Magic pill💊 (4)

15.4K 391 35
                                    

"Tuan, apa sekarang aku bisa melihat wajahmu?" Miyagi yang lupa bahwa tubuhnya kini tidak mengenakan atasan sontak saja berbalik setelah bertanya.

"Eh, kenapa berbalik? bukankah kau ingin melihat wajahku?" Hagiwara melingkarkan tangannya di pinggang pemuda hamil itu, sembari mengusap lembut perut Miyagi yang menonjol, lalu dia menempelkan hidungnya, mengendus perlahan ke kulit leher Miyagi.

"I ... ini memalukan, aku malu." Miyagi yang merasa geli ketika lehernya dicium beberapa kali lantas berbalik perlahan dan langsung menemukan tatapan tajam dari pria yang selama ini mengaguminya. "Hagiwara-san ... " tangan Miyagi membelai wajah Hagiwara dari pipi, mata hingga ke bibir.
Hidungnya mancung dengan kulit putih bersih, matanya mengerjap bersinar bak bintang di malam hari, Miyagi memandangi pahatan sempurna wajah penggemarnya tanpa berkedip.

"Aku tahu dan kau juga tampak lebih cantik jika dilihat secara langsung, kau lebih panas dari yang kukira." Hagiwara segera mencium bibir Miyagi, melumatnya tanpa ampun, memainkan lidahnya menyisir seisi rongga mulut. Permainan lidah sangat intens bahkan mereka lupa masih berada di depan pintu kamar.

Keduanya benar-benar menginginkan satu sama lain. Ciuman terlepas menyisakan benang saliva bertaut di antara kedua bibir, nafas Miyagi ngos-ngosan karena selain berciuman, tangan Hagiwara bermain di putingnya, memilin-milin niple yang sangat sensitif, hingga cairan susu merembes sedikit.

"Ahh... tuan, kau baru saja datang, apa kau tidak lelah?" ucap Miyagi sambil terengah.

"Tidak." Hagiwara mencium bibir ranum itu lagi, mengulum dan bermain dengan lidah basah Miyagi, sambil berciuman Hagiwara menggiring tubuh Miyagi untuk ke sofa.

Kini Miyagi duduk di atas pangkuan Hagiwara, menatap wajah cantik tanpa polesan make up itu dengan seksama. "Cantik ... " gumamnya. Pandangan jatuh ke area dada, di sana penuh dengan bekas-bekas cairan susu. "Melihat dadamu membuatku haus." Iris kelam Hagiwara kembali ke wajah Miyagi. "Boleh kah aku ... "

"Ya, tentu saja," sahut Miyagi secara tiba-tiba.

Padahal Hagiwara belum sempat menyelesaikan ucapan tapi pria hamil di atas pangkuannya sontak mengatakan iya, menyadari hal itu Miyagi jadi malu lagi.

Hagiwara menjulurkan lidah, menjilati puting yang menegang. Ujung lidah memutar di sekitar puting. Miyagi memejamkan mata, bibirnya melenguh ketika bibir Hagiwara tiba-tiba menghisap kuat. Air susu terasa keluar dengan deras tapi kali ini air susu tidak keluar dengan sia-sia. Tegukan demi tegukan masuk ke tenggorokan Hagiwara.

"Shhh... Ahh... tuan." Tubuh Miyagi melengkung, dadanya membusung ke depan, karena ukuran perut yang besar dia merasa sedikit sesak dengan posisi seperti ini. Perut tertekan bagian depan tubuh Hagiwara. Tangannya menekan kepala pria di depannya.

Sesapan terus saja dilancarkan dan tangan Hagiwara merayap ke bokong sintal, meremas kuat lalu menurunkan celana Miyagi hingga hampir setengah bokong putih itu terlihat jelas. Jari Hagiwara mulai menjelajahi pantat berisi itu dan lubang crysan kembali basah oleh cairan pelumas alami. Dua jari langsung masuk menyentuh rektum, menggesek keluar masuk.

"Sayang, kamu sudah sangat basah." bisik Hagiwara, setelah berucap dia lanjut menghisap puting kiri Miyagi yang masih penuh oleh air susu, Hagiwara minum susu langsung dari sumbernya, ini adalah momen langka.

"Ahh ... Tuan bisa ahh berhenti, perut ku... "

"Ah... Gomen aku benar-benar lupa kamu sedang hamil. Apakah sakit?" Hagiwara nampak panik, dia mengusap-ngusap perut besar Miyagi.

"Tidak, hanya saja sedikit sesak."

"Maaf, aku melakukan ini padamu, padahal kita baru saja bertemu."

"Kita memang baru saja bertemu, tapi kau bukan orang asing dan aku juga menginginkannya, jadi tidak apa-apa." Jelas Miyagi.

Melihat tak ada penolakan dari Miyagi, Hagiwara meminta Miyagi mengubah posisi duduk. Kini pria hamil itu sudah telanjang sepenuhnya sedangkan Hagiwara masih dengan pakaian lengkap, tapi berantakan dan penis besarnya juga mencuat keluar siap untuk dimanjakan.

Namun sebelum itu, Miyagi meminta kegiatan seks mereka direkam dia ingin mengabadikan momentum ini.

Ponsel diletakkan di atas meja dengan mode rekam. Miyagi kini duduk memunggungi Hagiwara di atas pangkuan dia memposisikan penis besar itu pada lubang bawahnya. Karena hole yang sudah sangat basah, penis itu menerobos masuk dalam sekali dorongan. Benda kesejatian Hagiwara kini tertanam di dalam lubang, "Akhh!" rintih Miyagi kepalanya terdongak

Sedangkan Hagiwara menggeram rendah, merasakan penisnya seperti dibungkus erat.

Miyagi mulai nenggerakkan pinggulnya. "Ohh... tuan, milikmu sangat besar, aku merasa bayi di perut bergerak terus."

Hagiwara tersenyum. "Ya mungkin mereka senang saat milikku berkunjung ke dalam."

"Ahh ahhh... " desahan Miyagi bertambah nyaring, tapi sesekali dia mengigit bibirnya. Penis besar menumbuk titik sensitif Miyagi berulang kali, kenikmatan ini tidak bisa dilukiskan.

Hagiwara yang tadi diam, kini juga ikut menggerakkan pinggulnya.
Suasana ruang tamu bertambah panas.

Kedua tangan Hagiwara bermain di dada Miyagi, meremas dan menekan hingga air susu mengalir deras, Miyagi mengigit bibir bawahnya saat merasakan perutnya mengencang dan bertambah bulat. Akhh.... terasa semakin membesar...
Ohhh, Ahhh..." pinggul terasa kebas, bagian hole juga ngilu. Dia tidak bisa membedakan apakah ini sakit karena benda keras yang keluar masuk di dalam rektumnya atau karena pergerakan bayi semakin turun.

"Sebentar lagi sayang aku akan keluar." Hagiwara mengangkat bokong Miyagi, menusukkan penisnya semakin brutal.

"Akhhh... tuan aku ahhhhhh..... " perasaan Miyagi bagai terhenyak oleh dorongan nafsu, menghantarkan dia pada gelombang kenikmatan tak berbatas dan di detik selanjutnya cairan putih kental muncrat dari ujung penisnya.

Gerakan Hagiwara yang tak beraturan membuat tubuh lemas Miyagi berguncang, perut buncit itupun seakan-akan bergolak dari dalam, Miyagi yang tenggelam dalam pelepasan tak kuasa menahan bobot tubuhnya yang lemas, punggungnya bersandar sepenuhnya di dada Hagiwara. Riak napas panas penuh nafsu bergejolak di telinga Miyagi hingga geraman itupun menggema, dibarengi tubuh bergetar pria yang diduduki, sekaligus cairan hangat yang menyembur kuat di dalam hole basah miliknya, ini menandakan akhir dari persetubuhan mereka berdua.

Miyagi dan Hagiwara sama-sama menikmati pergumulan mereka, meski kini rasa sakit di perut Miyagi semakin bertambah kuat, mulas dan tulang panggul semakin nyeri.

"Miyagi, ini di luar ekspetasiku, awalnya aku datang kesini hanya untuk membantumu melahirkan bayi, tapi kau sangat menggoda, aku tidak tahan. Gomen ... " Hagiwara berucap dengan suara yang berat.

Mata Miyagi yang masih tertutup kini terbuka lebar. "Apa maksud anda, aku akan benar-benar melahirkan bayi? bayi manusia?"

"Iya, kamu akan melahirkan bayi," jawab Hagiwara penuh kepastian.

Tbc

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 25 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

My obsessed MpregTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang