JEON JUNGKOOK : LARA

303 31 19
                                    

☘☘☘
.
.
.
.
.

Zea tengah berusaha melindungi Lara dari panasnya sengatan matahari saat mengikuti upacara bendera pagi ini.

"Zeandra Noa Reswara! Tetap di barisan kamu!" Ucap Pak Boni didepan sana yang tengah sibuk mengatur barisan.

Sebentar lagi upacara bendera akan dimulai dan Pak Boni sedang memberi instruksi pada seluruh siswa yang mengikuti upacara supaya barisan mereka rapi. Zea bergeser ke kanan sedikit sehingga dia berdiri sesuai barisannya, mengikuti apa yang Pak Boni perintahkan padanya.

Lara menoleh ke belakang dan mendapati Zea tengah mengulum senyum padanya sembari mengedipkan sebelah matanya. Lara memberikan lambang fingerheart pada Zea sesaat sebelum dia kembali menghadap lurus ke depan.

Zea melipat bibirnya ke dalam menahan senyumnya lalu dia berdehem beberapa kali, berusaha bersikap serius karena upacara bendera sudah di mulai. Sepanjang upacara, Zea terus melirik Lara. Ingin sekali rasanya dia menyeka keringat yang membasahi wajah sang pujaan hati.

Begitulah Zea. Dia selalu memperhatikan hingga hal kecil tentang Lara, gadis manis yang telah mengisi hatinya. Sejak saat itu mereka memutuskan untuk berkencan hingga kini mereka sudah tamat SMA dan mengenyam pendidikan di sebuah Universitas di Jogja. Zea sangat mencintai kekasih hatinya ini dengan segenap hati bahkan melebihi dirinya sendiri.

Saat ini, Zea sedang mengemudi mobilnya dengan kecepatan sedang menuju rumah Lara untuk menjemputnya dan pergi kuliah bersama. Sesampainya disana, senyumnya merekah melihat Lara yang tengah berlari kecil menghampirinya.

Zea menurunkan kaca jendela mobilnya lalu berkata, "Jangan lari-lari gitu, yang. Aku muter dulu. Tunggu bentar."

"Nggak, aku masuk dulu baru kamu muter."

Lengang. Mereka berdua berpandangan dalam beberapa detik lalu sama-sama tersenyum malu-malu setelahnya.

"Ya udah cepetan masuk sini." Kekeh Zea seraya membuka pintu mobil untuk Lara.

Lara mengitari mobil Zea lalu masuk ke dalam sana, ia duduk dikursi samping kemudi. Melihat Zea yang sepertinya ingin turun dari mobil, Lara memegangi lengan bertatto itu saat hendak membuka seatbelt.

"Mama nggak ada, yang. Kita langsung berangkat aja." Lara berucap ketika tau Zea hendak turun dari mobil untuk menyapa dan berpamitan pada ibunya seperti biasa.

"Mama ke luar kota lagi?" Ucap Zea seraya mulai hendak menjalankan mobilnya.

"Iya. Makanya kamu nggak perlu muter buat parkir." Jawab Lara.

"Kapan? Kenapa nggak bilang? Kan aku bisa ke rumah nemenin kamu."

Sesaat sebelum mobil Zea meninggalkan rumah Lara, Zea sempat melihat ada seorang pria tengah berdiri dibalik jendela rumah Lara.

"Sayang, itu orang bukan sih?"

Zea menghentikan mobilnya lalu ia melihat dengan teliti ke arah jendela rumah Lara.

"Dimana sih? Nggak ada ah, kamu salah liat kali. Orang aku cuman sendirian dirumah."

"Beneran, sayang. Aku kayak ada liat orang tadi di dalam rumah."

"Kamu jangan nakut-nakutin aku gitu. Nggak ada, kamu salah liat. Ayo cepet jalan ih, nanti kita telat."

Zea kembali menjalankan mobilnya namun pandangannya masih tertuju ke arah jendela rumah Lara.

"Masa' sih aku salah liat?" Gumamnya.

Sejak kejadian itu, Zea semakin protektif terhadap Lara yang merupakan pacarnya itu. Selama 5 tahun berpacaran, Lara sudah terbiasa dengan sikap posesifnya Zea namun Lara merasa kali ini Zea sudah keterlaluan.

ASMARALOKATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang