Azlan Davindra Zyandru
Anak tunggal dari keluarga yang terpandang. Ayahnya seorang pengusaha sukses. Ia seorang pemimpin dari perkumpulan motor bernama AGRAZIE. Pintar dalam semua hal terutama matematika.
Alin Shaqueena Razeta
Anak kedua dari tiga...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Haii🙌🏻
Bagaimana kabar kalian?
Ada kesan apa hari ini? Baik buruknya harimu saat ini akan indah jika dikenang.
Kita kenang bersama ya.
Siap untuk bertemu kisah Azlan dan teman-temannya?
*****
Pagi yang cerah ditemani suara kicauan burung yang bersahutan. Matahari tanpa malu-malu menampakkan dirinya untuk menyinari bumi. Memerintahkan para manusia untuk beraktivitas seperti semestinya.
Tapi tujuan matahari tak berlaku bagi seorang gadis yang masih bergelung dibalik selimut tebalnya. Di sela-sela gorden di kamarnya, cahaya matahari mulai masuk. Jam menunjukkan pukul 06.15 WIB.
Deringan telfon membuat gadis tersebut terlonjak kaget, ia langsung menolehkan pandangannya ke arah jam dinding di meja belajarnya. Dan yeah! Matanya melotot lebar, bola matanya mungkin sebentar lagi keluar.
Sontak langsung saja ia lari terbirit-birit ke arah kamar mandi seraya menyaut handuk miliknya.
"Mampus, mampus bisa-bisanya bangun telat. Duhhh! Ini kalo punya pacar kayanya enak. Bangun dibangunin," oceh Gadis itu seraya melakukan ritual mandi kilatnya.
Selesai mandi, ia memakai seragam yang sudah tergantung rapih. Sangat cepat. Ia mengambil tasnya yang berada di atas meja belajar. Pukul 06.36 WIB.
Sekolahnya menutup gerbang pukul 07.15 dan waktu yang di tempuhnya sekitar 15-20 menit. Masih ada waktu, ia akan sarapan terlebih dahulu.
"Loh non? Belum berangkat? Bibi kira udah berangkat, makanya bibi gak bangunin," ujar Bi Sarom, ART yang bekerja sudah lama di rumah Alin.
Rumah Alin sangat sepi dikarenakan kedua orang tuanya sedang pergi ke Bandung. Maka dari itu tidak ada suara indah dipagi hari yang menyapa.
"Biasa Bi, telat bangun," cengir Alin seraya menyuapkan nasi goreng ke dalam mulutnya.
Alin mengecek jam di handphone-nya, pukul 06.45. Rasa panik kembali menerjang, tiba-tiba ia lupa pasti jam-jam ini jalanan sangat ramai oleh pengendara.
Tanpa menghabiskan nasi gorengnya ia bangkit dan mencium tangan Bi Sarom kemudian ia berlari ke arah garasi rumahnya untuk mengambil motor.
Sepatu hitam miliknya ia taruh di jog motor. Sedangkan kakinya tanpa alas kaki. Tak apa, ia pakai helm dan jaket jadi tak ada yang mengenalinya.
*****
Pikiran Alin benar. Jalanan sangat ramai, membuat ia harus lewat jalan tikus. Pukul 07.08 WIB ia baru memasuki gerbang sekolah. Memarkirkan motornya, dan berlari dengan menenteng sepatu miliknya.