Ghibah

0 0 0
                                    

    Setelah libur hari minggu kemaren, hari ini kami harus kerja lagi. Di pabrik Tante dan Omku ini, dibagi beberapa tim sesuai  𝘥𝘦𝘴𝘬 𝘫𝘰𝘣 mereka masing-masing.

      Pertama, tim harian. Tugas mereka adalah membantu produksi pabrik. Mereka kerja apa saja dan ditempatkan dimana saja, yang dibutuhkan untuk produksi.

      Kedua, tim pripare. Tugas mereka mempersiapkan bahan , alat dan semua kebutuhan produksi. 

      Ketiga, tim produksi 1 bertugas pengoprasian mesin jahit.

     Keempat, tim produksi 2 bertugas pengoprasian mesin obras.

     Kelima, tim produksi 3 bertugas pengoprasian mesin kam overdeck.

     Keenam, tim kancing bertugas untuk melubang dan memasang kancing.

    Ketujuh, tim QC bertugas untuk qontrol cuality produk, setelah dibersihkan tim harian.

   Kedelapan, tim finising beetugas untuk menggosok, melipat dan packing produk.

    Dan semua tim dibawah pengawasan dan tanggung jawab Kak Arya dan aku selaku wakilnya. ( 𝘬𝘢𝘥𝘢𝘯𝘨 𝘢𝘬𝘶 𝘫𝘶𝘨𝘢 𝘣𝘪𝘴𝘢 𝘫𝘢𝘥𝘪 𝘗𝘜 [𝘱𝘦𝘮𝘣𝘢𝘯𝘵𝘶 𝘶𝘮𝘶𝘮] ). Gimana gak aku bisa bantuin Qontrol cuality di tim QC, bisa bantuin packing ditim finising. Bantuin pasang kancing di tim Kancing dan apa aja.

       Contohnya sekarang, aku lagi bantuin tim priduksi 3. Karena seri ini urgent pake banget, besok harus sudah dikirim sedangkan sekarang sebagian masih nangkring di tim produksi. Pengerjangan yang agak ribet, harus bolak balik dari tim produksi 1, 2 dan 3 cukup memakan waktu.

       Meskipun dibagi beberapa tim sesuai 𝘥𝘦𝘴𝘬 𝘫𝘰𝘣 masing-masing. Kami menempati ruangan yang sama, hanya ada beberapa sekat yang masih terlihat. Bertujuan untuk memudahkan produksi. Sedangkan ruang kerjaku dan Kak Arya cukup tertutup, ruangan 3x3 m2 dengan kaca transparan berukuran 1x2 untuk memantau tim produksi.

       "Sambil duduk, Dek!" Kak Andre sudah membawa kursi plastik ditangannya, diletakannya disampingku.

       "Makasih, tahu aja lagi capek"

       "Sama-sama, bisa keringetan gini kamu" Kak Andre menyeka peluh dikeningku, dengan ujung lengan bajunya. Kak Andre gak seromantis itu untuk kemana-mana bawa sapu tangan kan.

      "Kipas anginnya mati" Kutujuk kipas angin yang berada diatas kepalaku, yang sudah tak bergerak 𝘥𝘢𝘯 𝘣𝘦𝘳𝘥𝘦𝘣𝘶.

     "Nanti Kakak suruh si Arya benerin"

      "Gue juga panas nih keringetan" Seorang pemuda seumuran Kak Andre berceletuk usil. Memperagakan gerakan mengelap kening dan mengipasi wajahnya dengan tangan. Dia adalah Kak Rendy , satu  tim dengan Kak Andre di tim produksi 1. Cowok bermata sipit itu memang terkenal usil.

       "Lap nih. ." Kak Andre melempar beberapa bahan yang baru saja aku potong. Aku tertawa saja saat Kak Rendy mengumpat kesal.

     "Kalian juga sih, gak lihat tempat. Udah tahu lagi panas gini, malah mesra-mesraan kan makin gerah!" Timbrung pria parubaya yang bekerja disamping mesin Kak Rendy.

   "Om Nias kita gak mesra-mesraan" Sanggahku cepat.

   "Ke mesin Kakak aja yuk, bantuin permak" Ajak Kak Andre.

     "Terus gunanya loe bawa-bawa kursi buat dia itu apa? Kalau ujung-ujungnya loe bawa pergi anaknya!" Sela Kak Rendy tak habis fikir, lebih ke greget sih dilihat dari wajahnya.

Putus Atau terus(LAGI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang