Bagian 9

29.2K 2K 8
                                    

"Ma, berjanjilah sama Lea kalau mama tidak akan pergi meninggalkan Lea," bisikku masih meremas tangan mama. Sesekali menciumnya dengan sayang. "Lea tidak akan kuat kalau mama pergi. Tidak ada tujuan hidup Lea lagi kalau mama meninggalkan Lea sendiri. Mama janji ya, mama akan kembali sama Lea nanti."

"Mama kamu akan baik-baik saja, Lea," kata tante Luna.

Ya, aku juga sangat berharap seperti itu. Dan nyatanya, beberapa jam yang lalu kondisi mama memburuk, membuatku semakin terpuruk.

"Apa yang terjadi dengan mama, dok?"

"Maafkan kami. Tadi kondisi pasien sempat memburuk, detak jantungnya semakin lemah. Padahal sebelumnya sempat membaik, sampai kami pikir kalau pasien akan bangun segera. Tapi ternyata hanya beberapa menit hingga itu menjadi sangat buruk."

"Lalu apa kemungkinan mama bangun semakin kecil?"

"Kami tidak bisa memastikannya. Mohon doanya, kami juga ingin yang terbaik dan terus melakukan sebaik mungkin. Ini masih terlalu singkat untuk menyerah. Pasien yang koma selama bertahun-tahun saja masih ada kemungkinan untuk bangun kembali selama mendapat dukungan dari keluarga. Jadi kami juga berharap demikian."

Aku menarik nafas panjang. Teringat kembali kata-kata papa dalam mimpi itu. 'papa menyelamatkan mama'.

Dan terbukti, mama masih ada di dunia ini sekalipun dengan kondisi yang sangat mengenaskan, sedangkan papa memilih untuk menyerah. Aku percaya papa, cintanya untuk mama tidak ada yang bisa menandingi. Bahkan saat nyawanya menjadi taruhan, dia masih menyelamatkan mama.

Ma, bangunlah. Jangan sia-siakan perjuangan papa yang mengorbankan nyawanya. Tidakkah mama ingin papa tersenyum di kejauhan sana saat melihat mama membuka mata lagi, tersenyum lagi seperti dulu. Mama juga mencintai papa, kan? Mama juga ingin papa bahagia, kan? Bangunlah, papa pasti sangat menginginkannya. Papa akan senang melihat pengorbanannya membuahkan hasil.

Ataukah mama lebih bahagia kalau pergi bersama papa? Apakah mama lebih ingin ada dengan papa di sana? Lalu bagaimana dengan putri kecil kalian ini. Aku bahkan tidak bisa mengurus diriku sendiri. Siapa yang akan menjagaku? Tidakkah mama kasihan pada putri mama ini?

Aku juga ingin mama bahagia, tapi aku tidak bisa ikhlas kalau harus membiarkan mama pergi untuk selamanya. Tidak secepat ini, ma. Pelajaranku untuk menjadi wanita tangguh belum selesai. Tugas mama untuk memberikan pelajaran itu belum tuntas. Mama harus menyelesaikannya.

Tidak ada tanda-tanda kalau mama mendengar jawabanku. Semuanya masih sama. Mama masih setia dengan tidur panjangnya. Bukankah itu melelahkan? Kenapa mama malah betah?

"Lea, aku ke kantor sebentar. Kamu tunggu di sini, aku akan menjemputmu nanti."

"Hm-mm."

Tinggal aku sendiri yang menjaga mama di sini. Tante Luna sudah kembali setengah jam yang lalu. Beliau juga punya urusan lain selain menjaga mama. Aku tidak bisa menahannya.

Ma, mama nggak kangen sama Lea? Padahal Lea sudah lebih baik loh. Tidak lagi berantem dengan teman sekolah. Tidak lagi suka marah-marah nggak jelas sama bi Eni. Tidak lagi suka mengganggu om Devan. Bahkan Lea berusaha menyelesaikan tugas Lea sendiri.

Lea juga sudah belajar keras, mempersiapkan diri untuk ujian nasional nanti. Mama juga pasti ingin kan melihat anak mama ini lulus dengan usaha sendiri? Aku akan membuktikannya, ma. Makanya mama bangun, lihatlah anak mama ini.

Apa mama melihat papa di sana? Papa semakin tampan tidak? Apakah dia menjadi buncit seperti bos-bos pada umumnya karena tidak lagi berolah raga? Atau kumisnya semakin tebal dan tidak dicukur dan rambutnya semakin botak? Bagaimana dengan kacamata bacanya, papa masih menyukainya?

My Young Uncle (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang