Bagian 8

28.6K 1.9K 7
                                    

"Lea..."

Kuangkat wajahku untuk melihat ke sumber suara itu. Suaranya sangat aku kenali. Dan suara itu sangat aku rindukan. "Papa?"

"Iya, sayang. Ini papa."

Aku berlari memeluk papa. Menenggelamkan wajahku di dada hangat papa. Dada pertama yang nyaman untukku. Dan aku suka posisi ini. "I love you, papa."

"I know, princess. Kamu baik-baik saja?"

"Tentu saja, papa. Aku ini anak papa, tidak pernah sekalipun tidak baik. Kekuatan papa sungguh luar biasa hingga aku selalu baik-baik saja."

Papa terkekeh dan mencubit pipiku gemas. "Ya, putri kecil papa ini sangat kuat. Papa bangga sama kamu, sayang. Bagaimana dengan mama? Apakah dia baik-baik saja? Papa sudah berusaha melakukan yang terbaik untuk melindungi mama, papa harap mama juga baik-baik saja."

Mama?

"Bukannya mama ada bersama papa?" tanyaku bingung.

"Ya, tadinya. Tapi karena kecelakaan itu, papa hanya ingin menyelamatkan mama saja. Bukankah kamu sudah bertemu dengan mama?"

"Apa maksud papa?"

"Maafin papa, sayang. Papa terlalu mencintai mama. Papa tidak ingin mama kenapa-napa, begitu juga dengan dirimu. Mama baik-baik saja, kan. Tolong jaga mama untuk papa, ya? Papa mohon."

Aku melepaskan kedua tanganku dari papa. Menatapnya heran. "Maksud papa apa sih?"

Kedua tangan besar papa merangkum wajahku. Sebuah kecupan terasa di keningku. Hangat. "Maafin papa, Lea. Papa tidak bisa berbuat apa-apa lagi, sayang. Tolong jaga mama, ya. Jadilah anak yang baik, papa akan mengawasimu dari jauh."

Papa memelukku erat, sangat erat. Kedua tanganku terangkat untuk memeluknya, tapi hampa. Aku malah memeluk diriku sendiri. Papa menghilang dari pelukanku.

"Papa... papa..."

Tidak ada balasan. Tidak ada jejak kalau papa baru saja ada di sini.

"Papa..."

Tubuhku luruh ke tanah. "Papa, Lea masih kangen sama papa. Papa dimana? Lea masih ingin memeluk papa. Kenapa papa malah ninggalin Lea? Lea minta maaf kalau ada salah. Lea masih ingin meluk papa. Papa..."

"Papa..."

"Ssstt, Lea..."

Elusan lembut di wajahku membuatku membuka mata. Bukan sosok papa yang kutemui, dia adalah om Devan. Dan posisiku kini sudah tertidur di sofa.

Tubuhku kupaksa untuk bangun, tapi lagi-lagi ditahan oleh om Devan. "Tidurlah. Aku akan menjagamu," bisiknya.

Tidak ada kata yang bisa kuungkapkan. Kedua tanganku malah terangkat untuk memeluknya. Om Devan memenuhi keinginanku, dia memelukku walau posisinya sedikit sulit. Usapan lembut di punggungku membuatku semakin nyaman dan bisa memejamkan mata.

Semoga saat bangun nanti, semuanya kembali menjadi baik.

Dekapan yang menghangatkan semalam masih terasa saat aku terbangun. Entah bagaimana caranya, om Devan ada di belakangku dan kami berdua tidur di sofa yang sempit ini.

Aku menarik nafas panjang, semuanya masih sama seperti yang semalam. Semua ini benar-benar nyata.

Hari ini upacara pemakaman papa dilakukan. Om Devan setia mendampingiku selama seharian. Berkali-kali memapahku saat tubuhku lemah dan hampir terhuyung. Air mata itu masih mengucur deras tak bisa kutahan.

My Young Uncle (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang