BAGIAN PERTAMA - SMA Bougenville

7 0 0
                                    


Seorang gadis tampak berlari menuju gerbang sekolah dengan napas terengah-engah. Berharap pintu gerbang tidak tertutup sebelum gadis itu melewatinya. Untung saja, keberuntungan masih berpihak padanya pagi itu, tepat setelah gadis itu melewati gerbang, Pak Ujang menutup pintunya. Pak Ujang adalah satpam yang sangat disiplin, ketika waktu menunjukkan pukul 07.30 maka gerbang akan ditutup dan tak ada ampun bagi siswa yang terlambat, bahkan sedetik pun.

Mentari Magnolya, siswi kelas XI SMA Bougenville. Salah satu SMA ternama di Jakarta, yang menjadi sekolah idaman bagi banyak orang. Meskipun terlahir dari keluarga menengah atas, namun kehidupannya terbilang sederhana. Mentari bahkan mendapatkan beasiswa dari pihak sekolah karena prestasi yang dia miliki, bukan karena uang yang dimiliki orangtuanya.

Mentari menghela napas panjang, kemudian bergegas menuju kelasnya. Gadis itu tak ingin ketinggalan pelajaran pertama hari ini.

"terlambat lagi" ujar Ciara, teman sebangkunya.

"yah nggak lah, kalau terlambat aku nggak bakalan duduk disini, di samping kamu" ucap Mentari yang membantah Ciara sambil menunjuk kursi yang didudukinya.

"iya tau, Mentari si paling nggak mau kalah"

Mentari hanya tersenyum kecil sambil menggelengkan kepala melihat raut wajah teman sebangkunya itu. Yah, Ciara Adelia teman sebangkunya adalah sahabat satu-satunya yang sangat dekat dengan Mentari, meraka sudah saling kenal sejak SMP, kemudian berlanjut dibangku SMA. Ciara dan Mentari bagaikan pinang dibelah seribu, Ciara si gadis paling cerewet di sekolah, yang harus selalu tampil cantik dengan balutan makeup bahkan ke sekolah pun harus makeu. Berbanding terbalik dengan Mentari, yang terkenal sangat cuek dan tidak banyak bicara, berpenampilan sederhana tanpa makeup. Ciara dan Mentari sering menghabiskan waktu bersama, entah itu libur sekolah atau hari-hari biasanya.

"Tari, nanti jam istirahat kita makan apa? makan seblak di kantin bu Diah yuk, udah lama gak makan seblak, pengen makan yang pedes-pedes".

"makan mulu yang dipikirin, belajar dulu tau"

Ciara hanya memanyunkan bibirnya dengan raut wajah kesal.

"kemarin kan udah makan seblaknya, terus semalem juga makan seblak, masa hari ini makan seblak lagi, nggak inget minggu lalu habis masuk UGD gara-gara maag kamu kambuh" jawab Mentari dengan suara berbisik.

Namun seperti biasa Ciara yang memang bisa dijuluki duta seblak tidak ada jeranya, setelah jam pelajaran selesai, Ciara menarik tangan Mentari menuju kantin bu Diah, memesan 2 mangkok seblak ekstra pedas. Lagi-lagi Mentari hanya menghela napas menghadapi kelakuan sahabatnya itu.

****

Di sudut belakang kantin bu Diah, terlihat empat orang laki-laki berseragam putih abu-abu duduk sambil asyik bercengkrama, entah apa yang dibahas sampai keempatnya tertawa terbahak-bahak. 

Sudah menjadi kebiasaan mereka, menjadi pusat perhatian siswi SMA Bougenville dimana pun mereka berada, bukan karena tanpa alasan, tapi karena ketampanan mereka. Mereka juga sangat berpengaruh di sekolah ini, termasuk Langit. 

ACHIEVINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang