31 Desember 2014
Pagi-pagi benar, sebuah taksi melintasi jembatan terkenal di negara ini, berangkat dari sebuah daerah pecinan menuju ke perumahan yang berada di dekat pelabuhan. Di dalamnya ada seorang penumpang, nama aslinya Kim Jennie, gadis berdarah Korea yang khas tapi besar dan tumbuh di luar negeri, baru saja turun dari taksi sembari memperhatikan lingkungan sekitarnya.
Dia memasuki sebuah rumah tua, tidak usang, tapi rumah itu sudah terlihat tua. Rumah yang biasa di sewa oleh para mahasiswa yang berkuliah di sekitar sana. Saat ini Jennie memakai nama samarannya, Jennifer Ruby Jane, untuk menemui seseorang. Ini adalah babak pertama dan terakhir dalam cerita hidupnya, wanita itu berjalan masuk ke dalam rumah, menaiki anak tangga menuju ke lantai dua lalu ia mengetuk salah satu pintu dan menunggu orang di dalam untuk membukanya.
Tok.. tok.. tok..
Di kamar nomor 24, sesuai dengan nomor yang tertera di pintu, seorang lelaki membukakan pintunya untuk Jennie.
"Maaf kita tidak boleh berisik, Ayahku sedang tidur, dia bekerja hingga larut malam," jelasnya pada Jennie, "ayo masuk." Jennie yang sudah dipersilakan masuk pun menuruti ucapan lelaki itu sambil tetap menjaga suaranya untuk tidak terlalu berisik dan menutup pintu kamar bernomor 24 itu perlahan-lahan.
Jennie mengikuti lelaki itu masuk ke dalam kamarnya, dimana ia sedang berkutat dengan komputer model lamanya, "aku sudah memperbaiki warnanya dan sudah menggantinya juga tadi malam," di monitor tampak wajah Jennie yang sudah di edit sedemikian rupa, lelaki itu sedang membuatkan data diri palsu milik Jennie, "aku juga menambahkan beberapa gambar dari internet," Lelaki itu memperlihatkan sesuatu pada Jennie sembari mengeluarkan beberapa data diri dari dalam amplop cokelat, "meski masih ada kecacatan dari hasilnya, noda buram dan perubahan warna adalah ciri khas editanku, tapi belum pernah ada yang mempersoalkan detail itu sejauh ini." Jelasnya. Sembari mendengarkan penjelasannya, Jennie memperhatikan seisi kamar lelaki itu, ada beberapa bola baseball yang di tandatangani serta di masukin ke dalam kotak kaca, sepertinya itu sangat berharga.
Jennie pun memperhatikan gambar-gambar data identitas dengan foto dirinya, wanita itu mengecek satu per satu dari identitasnya seperti surat izin mengemudi, kartu penduduk dan juga passport.
"Kenapa harus umur 29?" Tanya lelaki itu, "maksudku kalau aku menjadi kau, aku akan memilih umur yang jauh lebih muda." Senyumnya.
Jennie juga ikut tersenyum, "kau baik sekali June, kerja bagus." Jennie memberikan beberapa lembar uang dengan pecahan paling besar pada June.
"Senang berbisnis denganmu, jika kau atau temanmu butuh bantuan.."
"Kenapa kau melakukan ini?" Potong Jennie cepat.
"Maaf, bisa kau ulangi?" June mengantarkan Jennie keluar dari ruangannya.
"Kau pintar tapi pemalsuan dokumen adalah tindakan kriminal, kau bisa di denda 3 milyar dan di penjara selama 6 tahun." Ucap Jennie.
"Oh sial, k-kau polisi?" Terlihat perubahan ekspresi yang cepat dari wajah June.
Jennie terkekeh, "tidak, aku tidak ada hubungannya sama sekali dengan polisi, aku hanya tidak suka melihat bakat luar biasa yang di sia-siakan Junho."
"Namaku June.."
"Ada bola baseball yang bertanda tangan di kamarmu, bertuliskan 'untuk Junho'," June menghela napasnya dengan lemas, "jangan ceroboh, terkadang hal kecil bisa membongkar rahasiamu." Jennie pun keluar dari rumah sewa milik June sembari tersenyum miring.
Wanita itu kembali melanjutkan perjalanannya menggunakan taksi menuju suatu tempat. Lebih tepatnya adalah, ia pulang ke rumahnya, Jennie membuka mantel yang sedang ia kenakan dan menggantungnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Little Secret [END]
FanfictionSeorang wanita yang selama 6 dekade terakhir menyembunyikan identitas aslinya demi keselamatan hidup dirinya sendiri dan sang anak perempuan. Parasnya yang tetap menawan bahkan di umurnya yang tidak lagi muda cukup menyulitkan untuknya karena harus...