Assalamualaikum semuanya
Seperti yang aku sampaikan kemarin, bahwa Dandelion ini hanya aku up beberapa bab doang. Karena selebihnya ada di versi buku, ya. Jadi, kalau kalian mau tahu kelanjutan kisah Tisha dan Harraz, silakan DM aku untuk pemesanan, ya.
***
“Saya terima nikah dan kawinnya Tisha Ammara binti Hanan Sulaiman dengan mas kawin tersebut, tunai.”
“Bagaimana saksi? Sah?” tanya penghulu kepada saksi yang hadir ke pernikahan tersebut.
Kedua saksi mengangguk dengan mantap dan berkata, “Sah!”
“Alhamdulillah ….”
Doa dilantunkan oleh penghulu begitu pernikahan tersebut dinyatakan sah. Kedua mempelai mengangkat tangan dengan ekspresi berbeda. Yang satu lega karena ijab kabul berjalan lancar, dan satunya lagi masih deg-degan perihal kemungkinan buruk perihal usai pernikahan nanti.
Perjodohan Harraz dan Tisha terkabulkan karena keduanya tipe anak yang penurut dan tidak pernah membantah kedua orang tua. Namun, Harraz menikahi Tisha dengan niat dan hati yang baik. Kala pertemuan mereka seminggu yang lalu di kediaman Hanan, sepulangnya dari sana Harraz mengatakan pada Malik dan Ratna bahwa ia siap menikahi Tisha. Berbeda dengan Tisha yang masih tetap dengan prinsipnya, tapi semakin terpaksa karena Harraz sudah menerima perjodohan tersebut.
Tisha teringat kejadian malam perkenalan mereka. Saat kedua belah pihak meninggalkan mereka berdua di ruang tamu dengan pandangan orang tua yang tidak melepaskan keduanya, Tisha mengajak Harraz bicara dari hati ke hati. Saat diyakini kedua orang tua mereka tidak lagi di pandangan, Tisha yang menunduk langsung berkata, “Saya mohon, Anda tolak pernikahan ini.”
Harraz melirik Tisha dengan kening yang mengerut. “Kenapa?” tanyanya penasaran.
“Saya bukanlah wanita yang tepat untuk Anda,” jawab Tisha yang memberanikan diri menatap iris mata Harraz.
Pernyataan itu, semakin membuat Harraz penasaran. “Tidak tepat?” Ia membeo dan dibenarkan oleh Tisha. “Kata Abah, kamu pintar, mandiri, tangguh. Kamu juga soleha dan insya Allah salah satu istri yang akan menghuni surga. Lalu, apa alasan saya untuk menolak kamu? Saya rasa, kamu wanita sempurna yang tepat untuk saya. Dan malam ini, jujur saya terpesona melihat kecantikan kamu. Ciptaan Allah memang begitu indah. Lantas, alasan apa yang bisa diberikan untuk saya menolak kamu?” tanya Harraz yang tampak sudah jatuh hati pada Tisha saat pertama kali melihat wajahnya dan mendengar suara lembut wanita tersebut.
Mata Tisha berkaca-kaca. Bukan karena terharu, melainkan ia semakin takut tentang apa yang dibayangkan dalam pernikahan. Ia takut semua persepsi Harraz hancur di saat tahu bahwa dirinya tidak sesempurna yang dipikirkan oleh pria tersebut. Ia takut semuanya hancur dalam kedipan mata. Dan sungguh, lebih baik ia tidak menikah seumur hidup ketimbang harus menjadi janda dalam waktu satu hari pernikahan. Apalagi jika ia nantinya telah jatuh cinta pada Harraz, ia takut hatinya akan ikut hancur bersamaan rumah tangga yang akan sirna.
Tangan Tisha gemetar berhadapan dengan Harraz. Namun, ia masih terus mencoba menenangkan dirinya dan meyakini bahwa semua akan berjalan seperti keinginanya. Pun ia berharap bahwa tidak akan kumat di depan pria tersebut. Atau malah baik ia kumat di saat seperti itu dan Harraz langsung menolak perjodohan tersebut. Sayangnya, dari sisi hati bagian lain Tisha terus mencoba menenangkan diri walaupun buku-buku tangannya sudah memutih.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dandelion [TERBIT]
Romance(NASKAH SUDAH TAMAT DAN SEDANG PROSES TERBIT DI LOVRINZ PUBLISHING) . . Bunga dandelion menjadi simbol keberanian dan tangguh. Begitulah sosok Tisha, yang berani dan tangguh seperti dandelion. Apapun masalah dan kendala yang menerpa di alam liar, ia...