1. Ajuan Perceraian

444 84 281
                                    

"Ibu minta kamu segera menandatangani surat cerai ini dan segera tinggalkan Pandu. Minggu depan ibu akan kembali dan membantu Ryeya berkemas di sini."

Sikap angkuh itu sama sekali tidak membuat dia gusar. Kaki kanannya tetap setia tertutup dengan senyum elegan, matanya yang polos menyoroti Ibu mertuanya, "Kenapa ibu yang mengajukan gugatan ini? Seharusnya Mas Pandu sendiri yang memberikannya kepadaku. Secara, kami masih sah dihadapan hukum maupun agama."

Ibu mertua mendelik tidak terima. Dia menukikkan alisnya melihat perilaku tidak sopan dari menantunya ini. "Bukankah itu terserah Ibu? Jangan coba-coba kamu menggurui ibu, dasar wanita mandul!"

Senyumnya sama sekali tidak luntur, bahkan setelah mendengar makian dari ibu mertuanya. Wanita cantik malah sedikit terkekeh dan mengambil map coklat yang dilemparkan ke atas meja. "Aku akan bilang ke Mas Pandu akan hal ini, atau ibu yang bilang?"

"Dengar Pravara, jangan sesekali kamu menghasut Pandu untuk menarik gugatan ini. Biarkan dia bahagia! Dia tidak perlu hidup dengan wanita tidak berguna seperti kamu!" Ibu mertua beranjak dari duduk angkuhnya, yang langsung diikuti oleh seorang wanita muda di sampingnya.

"Ibu menyesal mengambil kamu menjadi menantu di keluarga kami. Kamu itu hanya bisa mengandalkan pembantu untuk urusan rumah tangga. Sudah tidak bisa bersih-bersih, tidak bisa masak, tidak becus merawat suami. Ditambah mandul, perempuan seperti kamu itu tidak pantas masuk keluarga besar kami!"

"Baiklah, aku hanya akan memberikan dokumen cerai ini setelah aku menandatanganinya dan menyerahkan pada Mas Pandu. Begitu, ibu?" Pravara menunduk melihat jam tangannya. "Atau ibu mau bertemu dengan Mas Pandu langsung? 10 menit lagi jam pulang kantornya, mungkin 20 menit lagi akan sampai di rumah, bagaimana?"

"Tidak. Ayo Ryera, kita pergi."

Rumah besarnya kembali sunyi. Pintu depan tertutup dengan kasar oleh ibu mertuanya, juga bersama dengan wanita yang akan menjadi istri baru suaminya kelak.

Pravara mendengus, "Cerai saja belum, sudah ada penggantinya. Hebat sekali Mas Pandu, langsung memiliki pengganti." Wanita itu menurunkan kakinya yang sejak tadi kaku, juga senyum palsunya.

Wajah cantik dengan mata coklat bening itu menatap lama pigura besar di hadapannya. Sebuah foto berukuran besar yang berisi dia dan suaminya, saat pernikahan mereka 5 tahun yang lalu.

Huh, Pravara tidak menyangka hubungan yang dia jalani dengan kosong ini bisa berjalan sesuai dengan apa yang diharapkan. Tidak ada pertengkaran, karena mereka berdua jarang bertemu. Serta tidak ada kecemburuan, karena mereka tidak saling mencintai.

Pernikahan ini adalah pernikahan bisnis yang kedua orang tuanya lakukan. Umurnya waktu itu masih 23, baru lulus dari universitas besar di Jerman. Dia ditarik pulang dan langsung dinikahkan.

Pravara yang saat itu masih belia tidak mengerti apa yang dimaksud dengan sebuah pernikahan. Yang ada dalam otaknya hanyalah, banyaknya rencana karir dan bersenang-senang teman-temannya.

Di saat dia sedang bingung memikirkan apa yang akan dilakukan dia setelah menikah nanti, tiba-tiba Pandu, laki-laki yang dijodohkan dengannya mengaku mencintai orang lain dan tidak tertarik dengan pernikahan ini.

Laki-laki itu hanya mencintai bisnis dan sesuatu yang teratur dengan baik. Pandu tidak menyukai sesuatu yang berantakan sekalipun hanya tentang ketidak kesengajaan. Dia seseorang yang cermat dan sangat berdedikasi dengan yang namanya asosiasi. Namun, dia bukanlah orang yang mudah tersenyum dan bersenang-senang dengan orang lain.

Pravara ingat sewaktu dia dan Pandu diberikan jatah bulan madu selama dua Minggu di Jerman. Laki-laki itu sama sekali tertarik untuk berkenalan dengan teman-temannya, sepanjang hari dia hanya sibuk dengan pekerjaan dan laptopnya.

Sweet Divorce [On Going]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang