Makanan Terakhir

295 26 13
                                    

Hujan sudah reda sejak beberapa jam yang lalu. Ketika mereka memutuskan untuk meminjam mobil dari seorang pencuri. Law tidak mengenalnya, si topi jerami-lah yang mengenalkan dia padanya, namanya Sabo, katanya mereka cukup dekat, bukankah ini sangat langka? Seorang cucu perwira tinggi kepolisian berteman dengan seorang kriminal.

Pantas saja si topi jerami tidak takut dengan Law, mungkin saja dia tumbuh di lingkungan yang lebih buruk dari yang dapat dibayangkannya. "Apa kau sedang memikirkanku, Torao?"

"Tidak," elaknya.

"Bohong, matamu mengatakan sebaliknya." Law berdecak sebal, dari mana si topi jerami belajar memahami ekspresi wajah, sih? dia jadi kesulitan untuk membohonginya. Sama seperti situasi beberapa saat yang lalu. Ketika Law sedang menyetir mobil.

Si topi jerami bilang Law membutuhkan istirahat, wajahnya sudah kuyu, matanya layu. Akhirnya Law terpaksa membiarkan Luffy menduduki kursi pengemudi, dia sempat terlelap sebentar, sebelum si topi jerami membuat ulah, dia berbelok ke jalan yang salah, akibatnya mobil hampir terperosok ke dalam jurang.

Luffy berkilah bahwa dia tiba-tiba kerasukan Zoro, temannya yang tidak bisa membedakan arah mata angin. Law tidak peduli, dia hampir terkena serangan jantung, sedikit saja dia bergerak, maka dia bisa tidur untuk selama-lamanya, itu tidak boleh terjadi. Law tidak ingin mati sia-sia bersama si bodoh ini.

Untungnya si topi jerami memiliki keberuntungan yang besar. Mereka mendapatkan sedikit bantuan dari warga sekitar yang sedang berburu babi hutan. Mobil dan nyawanya jadi bisa terselamatkan.

"Katakan saja, Torao, apa yang membuatmu penasaran?"

Terserahlah, Law sudah tidak peduli lagi dengan gengsi dan sebagainya, dia terlanjur kehilangan wibawa di hadapan si topi jerami. "Apa kau dekat dengannya?" tanyanya terdengar sedikit tidak jelas, tapi Luffy masih bisa mendengarnya dengan baik, dia terkekeh pelan.

"Maksudmu Sabo?" Law mengangguk, itu benar, hubungannya dengan Sabo membuat Law penasaran.

"Dia adalah teman kakakku, Ace, aku sudah menganggapnya sebagai kakakku sendiri, jadi kau tak perlu cemburu, Torao." Refleks Law berdecih pelan, siapa pula yang cemburu, si topi jerami ini terlalu percaya diri.

Law memutar kemudi ke arah kiri, mobil yang mereka tumpangi sudah jauh meninggalkan keramaian kota, kini sedang menyelinap di jalanan berkelok yang membelah hutan. Mobil yang dipilih Luffy adalah jenis terbaru dan terlihat paling mahal, atapnya bisa dibuka, tapi tentu saja saat ini law menutupnya, dia tidak ingin menelan angin malam terlalu banyak.

"Sebenarnya apa yang ingin kau lakukan, Torao?"

"Maksudnya?" Law mengernyit, tak mengerti dengan pertanyaan si topi jerami.

"Apa kau akan hidup di bawah pelarian untuk selamanya?" Luffy memperjelas pertanyaannya. Law bergumam pelan, dia merasa tidak perlu menjawab pertanyaan itu.

"Ah, segarnya udara malam hari ..." Sepertinya Luffy adalah tipe orang yang fokusnya mudah teralihkan, tangannya sudah memainkan kaca mobil. Kepalanya menyembul ke luar, memperhatikan pohon pinus yang berderet rapi.

"Kata Sanji di kota M ada tempat makan enak, nanti kita makan di sana ya, Torao?" Luffy tiba-tiba mendekatkan wajahnya, berbalik menatap Law.

"Aku tidak punya waktu untuk bersantai."

"Ish, sebentar saja, aku bisa makan secepat kilat." Dalam kegelapan, mata si topi jerami bersinar seperti kucing, Law menghela napas yang sangat panjang. Kalau diingat-ingat sebenarnya law juga belum makan dari tadi pagi, mungkin bukan pilihan yang buruk untuk singgah sebentar, lagi pula Kota M sangat dekat dengan pelabuhan.

Mr. Grim Reaper, I Love You || LawluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang