Ketika aku masih kecil, aku tinggal bersama nenekku dan dia yang telah merawatku. Dia sangat sayang kepadaku, nenek selalu memasak makanan yang enak, menceritakan dongeng sebelum tidur, menemani aku bermain dan belajar, aku sangat menyayangi nenek lebih dari apapun.
Pada akhirnya, kebahagiaan kecil itu telah pupus. nenekku jatuh sakit, dan takdir berkata lain. Nenekku menghembuskan napas terakhirnya di rumah sakit. Aku menangis tersedu-sedu tak ikhlas ditinggalkan oleh orang yang paling ku sayangi.
Namun, Menangis tidak ada gunanya. Aku harus menyambung hidupku. Aku harus mencari cara untuk memenuhi kebutuhan hidupku sehari-hari. Setelah waktu pulang sekolah tiba, Aku pun ke sana-kemari melangkahkan kaki mencari pekerjaan yang bisa kulakukan di umur 12 tahun, hingga aku sudah tidak kuat untuk melangkah lagi. Mungkin hidupku akan berakhir di sini. Panas matahari yang menyengat, rasa letih kurasakan, dan rasa lapar membuat penglihatanku kabur dan berubah menjadi gelap.
Tidak lama setelah itu, aku merasakan sesuatu yang begitu menyegarkan melewati kerongkonganku. Aku membuka mataku dan terlihat di sebelahku ada seorang bibi membawa botol air dengan wajah cemas.
"Nak, kau sudah sadar? Ayo bangun," ucapnya.
"Apa yang terjadi?" ucapku.
"Kamu tadi pingsan, kamu sedang apa panas-panasan di sini?" Sepertinya Bibi itu akan menjatuhiku dengan segudang pertanyaan.
Aku tidak tahu harus menjawab apa, mungkin terdengar aneh jika ada anak kecil sepertiku mencari pekerjaan ke sana-kemari.
"Aku sedang mencari pekerjaan." mungkin aku harus berkata yang sejujurnya kepada Bibi itu.
"Hah? Cari kerja? Kamu kenapa mau cari kerja?Orang tua mu di mana, Nak?" balasnya.
"Orang tuaku udah gak ada," ucapku.
"Lalu kamu tinggal sama siapa?" ucap Bibi tersebut.
"Aku tinggal dengan nenek, namun nenekku sudah meninggal dunia seminggu yang lalu." Air mataku tidak bisa terbendung lagi ketika teringat nenekku. Aku menangis tersedu-sedu, tetapi aku berusaha untuk tidak menangis lagi.
Bibi itu tiba-tiba memelukku, mungkin dia merasakan apa yang telah aku alami selama ini.
"Pasti berat ya, kamu sudah melalui semua ini," ucapnya sembari mengelus-elus rambutku dengan lembut.
"Jadi kamu tinggal sendirian?" ucapnya.
"Aku tinggal sendirian di rumah nenekku," balasku.
"Tadi kamu bilang sedang mencari pekerjaan? Jika kamu mau, kamu boleh kerja di Toko roti punya Bibi. Masuk kerjanya di siang hari, jadi kamu bisa sekolah terlebih dahulu," Bibi itu menawarkan pekerjaan kepadaku.
"Wah, Terima kasih Bibi." Aku sangat bersyukur karena telah mendapatkan pekerjaan. Aku mengucapkan terima kasih kepada Bibi tersebut. Bibi itu pun tersenyum kepadaku.
"Nama Adek siapa? ucap Bibi tersebut.
"Namaku Yuki," balasku.
"Nanti dek Yuki pergi ke pinggiran taman desa, di sana ada Toko roti punya Bibi." Bibi itu memberikan alamat tokonya.
"Terima kasih Bibi, nanti setelah pulang sekolah, aku akan ke sana," ucapku dengan nada senang.
"Sama-sama, kalau begitu Bibi pergi dahulu ya. Kamu hati-hati di jalan." Bibi itu pun pergi menjauh.
...
3 tahun sejak aku mulai bekerja di toko tersebut, hari ini pun aku sedang bekerja seperti biasa. Lalu aku melihat Nora datang kemari. dia melirikan pandangannya ke sana-kemari melihat seluruh ruangan toko, sampai pandangannya mengarah kepadaku. Aku merasa gugup tetapi aku mencoba untuk menyapanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sahabat di Balik Monster
FantasiaYuki yang mengalami perundungan saat masih kecil, bertemu dengan Nora yang membuatnya diberi kesempatan untuk hidup bahagia. kebahagiaan itu tidak berlangsung lama setelah monster menyerang kota mereka. Mereka harus bertahan hidup dalam serangan mon...