Bab. 3 : Rindu

305 32 9
                                    

Serangan itu menembus jantungku, perlahan pandanganku kian memudar. Suara jeritan teman-temanku perlahan mulai hilang, seolah hidupku sudah direbut oleh pedang hitam itu.

Sriiiinggg.....

Saat kesadaranku memudar, cahaya hitam muncul dari jantungku. Dapat kurasakan getaran yang luar biasa dan detakan jantung yang tidak normal. Hawa dingin mulai menyelimuti diriku, disertai kabut hitam.

Pedang panjang itu perlahan berubah dan masuk ke dalam jantungku. Aliran energi mulai mengalir masuk ke dalam tubuhku, yang sedang melayang di udara. Energi hitam yang mengerikan nan misterius itu, mampu membuatku merinding ketakutan.

Lalu tak lama kemudian, aku terjatuh ke atas lantai dan kegelapan langsung menghampiriku, meninggalkan suara berisik di luar sana.

•••

"Hei, Boboiboy. Apa orang tuamu tidak bisa datang lagi?"

Aku melihat diriku sedang berjalan pulang sekolah bersama teman-temanku. Ini adalah ingatan di saat sebelum aku kembali ke Tapops, sebuah memori sebelum season ke dua dimulai.

"Yah, kau sudah tau sendiri kan Gopal."

Terlihat sosok diriku yang membalas ucapan itu dengan wajah murung, perlahan hatiku jadi tersayat melihatnya. Merasa sedih melihat diriku sendiri yang selalu ditanya kemana orang tuaku, namun tak dapat kujawab dengan pasti.

Jantungku mulai berdetak kencang dan hatiku terasa perih. Aku memang merindukan keluargaku, namun di saat yang sama aku merasa seperti kesepian. Hati nurani ini selalu terasa sakit, setiap kali memikirkan mereka yang tak kunjung pulang.

Air mata mulai membasahi wajahku, samar-samar aku mendengar seseorang memanggil namaku. Suaranya terdengar sangat familiar. Ya, itu adalah suara teman-temanku.

"Boboiboy...."

Aku mencoba membuka mata ini perlahan, cahaya yang terik mulai menyapaku. Aku mengejapkan mata, mencoba membiasakan diriku dengan sinar mentari.

Dapat kulihat ada Ochobot yang berada di sebelah diriku, sedang menatapku dengan ekspresi khawatir. Di belakangnya terdapat empat sekawan yang berdiri tak jauh dari Ochobot.

"Kalian..."

Aku berusaha bangun, namun langsung dicegah oleh kawan baikku, Ochobot.

"Tunggu, jangan bangun dulu. Kau baru saja sembuh."

Sayangnya aku tidak terlalu suka tiduran, ketika ada banyak orang di sekitarku. Jadi aku bersikukuh untuk tetap bangun.

"Tidak apa, aku sudah lebih baik kok."

"Apanya yang lebih baik? Kau bahkan baru saja menangis," ujar Gopal.

Fang segera menyenggol Gopal dengan sikutnya, memberikan kode agar tidak mengucapkan kalimat itu. Sayangnya meski anak tersebut paham, dia adalah anak yang terlampau jujur.

"Apa? Aku benarkan?"

Ketiga kawanku hanya menatap Gopal dengan ekspresi datar nan kesal ke arahnya, sedangkan diriku terkekeh pelan melihat kelakuan mereka.

"Aku sungguh sudah tidak apa," ujarku menyelesaikan perdebatan itu.

Perdebatan mereka mungkin telah usai, tapi tidak denganku. Karena setelah mereka berempat selesai bicara dengan Gopal, kali ini akulah yang kena getahnya.

"Hei, tidak apa darimana? Kamu baru saja ditusuk di jantung belum lama ini, yang begitu dibilang tak apa?" Ying mulai memarahiku disusul oleh Yaya yang berdiri di sebelahnya.

My FamilyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang