04. Mom & Me: Sisir Cinta

16 0 0
                                    

"Huft ... Selamat! Hampir aja gue keceplosan." Dirga menghela napas lega setibanya pemuda itu di halaman depan rumahnya.

Waktu mulai semakin gelap, dan adzan maghrib pun telah usai berkumandang sekitar beberapa menit lalu.

Niat hati ingin mengutarakan perasaannya pada Angel secara terang-terangan malah berakhir gugup duluan. Nyalinya tiba-tiba menciut. Apalagi ketika Angel menawari Dirga untuk masuk ke dalam rumahnya.

Seolah gadis itu tidak menganggap Dirga sebagai laki-laki.

Jujur, Dirga merasa sedikit nyesek, namun lumayan deg-degan juga.

"Kapan Angel lihat gue sebagai cowok? Perasaan dari dulu sikapnya santai aja, seolah-olah gue setara sama temen-temen ceweknya. Kurang gue di mana coba? Ganteng, udah. Perhatian, udah. Shh, minusnya gue nggak pinter, sih. Arghhh! Masa iya gue harus juara satu dulu, baru dilirik Angel?"

"Dirga? Habis dari mana?" Sahutan dengan nada bariton itu berhasil membuyarkan lamunan serta gerutuan Dirga.

Pemuda jangkung tujuh belas tahun itu refleks berbalik dan mendapati papanya tengah berdiri kaku dengan setelan kerja lengkap.

"Eh, Papa. Baru selesai kerja, Pah?" Dengan penuh hormat, Dirga menyalimi tangan papanya.

Sang papa, sebut saja namanya Aldimas, lantas tersenyum tipis.

"Papa titip rumah, ya, Ga. Papa mau berangkat ke beberapa desa buat selesaikan kerja. Paling nanti tengah malem, atau nggak besok pagi-pagi Papa langsung pulang. Kamu nggak pa-pa 'kan Papa tinggal?" Ujar Aldimas, sembari menepuk pundak putra sematawayangnya beberapa kali.

"Oh, Papa mau berangkat lagi?" Aldimas mengangguk dan tersenyum tipis sampai membuat sepasang matanya sedikit menyipit. "Kamu kalo laper suruh aja Bi Euis buatin makan. Oh, ya. Uang jajan masih ada?"

"Emh, masih ada kok. Papa tenang aja. Rumah dijagain sama Dirga mah amanlah poloknya." Dirga menepuk dada beberapa kali. Senyuman tengil lagi-lagi terpampang di wajahnya.

Aldimas tertawa. Tangannya merogoh dompet di saku celana. Lalu mengeluarkan tiga lembar uang seratus ribuan dari sana.

Sepasang bola mata Dirga berbinar. Tangannya sudah refleks terulur hendak meraih si merah merona yang dikeluarkan dari dompet papanya.

"Nih, Papa tambahin. Tapi jangan dihabisin! Ini buat jaga-jaga aja, siapa tahu kamu butuh buat beli keperluan sekolah. Oke?" Secepat kilat, Aldimas menjauhkan uang tersebut saat Dirga hendak mengambilnya.

Dirga menyengir lebar. "Iya, iya. Aman Pah, aman. Janji nggak boros!" Ujarnya, seraya mengangkat kedua jari telunjuk dan jari tengah membentuk peace.

Aldimas lagi-lagi tertawa, lalu memberikan uang tersebut tanpa mau berdebat panjang.

"Ya udah, Papa berangkat dulu. Oh, ya. Ada yang mau Papa omongin sama kamu sebenarnya. Tapi, mungkin nanti aja." Kata Aldimas, sebelum akhirnya pria itu memutuskan kembali berangkat kerja.

***

Di pagi hari yang sedikit mendung, Dirga yang awalnya begitu malas menapaki koridor demi koridor kelas, seketika bersemangat saat netranya menangkap sesosok punggung seseorang yang sangat dia kenali.

Buru-buru pemuda itu berlari sampai akhirnya, lengannya dengan secepat kilat mendarat di bahu perempuan yang tak lain ialah Angel.

"Hai, Angel!" Berlagak bestie sejati, Dirga lanjut sapa basa-basi.

Angel berdesis kesal. Jantungnya hampir saja copot gara-gara tingkal usil nan tengil Dirga.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 15, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mom & MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang