Kakakadekzone

3 0 0
                                    

    Sebuah tangan kekar terulur merangkul bahuku, saat aku baru saja meletakkan alat tulis ku pada tempatnya. Sebenarnya tak benar-benar merangkul. Dia hanya meletakkan telapak tangannya di bahuku, lantas dia berdiri di sampingku. Sedangkan aku masih duduk di kursi kerjaku.

"Lupa bikin surat jalan?" Tanyanya, saat melihat surat jalan yang masih berserakan di meja kerjaku. Aku hanya bergumam pelan.      
    " Sini istirahat dulu" Dia menarik pelan kepalaku, untuk bersandar diperutnya setelahnya dia akan mengelus pelan kepalaku. Ini salah satu posisi ternyaman saat bersamanya.  

         " Arya nyamperin, Adek?"  

        "Iya sambil ngomel-ngomel lagi. Mana masuk kamar aku gak ketok pintu dulu" Adu ku padanya dengan cemberut, dia hanya tersenyum   mencubit pelan pipiku.      
    "Maklumlin aja,lagi BT dia. Gak jadi malam  mingguan sama pacarnya, bagian kirim barang malam ini." Seketika aku menoleh kearahnya dia mengangguk meyakinkan.     
     "Jadi yang kirim barang Abang sama Kak Arya" Tanyaku kelewat antusias. Dia mengangguk dengan senyum manis di bibirnya.

         "Bukan Kakak?"  

         "Bukan!"

          "Ada beberapa seri urgent yang belum selesai, masih dikerjai tim produksi. Jadi Kakak harus stay di pabrik untuk bantuin dan pastiin semua beres sebelum besok dilempar ke tim finishing" Jelasnya padaku.  

       "Hore . ." Teriakku girang. Meskipun dia tinggal untuk kerja lembur, setidaknya aku tak sendirian malam ini. Aku bisa menemaninya lembur dan membahas apa saja seperti biasa. Kami lebih banyak menghabiskan waktu bersama di pabrik dari pada diluar. Dia sudah sampai di pabrik sebelum jam 8 pagi, pulang jam 5 bahkan bisa sampai jam 9 malam kalau lembur.    

       "Nanti malem kamu mau ngapain?" Tanya Kak Andre sambil sesekali mengelus rambutku.

       "Gak ngapa-ngapain sih,paling nonton drakor "

         "Kenapa?" Tanyaku.

          "Gak apa-apa, temenin kakak lembur ya nanti malem"

           "Ok!!Aku dapat apa?" Tanyaku dengan senyum jail.

           "Apapun yang kamu mau dari Kakak, akan Kakak kasih . ."Manis kan atau nakal haha.Aku menggigit mulut bagian dalamku, untuk mencegah senyum malu tapi mau milikku haha. Otak gue bener-bener geser kayaknya.( jangan dianggap serius ya, buat ngisi kekurangan kata)

     "Wah malam enak-enakkan mojok ya kalian berdua?" Tegur Kak Arya, tiba-tiba muncul di ambang pintu dengan wajah kesal. Aku kembali duduk dengan benar di kursiku.    
     "Markonah surat jalan mana?" Kak Arya berjalan mendekat. Aku segera menyodorkan buku berwarna kuning cerah itu padanya.   
   "Nih . ."

      "Mandi sono loe, bau. Jangan nonton drakor mulu" Dumelnya.

      "Ayo Dre buru bantuin gue masukin barang ke mobil" Kak Arya berlalu begitu saja tanpa pamit. Emang jelangkung ya dateng gak salam pergi gak pamit.

      "Kamu mandi gulu gih keburu sore" Kak Andre menepuk kepalaku pelan.

       "Kakak mau bantuin Kak Arya dulu sebelum tambah bad mood dia" Kak Andre berlalu menyusul Kak Arya meninggalkanku sendiri. Dia Kak Andre, Andre sebastian kepala tim produksi 1. Siapa dia untukku? kalian bisa menilainya sendiri nanti, sekarang waktunya mandi cantik.

                          ^love°

     Saat aku keluar ke teras rumah, hari mulai gelap. Kak Andre baru saja mengunci box mobil bagian belakang.

    "Baru selesai, Kak?" Tanyaku sambl berjalan menghampirinya, dia terlihan lelah. Keringat membasahi wajah dan tubuhnya. Malam ini memang cukup banyak barang yang dikirim, maklum akhir bulan.

     " Nih minum dulu, kakak istirahat" Aku mengulurkan minuman dingin padanya dengan suka cita ia kenerimanya, mengambil duduk dikursi teras ia minum  hingga setengahnya.

     " Loe emang pilih kasih ya, Sis" Protes kak Arya, tiba-tiba sudah berdiri didepan pintu samping pabrik. Sambil menenteng tote bag berisi sample dan surat jalan yang aku buat tadi. Emang jelangku dia atau gue aja gak sadar kalau dia muncul. Dibelakangnya ada Abang yang sedang mengunci pintu pabrik. penampilan mereka tak jauh berbeda dengan penampakan kak Andre, sama- sama bermandikan keringat.

        "Nih . ." Kusodorkan tas kresek berwarna hitam yang sedari tadi ku pegang. Tanpa rasa malu Kak Arya merebut tas kresek itu, garis bawahi merebut. Mengambil salah satu minuman dingin seperti milih Kak Andre lantas meminumnya. Dan sisanya diberikan pada Abang.   

     "Sama - sama" Sindirku pada Kak Arya, yang sudah menghabiskan minumannya tak merasa terdindir sama sekali emang muka badak dia.

"Makasih ya, Dek" Abang berjalan mendekat, mengelus kepalaku pelan lalu minum minuman yang aku berikan tadi hingga tandas.

        "Kalian berangkat jam berapa?" Tanya Kak Andre masih anteng dikursi teras, dengan sebatang rokok yang terjepit diantara jari telunjuk dan jari tengah.

       "Gak tau masih capek  gue!" Jawab Kak Arya yang duduk selonjoran di lantai dan ikut merokok. Abang dan aku masih berdiri disamping Kak Arya, Abang sibuk dengan ponselnya dan aku dikacangin.

      "Abang . ." Panggilku pelan menarik ujung kaos ysng dikenakannya.

      "Iya, Dek" Sahutnya tapi fokusnya masih pada ponselnya, kan dikacangin lagi.  
    "Abang!!" Panggilku pagi tak puas dengan sedikit kesal.

      "Iya Dek, iya!!" Kali ini akhirnya menoleh kearahku setelah menyimpan ponselnya. Kuberikan senyum termanis yang aku punya.
       "Ada maunya, tuh  .  ." Nyiyir Kak Arya dengan wajah super menyebalkannya. Matanya menyipit melirik sinis kearahku. Bilang aja sirik.

       "Mau apa, Dek?" Mengabaikan nyinyiran Kak Arya Abang menatapku dengan senyum teduhnya. Saatnya beraksi haha ketawa jahat.
       "Aku mau martabak telur spesial yang ada dideket blok 2, tempat kerjanya Putra ya, Bang" Pintaku menampilkan wajah seimut mungkin.

       "Wah ngarang ni, Bocah. Kita itu mau kirim barang ke blok 9 bukan ke blok 2, Markonah" Sela Kak Arya kesal saat mendengar permintaanku.

       "Deket ini Kak Arya" Aku cemberut seketika.

      "Pala loe deket  . ." Kak Arya semakin melotot.

      "Iya nanti dibeliin" Sela Abang saat melihat tanda-tanda perang barathayudha akan dimulai.

   "Emang Abang yang terbaik, gak kayak tuh . " Aku melirik sinis kearah Kak Arya.

      "Suruh Rizal aja beliin ceweknya, nanti kita tinggal ambil, Fan . ."

    "Loe Chat . . ."  

    "Mantannya" Potong Kak Andre cepat bahkan sebelum abang menyelesaikan kalimatnya.

      "Kenapa loe yang sewot, bukan cewek loe juga kan" Balas Kak Arya tak mau kalah. Dan skak Kak Andre gak bisa ngomong apa-apa lagi.

     "Gara-gara siapa dia bisa jadi mantannya" Sindir Kak Arya aku hanya tersenyum miris.

    "Yaudah kamu masuk gih, banyak asap rokok Abang juga mau ngerokok" Pinta Abang mengelus pelan kepalaku.

     "Siap kapten" Aku hormat layaknya prajurit tentara pada Abang.

      "Dah Abang, dadah kakak. Bye Kak Arya jelek whe .  ." Aku menjulurkan lidah pada Kak Arya sebelom lari kedalam rumah.

        "Loe terlalu manjain dia, Fan" Gerutu Kak Arya samar-samar masih bisa kudengar, yang dibalas kekehan kecil dari Abang.

         "Kalau bukan gue yang manjain siapa lagi, gak mungkin loe kan" Tambah Abang.   
       "Ogah gue manjain dia, bisa mati muda gue. " Dumel Kak Arya.

Kotahu,6juni23      
ꅐꉣ14ꇙꏂꉣ23

Putus Atau terus(LAGI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang