Jazziel melajukan mobilnya dengan kecepatan tinggi ke arah pintu gerbang, berniat mendahului Mentari yang berjalan duluan.
"Arkana, mending lo yang ngajak Mentari deh, kalian kan satu tim olimpiade tuh, siapa tahu dia mau" ucap Jazziel pada Arkana, sambil menatap spion tengah mobil.
Arkana hanya mengangguk, pertanda dia menyetujui ucapan Jazziel.
Titt . . . Titt . . . Titt
(bunyi klakson mobil milik Jazziel berusaha menghentikan langkah Mentari yang sudah melewati gerbang sekolah).
"Mentari, ikut sama kita aja yuk, nanti diantar sampai rumah, nggak searah nggak masalah, sekolah udah sepi loh, nungguin bus juga pasti lama, masuk aja yuk" ucap Arkana dengan lembutnya kepada Mentari, mengajaknya ikut bersama dengannya.
Mentari menghentikan langkahnya, kemudian menatap sekelilingnya. Benar saja, siswa-siswi sudah sedari tadi pulang, sekarang sekolahnya sudah terlihat sepi, hanya tersisa dirinya dan juga Arkana beserta teman-temannya. Jika Mentari menolak ajakan Arkana, dia akan tinggal disini sampai pukul 5 sore, karena bus baru tiba di pemberhentian pukul 5 sore. Tetapi jika dia menerima ajakan Arkana, tamatlah riwayatnya. Ibunya pasti akan marah besar ketika mendapati Mentari diantar oleh lelaki.
"Ciara, pinjam ponsel boleh? Mau nelfon dulu" ucap Mentari yang masih berdiri di luar mobil pada Ciara
"ponsel gue lowbat, gimana dong?" jawab Ciara sambil menatap layar ponselnya
"ini pake ponsel Langit aja, Langit punya banyak kuota dan punya banyak pulsa" Arkana menyodorkan ponsel milik Langit pada Mentari
"nggak apa-apa?" ucap Mentari memastikan
"iya nggak apa-apa, pake aja" Jazziel menambahkan
Mentari kemudian meraih ponsel tersebut lalu menghubungi seseorang. Butuh waktu lama untuk menyambungkan panggilannya, karena Mentari sudah tahu seseorang yang akan dihubunginya tidak akan dengan mudah menganggat panggilan dari nomor yang tak dikenal.
[hallo, ini Mentari. Mentari boleh diantar sama temen cowok nggak? Mentari nggak sendiri, ada Ciara yang juga ikut. Sepeda Mentari rusak, mobil Ciara juga sepertinya mogok, bus baru datang pukul 5 sore. Mentari pinjem ponsel teman, soalnya ponsel Mentari juga rusak] ucap Mentari menjelaskan pada seseorang yang dihubunginya
[iya boleh, tapi turunnya jangan di depan rumah yah]
[iya, Mentari tutup telfonnya yah].
Panggilan terputus.
Mentari kemudian menyerahkan benda tipis itu pada Arkana, lalu membuka mobil dan duduk di samping. Mentari tidak lupa mengucapkan terimakasih pada Arkana, karena telah meminjamkan ponsel untuknya, walaupun sebenarnya itu adalah ponsel milik Langit.
"pegangan gaess, kita let's go" teriak Jazziel sambil mengangkat tangannya
Selang beberapa menit mobil melaju, tiba-tiba terdengar suara nyaring ponsel berdering. Ponsel yang tadi digunakan oleh Mentari. Ponsel itu kini berada di tangan pemilik aslinya, Langit.
Langit hanya menatap layar ponselnya sampai panggilan tersebut terputus, tak ada niatan untuk mengangkatnya, karena dari nomor yang tak dikenalnya. Tak menunggu waktu lama, ponselnya kemudian berdering kembali.
Ciara menatap ponsel milik Langit, mengetahui itu adalah nomor yang dihubungi Mentari tadi, Ciara kemudian merampas ponsel di tangan Langit dan memberikan pada Mentari. Ciara hanya tersenyum pada Langit seusai merampas ponsel tersebut.
[hallo, ada apa]
[sekarang kamu dimana?]
[udah lumayan deket sih, udah di lampu merah]
[turun setelah lampu merah yah, kita ke appartement]
"Jazz, aku turun di depan sana aja yah" ucap Mentari pada Jazziel yang sedang mengemudikan mobilnya.
"disana rumah lo"
"bukan, tapi aku turun disana aja yah"
"kenapa, ada masalah apa?" ucap Ciara yang bingung, karena rumah Mentari bukan disitu.
"nanti aku ceritain yah" ucap Mentari sambil tersenyum pada Ciara
[hallo, Mentari udah turun, Mentari berdiri di depan warung. Ini ponsel milik teman Mentari, jadi Mentari tutup yah telfonnya]
[iya, ini bentar lagi sampai]
"ini ponselnya, terimakasih. Aku nunggu disini aja, kalian boleh pulang" ucap mentari sesaat setelah mematikan panggilannya, kemudian menyerahkan ponsel tersebut pada Arkana
"duhai peri kecil, alangkah tidak baiknya meninggalkan gadis cantik sepertimu sendirian ditengah keramaian Jakarta, kami akan menuggu sampai kereta kencana mu tiba dan menjemput dirimu" ucap Gaharu dengan nada puitisnya.
Titt . . . Titt . . . Titt . . . .
"itu penjemput aku udah datang, aku duluan yah, sekali lagi terimakasih. Baik-baik yah, titip sahabatku" ucap Mentari sambil menunjuk ke arah mobil yang berhenti di seberang jalan, kemudian tersenyum menatap Ciara dan berlari.
"anjiirrrrrr, itu si Mentari pinter juga cari pacar orang kaya, mobilnya porsche cuy" ucap Jazziel sambil menggelengkan kepala, melihat Mentari berlari ke arah mobil sport berwarna kuning merek Porsche itu.
"jangan asal ngomong yah, Mentari nggak gitu" bantah Ciara seolah membela sahabatnya.
****
Langit memperhatikan Mentari sejak duduk di mobil Jazziel hingga keluar dan berlari ke arah mobil sport berwarna kuning tersebut. Tidak ada sepatah kata pun yang keluar, hanya tatapan acuh yang tergambar.
KAMU SEDANG MEMBACA
ACHIEVING
Romance"Mentari, lo pernah denger nggak sih, katanya jodoh cerminan diri kita sendiri? Berarti hidup lo bakalan suram, secara lo ngomong kalo ditanya doang selebihnya belajar". "yah nggak masalah, aku justru kasihan sama hidup kamu" "kenapa jadi hidup gue...