Tingkah Ajaib Si Topi Jerami

317 31 7
                                    

"Torao," panggil Luffy lirih. Yang dipanggil sedikit terperanjat, dia menyingkirkan kain yang menutupi tubuhnya. "Mereka sudah pergi." Ketika matanya terbuka, dia langsung disambut oleh barisan gigi putih bersihnya Luffy. Law masih tidak percaya dengan apa yang baru saja didengarnya.

Perkiraannya hampir tepat, si bodoh ini bukan polisi, tapi dia masih ada hubungan darah dengan polisi. Kakeknnya adalah seorang perwira tinggi di kepolisian yang bila tidak macam-macam bisa naik jabatan jadi pemimpin paling terhormat.

Akan tetapi si topi jerami sama sekali tidak mencerminkan wibawa kakeknya. Dia malah cengengesan ketika berhasil membodohi sang kakek dengan mengatakan bahwa Law adalah temannya yang sedang sakit.

Mudah saja urusan ini baginya, seperti sedang main-main. Padahal yang dia lindungi adalah orang yang berbahaya, sampai-sampai perwira tinggi pun ikut turun tangan untuk menangkapnya. "Kenapa kau membantuku?" tanya Law penasaran. Luffy nyengir lagi, tangannya menarik kembali topi jerami yang masih dipakai oleh Law.

"Karena kau teman perjalananku, Torao. Perjalanan ini akan terasa sangat membosankan tanpa dirimu." Luffy tertawa, tak bisakah dia serius sedikit? Alasan macam apa itu, di saat kakeknya mondar-mandir mengurusi hal-hal rumit seperti menegakkan keadilan dan sebagainya, lelaki ini malah sibuk bermain-main di balik kata bosan.

Namun, siapa yang peduli, itu bukan urusannya, yang terpenting sekarang Law merasa aman, selama ada si topi jerami di sampingnya, Law bisa memanfaatkannya 'kan? "Aku tidak akan bertanggung jawab atas tindakanmu tadi," tuturnya dingin, bukannya tidak tahu berterima kasih, tapi Law tidak meminta Luffy untuk membantunya. Si topi jerami sendiri yang mempunyai niat dan perbuatan.

Artinya Luffy yang harus mempertanggungjawabkannya, jadi bukan salahnya kalau Luffy ikut dituduh sebagai komplotannya.

"Torao ... sejak kapan kau memiliki tato ini?" tanya Luffy yang kini sudah memainkan jemari Law, menunjuk huruf-huruf yang terukir di sana. Luffy tidak peduli dengan urusan tadi, dia mengabaikan kalimat Law. "Keren sekali ... D-E-A-T-H." Luffy mengeja huruf-huruf itu.

"Sejak kecil," katanya sembari berusaha menarik tangannya, Law tidak suka disentuh.

"Apa artinya?"

"Kematian."

Luffy terkekeh. "Aku tahu, Torao. Maksudku apa arti tato ini untukmu?"

"Tidak ada." Luffy mengangguk-angguk, dia sudah kembali duduk di kursinya, di hadapan Law. Senyumnya tak pernah luput dari wajah mungilnya yang menggemaskan, dia menyukai dokter kematian yang sikapnya sangat dingin dan tertutup ini. Luffy jadi tertantang ingin terus mengganggunya.

Kereta yang mereka tumpangi sudah kembali meneruskan perjalanannya, sepertinya para polisi itu turun sambil bersungut-sungut karena tidak berhasil menangkap dokter kematian yang meresahkan pemerintahan. Entah bagaimana reaksi sang perwira ketika nanti tahu bahwa cucunya-lah yang membantu buronan untuk kabur.

Para polisi itu tentu tidak bodoh, mereka pasti melakukan pengecekan identitas para penumpang lewat tiket yang dibeli, dalam hal ini Law harus mengakui kelebihan Bepo, asistennya sudah mempertimbangkan aspek sepenting ini, Bepo tidak memesan tiket atas nama Tarafalgar Law, tentu karena itu sama saja bunuh  diri.

"Berhenti menatapku seperti itu." Law tidak membentak si topi jerami, tapi intonasi suaranya menukik tajam. Tentu dia merasa risih karena Luffy secara terang-terangan melihatnya sambil menopang dagu, itu pun dalam jarak yang cukup dekat, dia memajukan tubuhnya, sekarang Law tahu alasan kenapa Luffy pindah ke hadapannya.

"Memangnya seperti apa?" Bukannya takut, Luffy malah cekikikan, Law memutar bola matanya malas, dia yakin sekali Luffy senang melihatnya kesal.

"Terserahlah!" 

Mr. Grim Reaper, I Love You || LawluTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang