Part 2: Inception

159 30 21
                                    

Hyunjin membuka mata tatkala mendengar suara bel yang ditekan berkali-kali. Pria itupun bangkit sembari meringis kecil, berusaha mengabaikan punggungnya yang serasa nyaris remuk setelah semalaman tidur hanya beralaskan futon. Sebab, Yang Jeongin menolak tegas untuk berbagai kasur dengannya. Omong-omong soal Jeongin, netranya mengedar ke seluruh penjuru ruangan, mencari keberadaan pemuda yang semalam telah memberikannya tempat tinggal. Kasurnya pun sudah tampak rapi, seperti tak ada kehadiran sosok manusia selain dirinya di sini.

'Ting tong ting tong'

Keningnya mengernyit, Hyunjin memutuskan untuk segera bangkit. Melupakan tanda tanya besar yang sempat hinggap di nalarnya, mengenai sosok pemuda yang semalam sempat melihat sisi lemahnya. Dengan wajah bantal dan rambutnya yang berantakan, pria itupun membuka pintu, netranya bertemu pandang dengan sosok pemuda yang parasnya sudah tidak asing baginya. Namun sialnya Hyunjin justru gagal mengingatnya.

"Hah? Tuan Hwang?" Pemuda bersurai sebahu itu terkesiap, menelan kembali segala untaian kalimat protes yang sudah berada di ujung lidahnya. Kemudian melirik ke arah pintu untuk melihat nomor flat yang tertera di sana, menyakini bahwa ia memang tengah mengunjungi flat sahabatnya.

Di tengah kebingungan yang mendera, pemuda manis itupun seakan kembali pada realita. Netranya kembali menatap Hyunjin sebelum memutuskan untuk membungkuk sopan dan bertanya, "Saya Beomgyu, t-teman Jeongin. Mohon maaf Tuan Hwang, apa Jeonginnya ada?"

Hyunjin mengedikkan bahunya tak acuh, sebelah alisnya terangkat naik. "mana aku tahu! Ketika aku bangun dia sudah tidak ada."

Manik kembar Beomgyu membulat dramatis, terperangah mendengar kalimat yang dilontarkan Hyunjin barusan. "Anda sudah di sini sejak semalam?"

Dan anggukan Hyunjin menjadikan segala kemungkinan buruk hingga yang terliar sekalipun melintas di nalar Beomgyu. Raut terkejutnya tidak dapat disembunyikan, sebab tak pernah ia bayangkan bahwa sahabatnya bisa membawa seorang konglomerat seperti Hwang Hyunjin ke dalam flatnya, semalaman.

"Gyu!"

Suara Jeongin beserta tepukan pemuda itu di bahunya menjadikan jantung Beomgyu serasa melompat hingga ke tumit. Ini masih terlalu pagi untuknya dikagetkan hingga dua kali. Melihat sahabatnya yang justru terkekeh geli, raut Beomgyu seketika berubah serius. Manik kembarnya menghunus netra Jeongin, menuntut penjelasan mengenai kehadiran sosok Hyunjin yang masih berdiri di ambang pintu, memperhatikan keduanya dengan raut kebingungan.

Jeongin menghela napas panjang, paham betul maksud dari tatapan horor sahabatnya. "nanti kujelaskan di dalam, ayo masuk!"

***

"Sinting! Kau membiarkan orang sekelas Hwang Hyunjin tidur di atas futon?!"

Beomgyu berkicau dramatis, tepat setelah Jeongin menjelaskan perihal keberadaan futon yang tergeletak di atas lantai. Mengabaikan setengah kentangnya yang belum selesai dipotong, wajahnya menatap horor ke arah Jeongin. Sedangkan pria yang menjadi topik obrolan mereka pagi ini tengah berkutat di dalam kamar mandi, tanpa tahu bahwa dirinya sedang digosipi.

"Maksudmu kau lebih sudi kalau aku yang tidur di futon dan dia yang menguasai ranjangku, begitu?!" Jeongin melotot tak terima, "aku kan tuan rumahnya, Gyu."

"Aku tahu, Jeongin. Tapi Hwang Hyunjin itu bukan konglomerat biasa, kalau dia marah bagaimana?" Beomgyu memijat pangkal hidungnya, kemudian menunjuk beberapa barang elektronik yang terdapat di flat Jeongin. "Microvawe, mesin cuci, bahkan televisimu itu kau tahu kan nama perusahaan yang membuatnya?"

"Hwang Electronics. Lalu apa hubungannya dengan—fuck! Hwang yang itu?!" Jeongin meletakkan spatulanya sejenak, kemudian balik menatap horor ke arah Beomgyu.

Underlying Causes [hhj+jyi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang