Part Two

11 0 0
                                    

Setelah sampai kantin mereka mulai memesan makanan, dengan duduk di tengah-tengah keramaian. Innara melihat banyak mahasiswa/i yang sedang makan, mengobrol, bahkan ada yang sedang bermakeup.

Well tidak heran sih

"Na lo tau Zaskia?" tanya Resti.

"Engga" jawab Innara sambil mengikat rambutnya.

"Dia ketahuan jalan sama om-om dong, dan itu viral di id dong" Resti ini kalau soal gibah nomor satu, kadang Innara heran ko bisa ya dia punya sahabat macem lambe tura.

"Dia anak sastra inggris dan anak dprd katanya"

"Ti menurut aku ya" ucap Innara menjeda

"Kenapa kamu ga gabung aja sama tim lambe tura kampus" lanjutnya.

"Kamu tau kan aku ga suka gosip"

"Misi neng ini makanannya" ucap bapak kantin.

"Terima kasih pak" ucap Meraka berdua.

"Jadi percuma kalo kamu gibah ajak aku percuma" lanjut Innara.

"Huuuh emang dasarnya lo aja" ingatkan Resti untuk tidak menggosip bersama Innara. Karena kalian pasti tahu tanggapannya pasti

AKU GASUKA GOSIP MURAHAN.

"Yaudah makan aja deh" ajak Resti dengan tampang sedikit kesel. Mereka pun menikmati makan secara khidmat.



~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

"Abiaaaaaaan" teriak lelaki dewasa dengan wajah keselnya.

"Yallah nak kenapa kamu ada di kolam ikan" ucapnya dengan nada lesu.

Tengara Abhisar, lelaki berusia tiga puluh lima tahun itu menatap penampilan anaknya yang sudah kacau.

Sang anak merasa terpanggil menoleh melihat papahnya menjulang tinggi di hadapannya.

"Ihh papah jangan teriak" ucap anaknya.

Abiian Putra Tenggara, anak kecil berusia enam tahun itu sedikit kesel terhadap papahnya.

"Papah jangan ganggu aku" ucapnya dengan wajah keselnya. Dan melanjutkan kegiatan yang tertunda tadi.

Kalian tahu apa yang membuat Gara kesel, melihat wajah anaknya sudah kotor dengan lumpur dan jangan lupa bajunya yang basah.

"Abian naik keatas" titah Gara kepada sang anak.

"Ndak mau, Abiian mau ambil ikan itu papah" menunjuk ikan berwarna emas.

"Kalo kamu ga nurut, papah kirim kamu ke mamahmu" berhasil. Ancaman yang Gara berikan ke sang anak, membuat abiian langsung beranjak dari kolam ikan yang tingginya hanya dua puluh centi meter.

"Huuh ga seru " ejek Abiian dengan wajah cemberutnya.

Abiian trauma jika harus tinggal bersama ibunya, karena pernah dua tahun ia tinggal bersama Karina sang ibu, bukannya menyayanginya malah ia harus didewasakan oleh keadaan saat itu.

Karina dengan tega menyuruh Abiian berjualan dilampu merah, kadang di pasar malam, pagi malam Abiian yang harus jualan dan kerja apapun itu asal menghasilkan uang, pernah ia menjual plastik di pasar, tapi naas plastik yang ia jual tidak laku, sehingga membuat Kinara marah, dan menghukum Abiian dengan cara tidak diberi makan.

Katakan lah hidup Abiian kecil menderita jika harus tinggal bersama ibunya, diusianya yang kala itu
tiga tahun harus menjalani kehidupan kerasnya dunia.

"Mandi bersih Abiian" teriaknya melihat anaknya sudah sampai tanggal dengan air yang menetes di setiap lantainya.

Menuju dapur untuk memanggil salah satu asisten rumah tangganya bi Ani, untuk membersihkan lantai.

"Bi bersihkan lantai yang basah ya" suruhnya kepada artnya.

"Siap pak" jawab bi Ina.

Setelah itu Gara berjalan menuju kamarnya yang berada di lantai dua. Rumah ini sangat besar walaupun hanya dua tingkat, akan tetapi sayang karena penghuninya hanya ada Dirinya, anaknya dan lima pekerja lainnya. Sehingga membuat rumah besar ini sepi.

Orang tua Gara sendiri sudah meninggal enam tahun yang lalu, akbitan kecelakaan pesawat saat menuju Batam. Gara yang mendengar kabar bahwa orang tuanya salah satu korban kecelakaan tersebut hancur, kehidupannya hancur, belum lama sang istri meninggalkannya dengan membawa darah dagingnya, dikejutkan lagi dengan orang tuanya yang meninggalkan ia selama-lamanya .

Depresi kala itu, kerabat serta sahabatnya hanya bisa menyemangati dengan kata-kata. Mereka yang Melihat keadaan Gara turut prihatin.

Kamu harus bahagia dengan adanya kami atau tidaknya.

Bunda tahu kami pasti bisa melalui ini.

Anak bunda kuat ya.

Ayah sayang Gara.

Ketahuilah bahwa ayah dan bunda sayang Gara.

Mengingat kejadian beberapa tahun yang lalu membuta Gara sedih dengan mata berkaca-kaca, ia bahkan tak menyangka bisa sekuat dan setegar ini.

"Ayah bunda hanya kalian yang bisa Gara percaya, bahkan ketika Gara sedih kalian yang selalu sambut pelukan hangat buat Gara."

"Gara rindu kalian" ucapnya dengan wajah yang sudah menangis dalam lipatan tanganya.

Gara yang malang













NEXT OR NO

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 18, 2023 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

RAYUAN MAS DUDATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang