Gerbong kereta kelas ekonomi sangat ramai, berdesakkan. Law menghela napas kasar, kedua tangannya terlipat di depan dada, punggungnya bersandar pada kursi kereta yang keras. Diam-diam dia memaki Bepo, asistennya yang tak becus memesankan tiket, harusnya Bepo membeli tiket kelas eksekutif untuknya.
Law tidak suka kebisingan. Daripada menikmati hidup yang bebas di luaran sana, Law malah lebih memilih menghabiskan sebagian waktunya di ruangan operasi sebagai ruangan favoritnya. Di sana Law bisa melakukan apapun yang dia sukai termasuk membunuh pasien-pasiennya.
Tidak perlu terkejut, bukankah tidak semua dokter baik hatinya? Di dunia ini ada juga dokter yang memiliki hati sedingin pembunuh berantai, salah satunya adalah Trafalgar Law, orang-orang biasa menyebutnya dokter kematian.
Gelar yang sangat menyeramkan, tapi sebenarnya Law tidak pernah membunuh pasien demi kesenangannya belaka. Dia melakukan itu atas keinginan pasien dan keluarganya, bahkan tindakan Law diakui secara medis, namanya euthanasia.
Sebuah tindakan mengakhiri hidup seseorang secara sengaja untuk menghilangkan penderitaannya, sampai saat ini tindakan tersebut sebenarnya masih kontroversial, itulah sebabnya Law pergi hari ini, dia sedang kabur dari polisi yang menerima laporan bahwa Law melakukan tindakan malpraktik.
Law menarik topi berbintiknya supaya semakin menutupi wajahnya, dia menyandarkan tubuhnya pada dinding gerbong yang berdampingan dengan jendela. Dirasakannya kereta ini mulai berhenti di stasiun keduanya.
Riuh suasana di gerbong ekonomi semakin menjadi, orang-orang yang mulanya duduk di samping dan di hadapan Law mulai turun, akhirnya Law bisa sedikit bernapas tenang, dia duduk sendiri, diam-diam berharap tidak ada penumpang lain yang akan mengisi kursi di dekatnya.
Matanya terpejam, Law tidak ingin berbicara pada siapapun, dia hanya harus duduk diam sampai sepuluh jam ke depan, perjalanannya kali ini cukup panjang, Law harus menghemat energi.
Kereta tak pernah berhenti lama, orang-orang di peron langsung menyerbu masuk ke dalam gerbong masing-masing, roda-roda kecil mulai berputar di rel, kereta melaju meninggalkan penumpang yang tidak beruntung karena terlambat sepersekian detik.
Meski matanya tertutup, Law tidak tidur, dia dapat mendengar seseorang berjalan ke arahnya, orang itu duduk di hadapan Law dengan napas yang memburu, sepertinya dia hampir saja ketinggalan kereta, sialnya dia tidak benar-benar ketinggalan, mungkin dia termasuk ke dalam golongan orang-orang yang dinaungi Dewi Fortuna, tidak seperti Law.
"Wah ... tampan sekali." Sontak Law membuka mata saat dirasakannya suara itu berada tepat di hadapan wajahnya.
Kedua bola matanya melihat sesosok lelaki bertopi jerami, dia sedang tersenyum sambil mengamati wajah Law. "Apa yang sedang kau lakukan?" tanya Law dengan raut wajah tanpa ekspresi.
Mata si topi jerami membesar, dia memundurkan tubuhnya sampai duduk lagi di kursinya, sedangkan Law menegakkan badannya, dia mendelik pada si pelaku yang tidak punya sopan santun. "Waaa ... kukira kau tidur," teriaknya kaget.
"Apa menurutmu kalau aku tidur kau bisa melakukan apapun padaku?" Nada suaranya terdengar jengkel.
Lelaki itu menggeleng. "Tidak, maksudku bukan seperti itu, aku—"
"Sudahlah, lupakan. Yang terpenting kau jangan pernah menggangguku lagi!" Law memotong, dia tidak tertarik mendengarkan penjelasan orang asing yang terlihat bodoh ini. Law memalingkan wajah, melihat ke luar jendela.
Lelaki bertopi jerami itu tertawa, bukannya merasa berkecil hati karena sudah dibentak, tawanya malah semakin menjadi, membuat Law terpaksa menoleh lagi padanya, kedua alisnya menyatu sempurna, aneh sekali orang ini, pikirnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Grim Reaper, I Love You || Lawlu
FanfictionKetika seorang dokter kematian bertemu dengan lelaki yang ingin mati. ** Short story BxB ⚠ Luffy x law Don't copy paste my story!!