Part 5: Blackjack

137 25 12
                                    

"Ingat Hyun, Mama tidak ingin kau menghancurkan acara malam ini."

Hyunjin meneguk segelas cocktail-nya separuh enggan, napasnya kembali menghembus kasar. Untaian kata penuh penekanan yang dilontarkan ibunya beberapa saat lalu masih berputar di nalarnya bak kaset rusak. Malam ini, ia terperangkap dalam kegiatan kencan buta berkedok pertemuan bisnis, lagi. Sudut bibirnya terangkat naik, memusatkan atensi pada lawan bicaranya yang juga nampak tak tertarik. "langsung saja pada intinya, kau menyukai ini?" Tanyanya sarkastik.

Wanita cantik yang sejak tadi hanya duduk di hadapan Hyunjin kini terkekeh kecil, kemudian menyelipkan surai kelamnya ke belakang telinga dengan anggun. "pathetic, aku jauh-jauh datang dari Amerika hanya untuk ini." Ujarnya datar, kemudian memutar bola matanya malas. "—You're so boring." Imbuhnya.

Hyunjin meletakkan gelas kosongnya di atas meja, menciptakan dentingan kecil yang turut mengisi udara kosong di antara keduanya. Pria itu tak tersinggung, sebab inilah jawaban yang ingin ia dengar dari partner kencannya malam ini. Sebelah alisnya terangkat naik sembari menyunggingkan senyum lebar. "Bagus, aku juga tak tertarik. Mau kuantar pulang?"

"Tidak."

Aeri Uchinaga, wanita cantik asal Jepang yang kini menetap di Amerika Serikat itu menggeleng tanpa minat. Sejak awal, ia sudah mengira bahwa pertemuan bisnis yang digadang-gadang akan memperluas jaringan perusahaan keluarganya itu hanyalah omong kosong semata. Sebab Ayahnya yang konservatif tak pernah mau melibatkannya dalam bisnis keluarga, sehingga semua hal yang menyangkut perusahaan selalu berada di bawah kendali kakak laki-lakinya. Harusnya Aeri memang tak berharap banyak pada keluarganya. "—Kalau aku pulang sekarang, Ayah pasti mengira bahwa akulah yang menolak kencan ini secara sepihak."

"Lalu maumu bagaimana?" Tanya Hyunjin dengan raut kesal. Ia benci berdebat dengan wanita, ibunya saja sudah lebih dari cukup untuk menjadi lawan beradu argumen dengannya. Ditambah wanita yang baru saja ia temui ini, tidak lagi.

Aeri tak menjawab, ia menghela napasnya kasar sebelum memilih bingkas dan menyambar tasnya untuk segera pergi dari sana. "Bersenang-senang kemanapun, asal tidak pulang." Ujarnya kemudian.

Hyunjin pun ikut bingkas dari duduknya, menyusul wanita itu sembari mendecih kesal. "Malam ini kau menjadi tanggung jawabku, mana bisa seenaknya begitu—"

"Memangnya aku anak kecil!?" Aeri menggeram marah, lantas menepis tangan Hyunjin yang menahan lengannya. "Aku wanita dewasa dan aku bisa menjaga diriku sendiri dengan baik. Mengerti, Tuan Hwang?" Imbuhnya sarat akan sarkasme.

"Ck! Menyusahkan, kau akan pergi kemana? Kuantar!" Hyunjin berujar penuh penekanan, tampak terpelatuk oleh kalimat yang wanita itu lontarkan. Sebab, Hyunjin tidak suka dibantah, ia benci kalah.

"Fuck you." Aeri mendengus kesal, ia benci pria. Ayahnya, kakak laki-lakinya, atau siapapun. Wanita itu akan selalu membenci sosok pria yang berlagak berkuasa atas dirinya, meremehkan dirinya. Tiga tahun menetap di Amerika semakin membuatnya tidak ingin kembali, entah ke Jepang tempat ia dilahirkan, atau bahkan Korea Selatan, tempat Ibunya berasal. Ia benci dua tempat yang selalu mengekangnya, selalu menempatkannya nomor dua hanya karena dirinya seorang wanita.

***

"Ini yang kau sebut bersenang-senang?" Tanya Hyunjin sembari menyeringai kecil. Atensinya beralih pada Aeri, wanita cantik yang membawanya ke Espoir, sebuah kasino mewah yang terletak di jantung ibu kota Korea Selatan. Ia tidak menyangka bahwa wanita berpenampilan anggun seperti Aeri juga senang mempertaruhkan uangnya di atas meja judi.

Aeri mengedikkan bahunya tak acuh, memilih mengambil pemantik dari dalam tas untuk menyalakan rokok yang sudah berada di ujung jarinya. Senyumnya mengembang lebar, membawa langkahnya masuk menuju kasino mewah bernuansa keemasan itu. Tatkala menuju pintu masuk, wanita itupun menunjukkan VIP membership dan Id card miliknya, sehingga ia dipersilakan masuk dengan mudah. Sementara itu, Hyunjin yang awalnya tidak tertarik untuk bermain kini pergi menuju mesin ATM untuk menarik sejumlah uang tunai.

Underlying Causes [hhj+jyi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang