Hai

147 15 0
                                    

Sejak semalam telinga Renjun udah bising gegara Haechan yang terus merengek meminta untuk ikut nonton konser penyanyi idolanya. Bukan apa, masalahnya playlist Spotifynya banyak diisi lagu-lagunya Lany. Lalu gimana cerita suruh nemenin konser yang lagu penyanyinya aja dia nggak tau betul, ngadi-ngadi. Mau nolak tapi percuma, karena Haechan sudah memberikan tiket gratis untuknya.

Jam perkuliahan sudah selesai sejak 30 menit yang lalu, mau balik kost tapi mager. Akhirnya Renjun memutuskan untuk melipir ke belakang gedung kimia, mungkin bisa disebut seperti taman belajar?

Suasananya sangat tenang, dilengkapi dengan beberapa kursi panjang plus meja, dan disuguhi taman hijau serta air mancur. Daripada gabut, ia memutuskan untuk berselancar di dunia perjurnalan, itung-itung menyicil tugas review jurnal untuk minggu depan. Jemarinya sibuk menggeser-geser touch pad dan matanya sangat fokus melihat layar laptop, Renjun bakalan mode serius kalau udah menyangkut tentang pencarian jurnal. Mungkin sedang berusaha meningkatkan IP nya untuk semester ini, setelah sebelumnya hanya 2,90.

"Boleh gabung?"

Terlalu fokus pada aktivitasnya, membuat Renjun nggak menyadari atensi seseorang yang udah duduk di depannya.

"ya b-boleh" selalu seperti ini, kikuk dengan orang baru

Kehadiran cowok itu memecahkan konsentrasi Renjun, meskipun kedua matanya seolah sibuk membaca jurnal tapi percayalah, hatinya sama sekali nggak tenang. Sesekali mencuri pandang pada orang didepannya. Asing, belum pernah melihat mahasiswa penghuni fakultas MIPA yang modelannya kayak gini. Bentuk rahang yang tegas ditambah hidung mancung, sepertinya bisa untuk perosotan. Ini keturunan dewa Yunani apa gimana sih, pikirnya.

"Lo anak MIPA juga?" Renjun memutuskan untuk bertanya ketimbang dihantui rasa penasaran seumur hidup

"Gue anak sebelah"

Renjun cuma manggut-manggut, informasi tentang identitas stranger yang ternyata anak teknik cukup membuatnya untuk nggak bertanya macem-macem.

Suasana siang ini sepi karena mahasiswa yang biasa mendominasi adalah anak kimia, sedangkan mereka mungkin lagi ada jam. Hal itu membuat Renjun semakin kikuk, lagian apa banget coba, kursi masih banyak kosong kenapa musti duduk deketan gini, pas muka ketemu muka lagi.

"Nitip laptop bentar"

Belum sempat dijawab, eh itu cowok udah pergi duluan. Mana langkahnya lebar banget, ibarat sekedipan mata udah ilang.

"Nih buat lo" Ucap cowok berhidung mancung itu sembari memberikan segelas iced coffee latte.

"Bengong mulu. Diminum, tenang nggak gue kasih racun kok"

"Makasih" Otak Renjun baru konek, ternyata perginya tadi untuk mengambil delivery. Tau aja kalau tenggorokannya dari tadi udah kering kerontang, ketambahan cuaca panas pula.

Setelahnya senyap, nggak ada percakapan apapun. Renjun yang bingung karena nggak pandai buka topik, memutuskan untuk scroll instagram. Bosen nggak bosen, mau gimana lagi. Lanjut cari jurnal juga udah menyerah, magernya kumat.

Doorrr

Renjun hampir terjengkang karena Haechan tiba-tiba datang dan berteriak tepat di telinganya. Andaikan nggak ada orang lain, mulutnya pasti akan melontarkan beberapa umpatan untuk temannya itu.

"Nugas mulu nggak bosen apa?"

"Ya ini udah kelar kok" bohong, kelar apanya. Satu aja belum dapat

"Heh! temen lo?" bisik Haechan

"Bukan bego"

"Idungnya buset"

"Berisik dongo"

"Muke gile, cakep banget anjir. Di fakultas gue aja kagak ada modelan begini"

"Diem nggak?" ucap Renjun melotot, geram dengan temannya yang norak abis

Tanpa diketahui, orang yang sedang mereka bicarakan sebenarnya sedang tak mendengarkan apapun. Memasang earphone di telinganya merupakan cara jitu ketika dia ingin fokus, supaya nggak diajakin ngobrol. Simpelnya gitu.

Karena nggak enak hati, Renjun cepat-cepat mengemasi barangnya dan menarik Haechan supaya pergi dari tempat itu. Mungkin hari ini kesabarannya sedang diuji, karena ia harus berjalan menuju parkiran Sastra untuk menemani Haechan mengambil motornya. Gempor juga kalau jalan kaki ke sana, apalagi untuk kaum kukang seperti dirinya.

"Baliknya mampir bentar yak" ucap Haechan dengan senyum pepsodent

"Ngapain?"

"Gue pengen Gacoan hehe" Resiko kalau pulang dengan si gembul, pasti bakalan mampir-mampir

Ketika melewati parkiran teknik, netra Renjun nggak sengaja melihat orang yang tadi duduk bersamanya di belakang gedung kimia.Waktu seperti berhenti sejenak, kemudian ia baru menyadari bahwa cowok berjaket merah di kantin FMIPA tempo hari dan yang barusan ia lihat adalah orang yang sama. Sial. Cowok blasteran dewa itu juga balik memandangi Renjun, dan tersenyum. Dijamin jiwa Renjun nggak akan tenang semalaman.










_______________________
T.B.C

Thick & Thin || NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang