Tanpa Sengaja

166 17 0
                                    

Ujian praktek mata kuliah Teknik Laboratorium membuat Renjun hampir kehilangan seluruh energinya. Di matkul ini juga ia baru mengetahui bahwa klorofil itu ada yang berwarna kuning, inilah akibat tak mendengarkan penjelasan guru sewaktu masih duduk di menengah atas dulu. Satu per satu anak tangga ia pijak menuju lantai 3 dengan malas, padahal perutnya sudah meronta-ronta sejak tadi. Anak itu kebiasaan jarang sarapan.

Terdapat 3 lantai di gedung 05, tempat perkuliahan Renjun hari ini, biasanya ketika masih awal semester mahasiswa Biologi akan banyak menghabiskan waktu di lantai 2.

Di lantai 3 biasanya akan disuguhkan pemandangan mahasiswa semester 4 yang sedang mengurusi aneka lalat peliharaannya tepat di depan Lab Genetika, melihatnya Renjun bergidik ngeri membayangkan dirinya juga akan merasakan hal serupa, berinteraksi dengan hewan menyebalkan dan aroma khas dari media perkembangbiakan lalat itu selalu membuatnya ingin segera mencari toilet.

Baru semester dua aja rasanya otak udah ngebul banget apalagi nanti ketika dapat matkul genetika I dan genetika II, doain aja semoga Renjun kuat dan tabah menghadapi peliharaan mungilnya nanti.

"Eh nak Renjun" seperti biasa, Bu Ani selalu memberikan sapaan hangatnya

"Iya bu hehe. Tahu jamurnya ada bu?"

"Ada dong, nih dipilih sendiri ya"

Selain sebagai kepala lab lantai 3, Bu Ani juga merangkap sebagai ibu kantinnya mahasiswa Bio. Di ruangan tersebut terdapat beraneka macam kue dan minuman dingin yang tersedia di kulkas plus harganya sangat terjangkau. Apalagi kalau datangnya sebelum jam 12 siang, dijamin bakal bingung perkara milih gorengan doang.

Tahu isi jamur pedas dan sekotak teh dingin selalu menjadi pilihannya. Menaiki tangga dua kali ternyata membuat sendi jomponya menjerit-jerit. Renjun mendudukkan bokongnya pada kursi panjang di depan ruangan Bu Ani sembari menikmati sarapan yang sebenarnya sudah lewat dari waktunya. Sejenak ia melihat handphonenya yang terus berbunyi, ternyata grup kelas lagi pada heboh perkara deadline tugas, kemudian dimasukkannya kembali dalam kantong celana. Nggak penting.

Selang beberapa detik, benda persegi tersebut terus berdering. Renjun mencebik ketika melihat siapa yang telah mengganggu waktu santainya. Dengan malas, ia menggeser ikon panggilan itu ke kanan karena ogah mendengarkan omelan tetangga kamarnya yang macam gorila.

"Apa"

"Buset galak amat njun"

"Buruan ngomong"

"Gue di kantin FMIPA, buruan ke sini temenin. Kayak orang ilang sendirian"

Renjun nggak habis pikir, lagian di Sastra kan punya kantin sendiri. Mau-maunya jadi anak ilang di fakultas orang. Mau heran tapi Haechan. Baru aja nafas normalnya balik, ini malah disuruh turun tangga. Sekedar info, dari gedung 05 ke kantin ibarat dari ujung ke ujung, hal itu yang membuat si aries lebih memilih jajan di lantai 3 ketimbang harus repot-repot melangkahkan kakinya ke sana.

Bolak balik bikin tubuh gue butuh ATP lebih banyak--Renjun, 2023

Pemandangan yang sebenarnya sering dilihat, tapi tetap bikin heran. Nampaknya kantin FMIPA hanya sekedar label semata, lihatlah setiap hari tempat ini banyak dipenuhi oleh mas-mas berjaket biru alias mahasiswa Teknik Elektro. Ketika jam istirahat, jangan harap bisa mendapatkan tempat duduk.

Hal lain yang membuat Renjun kesal adalah para manusia yang dengan santainya masih betah ngobrol ngalor ngidul padahal makanannya sudah habis sejak tadi. Apa nggak kasihan sama lainnya yang belum kebagian tempat duduk?

"Oi" terdengar suara Haechan sedikit berteriak sembari melambaikan tangannya

Renjun segera menghampiri dengan tatapan tak bersahabat. Ternyata cowok tan itu sudah memesan seporsi mie ayam lengkap dengan es teh. Bukan sekali dua kali Haechan meminta dirinya menemani menghabiskan satu porsi mie ayam khas Tulungagung kesukaannya. Suasana siang ini yang begitu ramai, membuat Renjun jengah hingga beberapa kali menelungkupkan wajahnya ke meja.

"Lo nggak makan?"

"Udah kenyang makan tahu"

Haechan cuma bisa geleng-geleng, teman pendeknya itu memang nggak doyan makan. Pernah suatu hari, seharian hanya makan 3 biji pangsit goreng yang dibelinya di mamang pentol. Satu lagi, mungkin hanya seorang Renjun Abhivandya yang baru ingat bahwa dirinya terakhir minum, itu kemaren. Tapi anehnya, biasa aja bahkan nggak terlihat seperti orang kehausan.

"Liburan semester balik nggak?" tanya Haechan

"Balik kayaknya" jawab Renjun malas

"Bareng aja pake kereta"

"Gampanglah nanti"

Sebenarnya Renjun malas pulang karena sang ibu yang sangat cerewet terhadap kesehatannya, pasti dirinya akan diomeli 7 hari 7 malam perihal tubuhnya yang kini semakin kurus. Tapi kalau nggak pulkam juga sama aja diomelin. Kala otaknya sibuk membayangkan wajah garang nyonya Wendy, tanpa sengaja netranya beradu dengan seseorang jaket khas jurusan berwarna biru tua. Renjun segera memutus kontak matanya dan mengalihkan pandangan ke sembarang arah.

Ada perasaan risih dan penasaran. Pasalnya Renjun bisa menebak bahwa orang tersebut sepertinya memang memperhatikan Renjun dari beberapa menit yang lalu, dan juga ada rasa penasaran untuk mengenal orang asing itu.

"Liatin apaan dah?"

"Itu ada cewek cantik banget"

"Serius lo?" Emang dasarnya Haechan adalah mata keranjang, tanpa pikir panjang langsung menyapukan penglihatannya buat memastikan perkataan si aries tadi

"Apaan kagak ada" ucapnya lagi dengan nada yang nggak santai

"Tuh bu Ida" jawab Renjun dengan muka watados, yang dimaksud barusan adalah salah satu pemilik kantin yang kerap menggoda Haechan untuk menjadi menantunya

"Bukan temen gue"

"Ulu ulu ngambek ceritanya. Tenang aja lah Chan. Bukannya kata lo janda lebih menggoda ya?" Jangan pikir Renjun itu anak polos, dia bisa jadi seperti ini ketika bersama Haechan. Ralat. Sebenarnya si gemini lah yang sudah mendoktrin sahabat pendeknya itu menjadi banyak tau tentang hal-hal ambigu

"Taik!"







____________________
T.B.C








Thick & Thin || NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang