BAGIAN KEDUA - Pertemuan

3 0 0
                                    


Langit Achie Zionathan, laki-laki yang terkenal sangat dingin, jarang bicara, memiliki lirikan mata yang tajam, senyum yang mahal (senyumnya hanya untuk pak Ujang, bu Diah, dan ketiga sahabatnya).

Arkana Biantara, dijuluki manusia hampir sempurna di Bougenville karena memiliki sifat humble, pandai dalam akademik maupun non akademik yang membuatnya disukai oleh banyak perempuan. Namun satu hal yang kurang, Arkana sangat jauh dari dunia percintaan. Disukai oleh banyak perempuan tidak menjamin memiliki pasangan.

Jazziel Kivandra, memiliki julukan playboy. Bukan tanpa alasan, tapi karena dunianya hanya dikelilingi oleh perempuan. Menurutnya satu perempuan tak cukup baginya untuk membuatnya senang.

Gaharu Diratama, sangat berbeda dari ketiga sahabatnya itu, Gaharu terkenal akan kepandaiannya perpuisi, walaupun terkadang puisi yang dia ucapkan tak memiliki arti dan sedikit hancur, namun itu tak membuatnya berhenti berpuisi. Sapardi Djoko Damono adalah salah satu sastrawan yang dia kagumi, hampir semua buku puisi miliknya dibelinya. Gaharu juga terkenal sangat jail.

****

"gimana gue udah ganteng belum?" seperti biasa Jazziel dengan menatap cermin ajaibnya meminta pendapat pada ketiga sahabatnya itu, selalu ingin tampil sempurna di depan para wanita, tak boleh sedikit kekurangan dalam dirinya, karena itu akan membuatnya sangat frustasi.

"Jazziel Kivandra, tidakkah engkau lelah memandangi cermin setiap detiknya, tidakkah engkau lelah bertanya tentang penampilanmu setiap harinya, jujur wajahmu terlihat sama saja setiap harinya, tak ada perubahan, bahkan semakin jelek" ucap Gaharu dengan nada puitisnya dan menekankan suara diakhir kalimatnya.

Arkana dan Langit hanya tertawa sambil menggelengkan kepala melihat tingkah Gaharu dan Jazziel.

****

Beberapa menit setelah memesan, terlihat bu Diah membawa 2 mangkok berisi seblak ke meja tengah. Yah, Mentari dan Ciara duduk di meja tengan, meja kesayangannya yang berada di tengah-tengah. Sengaja Ciara memilih meja itu, karena di meja kesayangannya itu, dia dapat menatap lelaki idamannya sampai puas.

"ini pesanannya gadis-gadis cantik" ucap bu Diah sambil meletakkan 2 mangkok seblak ke depan Mentari dan Ciara.

"ibu, itu semua pesanan Ciara bukan pesanan Mentari" ucap Ciara sambil memanyunkan bibirnya.

"jadi nona Mentari pesan apa?"

"air putih aja bu, kalau Ciara udah kenyang, berarti saya udah kenyang bu"

"hahaha, ditunggu yah kalau begitu" ucap bu Diah bergegas menuju kulkas mengambilkan sebotol air putih dingin pada Mentari.

"terimakasih ibu" lirih Mentari sambil tersenyum tipis.

"Mentari, ko tadi terlambat sih?"

"hmm"

"kenapa tadi lo terlambat, gak biasanya"

"tapi jangan bilang-bilang yah" bisik Mentari pada Ciara

"kenapa?"

"janji dulu" mengangkat jari kelingkinya ke depan.

"iya janji" Ciara mengaitkan kelingkingnya pada kelingking Mentari

"hihihi"

"kenapa jadi ketawa, cerita nggak"

"janji yah nggak bilang siapa-siapa"

"Mentariiiiii, iyaaa"

"sepeda ku rusak, soalnya tadi keserempet mobil, jadinya aku lari dari perempempatan jalan sampai ke sekolah, tapi aku nggak apa-apa ko"

"ketabraaakkk" teriak Ciara kaget, berhasil mengagetkan seisi kantin

"Ciaraaa, pelan-pelan, jangan berisik" lirih Mentari pada Ciara yang berteriak, berusaha mencairkan suasana, karena saat ini siswa yang berada di kantin tengah menatapnya bingung.

"eh iya maaf, ko bisa?" ucapnya pelan mengimbangi suara Mentari

"mungkin kurang fokus aja tadi"

"tapi bener kan lo nggak apa-apa, atau nanti kita ke RS dulu ngecek siapa tau ada luka dalam gitu, atau tangan sama kaki lo patah, atau lo gegar otak" Ciara berusaha meraba tubuh sahabatnya itu, memastikan apakah benar tidak terjadi apa-apa atau Mentari hanya menyembunyikan lukanya.

"aku baik-baik aja ko, tenang aja, lanjutin makan seblaknya" ucap Mentari sambil tersenyum dan menyuruh sahabatnya melanjutkan makanannya yang tertunda tadi.

"nanti gue yang nganterin pulang yah, jangan nolak" kata Ciara kemudian melanjutkan makan.

****

Bel pulang sekolah akhirnya berbunyi. Semua siswa SMA Bougenville meninggalkan kelasnya masing-masing, beberapa dari mereka menuju parkiran untuk mengambil kendaraannya, beberapa berlarian menuju gerbang yang telah dibuka oleh pak Ujang.

"sial" umpat Ciara sambil menendang ban mobilnya

"kenapa?" tanya Mentari

"nggak tahu nih, mobilnya tiba-tiba nggak bisa nyala, malah gue nggak tau menau tentang mobil lagi"

"terus gimana?"

"lo ngerti mesin nggak?"

"gila kamu yah, jangankan mesin, bawa mobil aja aku nggak bisa"

"terus gimana dong?"

Mentari hanya mengedikkan bahunya.

Tiba-tiba . . . .

"sungguh indah takdir Tuhan, mempertemukan diriku insan yang kesepian dengan sang pujaan hati yang cantik" suara Gaharu melantungkan puisi untuk sang pujaan hati

Mentari yang mendengarnya hanya tertawa geli sambil menutup mulutnya.

"ihh apaan sih, norak tahu nggak" ucap Ciara sambil menatap Gaharu tajam

"ada yang bisa kanda bantu duhai tuan putri Ciara"

"lo pergi dari hadapan gue udah sangat membantu, sana pergi, makin nggak mood gue ngeliat muka lo, apalagi dengar puisi lo" usir Ciara pada Gaharu

"mobil lo pasti mongok kan, mending ikut sama kita, nanti biar gue yang nelfon orang bengkel buat jemput mobil lo, atau lo mau nunggu sampai malam disini" Jazziel menawarkan tumpangan pada Mentari dan Ciara.

"gimana mau nggak, Tar" bisik Ciara pada Mentari

"nggak deh, lo aja, gue jalan kaki aja ke depan nunggu bus, lagian kan nggak searah" tolak Mentari dengan suara berbisik

"ya kalau lo nggak mau, ngapain juga gue ikut" ucap Ciara selanjutnya

"lo harus ikut, kesempatan nggak datang dua kali, tuh ada Arkana dalam mobil, pujaan hati lo" ucap Mentari sambil menganggat alisnya menunjuk ke arah Arkana yang berada di jok belakang mobil milik Jazziel.

Ciara hanya mencubit pelan pinggang Mentari yang membuatnya sedikit kesakitan.

"gimana mau nggak" ucap Jazziel

"tuan putri jangan lah berpikir terlalu lama, ikutlah bersama kanda, kanda akan mengantarkan tuan putri ke istanamu" lagi lagi Gaharu merangkai kalimat menjadi puitis

"aku duluan yah, bye bye" Mentari kemudian melambaikan tangannya pada sahabatnya kemudian berjalan duluan.

"loh, ko Mentari jalan duluan" tanya Jazziel

"iya dia mau nunggu bus aja, biar gue yang ikut, soalnya dia nggak searah" ucap Ciara kemudian membuka pintu mobil Jazziel dan duduk di jok tengah.

Ada seseorang yang duduk di jok belakang bersama Arkana, yang dari tadi memperhatikan perbincangan Jazziel, Gaharu, Ciara, dan Mentari. Dia adalah Langit, yang sedang bermain rubik. Tangannya memang asik bermain rubik, namun matanya sedari tadi memperhatikan Mentari, namun tak ada yang menyadarinya. 

ACHIEVINGTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang