Mahesa Nauval

14 3 4
                                    

Hey hey hey!!

Othor come back nic. Jangan lupa follow, vote sama komen ya guys ya :)
Cuyung kalian.

****

Empat gadis yang hendak beranjak dewasa terlihat sangat asik, bekerja sama membuat tenda milik mereka segera berdiri, seperti halnya murid-murid lain yang terlihat berlomba-lomba agar tendanya dapat berdiri lebih dulu.

Raya, Dwi, Nia dan Riri. Sapaan akrab mereka di area sekolah. Siswi yang hampir menyelesaikan pendidikan mereka di sekolah dasar dengan beberapa prestasi yang selalu mereka raih saat mengikuti ekstrakurikuler, salah satunya di bidang Pramuka.

"Bagaimana, bisa?"

Seorang pria berpostur tubuh tinggi mendatangi tenda Raya dan kawan-kawannya. Dengan pandangan mengedar, melihat apa yang ada di sekeliling sana.

Setelan baju Pramuka lengkap dengan segala macam atribut yang menempel, berdiri tegak di antara para gadis yang hendak beranjak dewasa, sambil memperlihatkan senyuman manisnya.

"Eee, … bi-bisa kak!" Raya tampak gugup.

"Hebat!" Katanya seraya mengacungkan kedua ibu jari.

Ketiga anak itu kembali mengangguk dengan senyuman riang yang mereka perlihatkan. Sementara satu di antaranya langsung terdiam, menatap pria tinggi yang berdiri di sampingnya dengan ekspresi dan tatapan penuh kagum.

Rambut hitam yang tertata rapi, sorot mata penuh kelembutan, hidung mancung dengan kulit putih. Nyatanya mampu membuat kagum seorang gadis berusia 12 tahun itu.

"Habis ini mau apa kak? Di suruh kumpul lagi kah?" Salah satu di antara mereka bertanya.

Laki-laki dengan name tag Mahesa Nauval itu mengangguk.

"Masih banyak yang akan kita lakukan untuk bersenang-senang. Maka segeralah selesaikan, mungkin malam ini akan ada beberapa game yang sangat seru!" Katanya.

"Siap, kak Esa. Tinggal pasang tabung gas, udah itu beres," Riri berujar.

Mahesa kembali mengangguk-anggukan kepalanya, kemudian setelah itu dia segera beranjak pergi untuk menyapa siswa-siswi lain, yang mengikuti acara persami di sekolah tempat mereka menimba ilmu.

"Ray?" Temannya memanggil.

Namun, gadis itu tak merespon. Dia hanya terus mengarahkan pandangannya pada Mahesa, saat pria itu tampak berbicara dengan senyuman manisnya seperti biasa bahkan kepada orang lain.

"Raya!?"

Dia masih tidak menjawab, sehingga membuat salah satu dari temannya kesal, lalu menepuk pundak sangat kencang.

"Ngelamun!" Tegur Nia.

"Apaan ih?" Gadis cantik dengan rambut di ikat cepol rapi, juga topi Pramuka yang bertengger di atas kepalanya tampak mendelik tajam.

Bahkan Raya terlihat sedikit salah tingkah, saat tahu reaksinya terhadap Mahesa diperhatikan Nia, Riri juga Dwi sahabat karibnya.

"Itu air liurnya di lap, sampe netes-netes ke baju tau!" Nia terus tertawa.

Reflek Raya mengusap-usap dagu dan juga dadanya dengan panik, lalu menundukan pandangan seolah tengah memeriksakan keadaan dirinya saat ini.

"Dih apaan kali, nggak jelas kalian ini!" Ketus Raya.

Riri, Nia dan Dwi terus tertawa, yang tentunya langsung membuat Raya terlihat semakin kesal, kemudian beranjak pergi memasuki tenda dengan tergesa-gesa.

"Ih masih kecil, kata Bunda aku belum boleh suka-sukaan tau," Nia berujar.

"Dosa lho," Riri berteriak, sengaja agar Raya dapat mendengar suaranya.

Persami I'm In Love Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang