Edisi mantan Siska

2 1 0
                                    

"Kamu tahu, kalau Abang sama Kak Arya mau ke Malang?" Todong Siska menatap penuh protes kearah Ayah Xander.

"Itu aja, Mbak. Terima kasih!"

"Tahu, Abang spill digrup keluarga!" Jawab Ayah Xander setelah pelayan yang melayani mereka pergi.

"Kamu masih masuk grup?" Siska cukup terkejut , mendengar salah satu fakta yang baru diketahuinya.

"Masih. Dulu, setelah kita pisah aku keluar dari grup keluarga ataupun siblings. Tapi, Abang invite lagi" Jelas Ayah Xander. Mereka sekarang sedang berkumpul disalah satu cafe, yang kebetulan berada didepan supermarket tempat mereka belanja tadi.

"Terus kenapa gak bilang?" Tuntut Siska, ia masih tak terima, ia menjadi orang terakhir yang tahu bahwa saudara-saudaranya akan datang.

"Kamu gak tanya!"

"Ayaaahhh . ." Gerah Siska dengan wajah membrengut kesal.

"Abang tanggung jawab, Mamanya Xander marah beneran!"

"Abang yang minta, Dek!" Sela Affan saat melihat sang adik sepupu masih menekuk wajahnya.

"Lo juga sih, Sis. Kebangetan banget, gak pernah kuncul di grup keluarga. Sampai mantan suami loe aja, masih masuk grup keluarga, loe aja sampai gak tahu!" Nyinyir Arya yang mengambil duduk tepat dihadapan Siska. Kebetulan mereka mengambil meja panjang, yang saling berhadapan untuk di tempati. Affan duduk diantara Arya dan Andre, yang bersebarangan dengan Ayah Xander. Siska ingin membalas ke nyinyiran Arya, tapi urung ia lakukan karena ponsel Ayah Xander berdering.

"Bentar!" Ayah Xander mengelurkan ponselnya yang tersimpan disaku celana.

"Hallo . ."

"Assalamualikum, Xander . ." Xander terkikik malu karena ia lupa mengucapkan salam.

"Walaikum salam, Ayah . ."

"Xander sudah pulang, Ayah" Seru Xander heboh disebrang sambungan.

"Oke. Xander tunggu sama missnya dulu ya, sekarang Ayah jemput!" Pesan Ayah Xander, hendak bangkit mencari kunci mobilnya.

"Gak usah Ayah. Xander mau dianter Temen Xander sama Papanya. Ayah dimana?"

"Ayah lagi di cafe, didepan super market yang biasanya Mama belanja!" Jelas Ayah Xander.

"Xander tahu, Xander kesana!" Seru Xander penuh semangat, bocah laki-laki berumur 5 tahun itu rasanya tak pernah kehilangan semangatnya.

"Oke, hati-hati ya Nak?" Pesan Ayah Xander.

"Tapi, beneran gak ngrepotin?" Tanya Ayah Xander memastikan. Terdengar suara Xander bertanya lirih diujung telepon.

"Kata Omnya gak repot, Ayah!"

"Ok. Ayah tunggu disini!"

"Xander tutup, Ayah. Assalamualaikum!"

"Walaikumsalam!" Ayah xander kembali menyimpan ponselnya, disaku celananya.

"Xander udah mau pulang?" Tanya Siska

"Udah, kayaknya acaranya beres lebih cepet!" Jelas Ayah Xander, sambil mengelap meja yang berada didepannya dan Siska dengan tisu.

"Gak loe jemput?" Tanya Arya sok kepo.

"Mau dianter sama temennya, Kak!" Jawab Ayah Xander masih sibuk dengan kegiatannya

^love°

"Xander!" Affan yang pertama kali menyadari kehadiran keponakannya itu dipintu masuk cafe. Merasa namanya dipanggil, Xander clingukan mencari sumber suara. Saat menemukan sumber suara, ia melompat kegirangan sambil melambaikan kedua tangannya dengan heboh.

Putus Atau terus(LAGI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang