Senja dan Makhluk Tuhan

111 12 0
                                    

Euforia setelah sidang hanya berlangsung beberapa saat karena setelahnya terbitlah revisi. Tapi setidaknya one step closer lah ya udah berhasil bikin penguji dan pembimbing “say yes”, berasa lagi di ajang pencarian bakat. Dengan judul yang mengangkat tentang kanker, membuat Renjun lumayan dibombardir pertanyaan di luar dugaan, tapi kalo orang emang pinter dari orok mah apapun bisa diatasi. Selain karena otak encer, ini juga berkat pengalaman magang di lab yang berkaitan dengan kanker. Waktu 3 bulan internship membuatnya lumayan paham banyak hal tentang penelitiannya.

Sebagai perayaan sederhana, ia mengajak Haechan di salah satu restoran Jepang, katanya lagi pengen makan ala ala negeri sakura. Harusnya ada Jefferon juga, tapi karena cowok itu sekarang udah kerja dan lumayan sibuk jadi tadi cuma sempetin mampir sebentar buat kasih ucapan selamat sama dua cecurut kesayangan plus kasih hadiah kecil-katanya. Mungkin kapan-kapan bisa minta traktir Bang Jeff, lumayan kan dompetnya sekarang makin tebel.

“Dipikir lucu juga ya Njun”

“Apanya?”

“Kita kan sidang di hari yang sama, tapi kenapa lo traktir gue?”

“Lah emangnya salah?”

“Ya nggak sih”

“Yaudah”

“Tapi aneh aja”

“Gini deh, kalo lo ngerasa aneh mending kita bagi dua aja”

“Bagi dua?”

“Bayarnya”

“Oke deal” Haechan menjabat tangan mungil di depannya tanpa pikir panjang

“Lo yang bayar bill, gue yang bayar parkir. Deal!”

“Hah?” Haechan dengan otaknya yang masih belum kembali seutuhnya setelah sidang tadi siang

Percayalah sebenarnya Renjun itu menyenangkan, sangat menyenangkan. Banyak cerita random yang ia bagikan pada orang-orang tertentu yang dianggapnya dekat, seperti Haechan. Tapi ada kalanya si aries jadi banyak diam dan acuh. Selama makan, interaksi keduanya sangat dekat, berbagai lelucon dilontarkan satu sama lain. Membicarakan pengalaman menyeramkan saat sidang tadi jelas jadi topik utama obrolan sore ini.

“Abis ini mau lanjut dimana?” tanya Haechan

“Nggak tau juga, masih bingung. Lo sendiri?”

“Kalo dapet kerjaan cepet ya gue nggak bakal ambil S2”

Why?”

“Emang lo nggak capek kuliah?”

“Kadang capek sih” mau jawab nggak juga pasti bakalan dikatain pembohong, kau pembohong

Selesai makan mereka memutuskan buat langsung balik kost, hawa-hawa mau merem kalo perut udah kenyang gini. Penawaran tentang ke-nggak enakan hatinya Haechan tadi tetap berujung Renjun yang bayar bill karena emang dia yang ngajakin. Katanya sekalian mau abisin sisa jatah duit jajan bulan kemaren. Mau sok kaya tapi emang beneran kaya.

Niatnya yang mau jadi kepompong terpaksa batal karena ada tamu dadakan nongol gitu aja, kayaknya udah agak lama nungguin depan pagar. Dari style-nya sih persis orang ngajak balap, balap ke pelaminan-eh?. Ripped jeans dipadukan kaos oblong putih dan sneakers, hm penampilan itu sungguh membuat mata enggan berpaling.

“Udah lama?” tanya Haechan basa-basi

“Lumayan”

“Mau ketemu gue atau Renjun?”

“Huh?”

“Becanda ah! Serius amat tuh muka”

Bagi yang belum terbiasa sama model bercandanya si gemini pasti bakal mengira itu hal serius dan berakhir canggung kayak sekarang. Melihat gelagat lawan bicaranya yang sedikit nggak nyaman, Haechan akhirnya memilih kabur masuk duluan. Daripada ngurusin makhluk berdua mending langsung otewe kasur empuk. Ternyata situasi itu membuat kedua orang yang ditinggalkannya menjadi canggung luar biasa, kali ini cowok tan itu membiarkan sahabat mungilnya menderita.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 25, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Thick & Thin || NORENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang