Share

2 0 0
                                    

   "Hay kakak kenapa?" Siska mendekati Andre yang menelungkupkan kepalanya dimeja kerja miliknya. Ia tahu lelaki ini sedang dalam keadaan tidak baik-baik saja. Makadari itu ia hanya diam saja dan menunggu sampai lelaki itu yang akan berbicara sendiri. Dan benar saja tak lama kemudian, Andre mengangkat wajahnya yang memerah.

    "Kakak lelah, peluk Kakak!" Pinta Andre. Tak banyak bicara Siska berjalan lebih dekat dan membiarkan Andre memeluk perutnya yang ramping.

     "Kakak bisa berhenti, istirahat sebentar lalu bangkit pagi!" Siska mengusap rambut hitam Andre yang mulai memanjang.

     "Apa itu bisa menyelesaikan semuanya?"

     "Tidak, tapi Kakak punya energi extra untuk menghadapi itu semua!" Jawab Siska.

     "Tidak bisa kah 1 hari saja kita melarikan diri, dari semua ini Dek?"

     "Bisa, nanti kita coba ya!" Gurau Siska mencoba mencairkan suasana. Saat ini Andre dalam keadaan yang tidak baik, kalau dia juga ikut lemah semua terasa semakin sulit dan mereka tidak mampu melaluinya.

      "Kita harus coba, sampai suatu saat itu tiba dan memisahkan kita" Kata-kata Andre seperti bom waktu yang meledak. Kata-kata yang mampu menariknya kembali, kekenyataan yang harus mereka lalui. Sejauh apapun mereka berlari , selebar apapun langkah mereka kenyataan ini yang tidak bisa mereka hindari.

     "Ini hidup kita kan, Dek?"

     "Hmmm .  ." Gumam Siska menahan air matanya yang tiba-tiba menggenang dipelupuk mata.

     "Kenapa kita hidup untuk membahagiakan orang lain, kenapa kita hidup untuk memenuhi keinginan orang lain, kenapa orang lain harus ikut campur tentang hidup kita. Tidak bisakah kita sedikit saja egois" Andre semakin dalam menenggelamkan wajahnya diperut Siska. Siska diam saja membiarkan Andre mengeluarkan emosinya, keluh kesahnya, rasa lelahnya yang selama ini ia tanggung sendiri. Inilah sisi lain dari Andre yang biasanya tenang, pekerja keras, mandiri dan ramah. Yang tak semua oranga bisa melihatnya.

       "Egois untuk memilih yang kita ingin pilih, memilih apa yang ingin kita kita lakukan, memilih apa yang kita mau tanpa memikirkan orang lain"

       "Kadang kala kita tidak bisa hidup seperti yang kita inginkan, tak selamanya semua sejalan dengan harapan kita!" Siska mencoba menenangkan Andre, dengan mengusap rambut hingga punggung Andre. Siska tersenyum, saat mendengar gumaman pelan dari Andre. Tandanya lelaki yang memeluk erat perutnya itu masih mendengarkannya.

      "Tidak bisakah kita seperti ini sampai waktu yang lama? Tanpa harus mengingat batas waktu yang kita miliki" Gumam Andre pelan karena teredam perut Siska. Tapi cukup mampu didengar oleh Siska.

      "Entahlah, tapi yang aku tahu. Kita akan bersama-sama melewati semua ini, sampai batas waktu itu tiba!"

     "Kakak bisa berhenti saat Kakak lelah, Kakak bisa menangis saat Kakak sedih, Kakak bisa marah saat Kakak kecewa, Kakak bisa tertawa saat Kakak Bahagia" Siska menjeda kalimatnya.

      "Daaan .  .Kakak bisa senyum, waktu peluk aku kayak gini!" Gurau Siska, tapi cukup mampu membuat senyum Andre kembali.

      "Kamu paling bisa!" Andre mengangkat  wajahnya, menyentil pelan hidung Siska. Siska menangkup wajah Andre dengan kedua tangannya, membuat Andre berfokus padanya.

      "Aku punya kata-kata bijak buat kakak" Beritahu Siska semangat, Andre mengangkat sebelah alisnya seolah tak yakin.

     "Iih beneran .  ." Rengek Siska manja.

Putus Atau terus(LAGI)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang