/01.01.19/ ○ 10:53

2.1K 318 132
                                    

¦ what did he say?¦



Baru keluar dari kamar mandi, leher baju Riko langsung dicengkram dan ditarik untuk menepi dari depan pintu. Kontan saja pemuda itu kaget—nyaris tergelincir. Ia baru selesai cuci muka. Wajahnya saja masih megap-megap basah.

"Si Yohan tadi bilang apa?" todong si pelaku.

"Fuck, lo—" Riko menarik napas dalam. Ternyata itu Roni. Hampir dia serangan jantung. "Tenang dulu kek," bisiknya.

"Nggak bisa." Ekspresi Roni risau sekali. Anak itu terus-menerus melihat ke kiri dan ke kanan. Memastikan tidak ada orang di sekitar mereka. "Jadi kemarin ... dia lihat?"

"Lihat apa."

"Ya itu."

"Itu apa."

Si Riko ini minta sekali ditempeleng kepalanya.

"Oke, oke." Pemuda yang lebih tinggi langsung meralat begitu jari-jemari Roni mengeriting menuju batang lehernya. "Iya dia lihat."

Omongan Riko terdengar menggantung tetapi Roni sudah terlebih dahulu memotong,

"Lo bilang kalau kita...?"

"Apa? Pac—uan kuda?" Riko langsung bermanuver begitu matanya menangkap bayangan Evan yang sedang berjalan ke arah mereka. Riko memberi isyarat mata pada Ron sehingga anak itu segera melepas cengkramannya.

"Lu berdua kayak lagi transaksi narkoba."

"Weh, selamat tahun baru, Bung Evan!"

"Minggir lu."

Riko berseru riang dan artifisial. Selempeng-lempengnya Evan seperti biasa, ia menepis tangan pemuda itu yang menggantung di udara—entah meminta tos atau salam. Evan buru-buru masuk ke kamar mandi untuk ritual boker paginya. Tidak punya waktu untuk menginterogasi kedua orang itu.

Riko menghela napas, bersyukur sekali kalau teman sekelasnya yang satu itu terbilang apatis. Ia beralih kembali ke Ron. Tetapi tampaknya pemuda itu tidak berani menyambung obrolan mereka lagi.

Ron memberi sorot mata pada Riko yang disertai isyarat tangan bahwa sebaiknya mereka menyambung obrolan ini nanti saja, ketika mereka menemukan situasi yang dirasa lebih aman.

"Oke." Riko setuju. Ia ragu-ragu sejenak. "Lo udah sarapan, btw?"

"Belum—nah." Roni seolah baru teringat akan sesuatu. "Jangan muncul di ruang makan bersamaan sama gue."

"Ya elah!"


.


.


.


A/N: 

Halo gais, saya baru ingat ada satu poin yang saya lupa masukin di Kata Pengantar (nanti bakal diedit lagi), yaitu karena timeline cerita ini yang amburadul, saya mau kasih pre-caution kalau ending book ini juga bisa jadi sangat random bin menggantung tanpa resolusi haha (peace). Enjoy your weekend!

Snack MixTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang