Hmm... letakkan di meja, ya, Sham," ucap Shahram sambil membetulkan kerah bajunya.
"Iya, Bang," ucap Shahram sambil meletakkan susu dan roti di mejanya.
Hari ini adalah hari pertamaku bekerja, ya. Ya, karena, dua bulan lalu, aku libur. Hari liburku untuk keluarga, bahkan aku tidak menyempatkan diri untuk bertemu dengan teman. Karena, hari-hari bekerja, aku juga bertemu dengan mereka.
"Ayah, Ibu, Ram duluan, ya. Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh," ucap Shahram sambil mencium tangan kedua orang tuanya.
Brimob, pukul 09:00 WIB.
Aku tiba di tempat tugas tepat waktu. Walaupun demikian, aku selalu menunggu sahabatku datang hingga pukul 09:30 WIB di depan pintu gerbang.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh, Shariq. Maaf, ya, aku selalu telat. Jadinya, gak enak kalau kamu selalu nungguin Alfin. Apa alasanmu untuk menunggu Alfin, Shariq?" tanya Alfin dengan nafas terengah-engah kelelahan berjalan.
"Wa'alaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh, Alfin. Tak apa-apa, kok. Kamu kan sahabatku. Jadi, tak apa kalau Shariq menunggu." ucap Shariq.
Pukul 09:35 WIB.
Kami berdua sudah telat. Kemudian, kakak senior menghampiri kami berdua. Dengan wajah tersenyum beliau menepuk bahuku.
"Shariq, terima kasih, ya," ucap Aldo dengan tersenyum.
"Kenapa, Bang?" tanyaku penasaran.
"Dengan hadirmu, kami menjadi terharu dan paham. Karena, kami belajar banyak darimu, mengapa? Kamu telah memberikan contoh yang baik kepada teman-teman arti setia teman dan tak peduli konsekuensinya. Dan kami tahu, alasan kalian telat," ucap Aldo sambil tersenyum.
"Abang lihat Shariq?" tanyaku.
"Ya," ucap Aldo.
"Maaf, Bang. Saya kasihan melihat Alfin berjalan sendirian dari Rumah. Jadi, saya menunggunya, walaupun saya juga berjalan." ucapku.
"Apa alasanmu jalan kaki? Sedangkan di Rumahmu ada kendaraan?" tanya Aldo.
"Kendaraan itu untuk orang tua saya, Bang, jadi, gaji tahun lalu, saya belikan kendaraan untuk beliau." ucapku sambil menunduk.
"Hmm... begitu, ya, yasudah gak apa. Nanti ikut saya, ya, ke Rumah. Kebetulan Alhamdulillah saya baru beli dua kendaraan baru, jadi, kendaraan saya ingin saya hadiahkan sebagai tanda syukur saya, tapi, belum temu orangnya. Alhamdulillah sekarang sudah ada kamu, jadi, nanti ambil ke rumah saya, ya." ucap Aldo sambil menepuk bahu Shahram dan Alfin.
"Terima kasih banyak, Bang. Alhamdulillah, mudah rezekinya selalu." ucapku.
"Ya, sama-sama. Nanti, kalian berangkat berdua ya, supaya tak telat. Semangat." ucap Aldo.
"Kepada seluruh anggota Brimob, harap berkumpul untuk pelatihan. Sekarang!" ucap Ketua Brimob.
Aku, Alfin, dan Bang Aldo berlari kecil menuju ke lapangan pelatihan.

KAMU SEDANG MEMBACA
SHANUM ALMAHYRA
RomanceOrang-orang akan selalu menilai apa yang mereka dengar, sedangkan apa yang kita lakukan, dianggap tidak ada. -Shanum Almahyra