Derai hujan terdengar dari luar kamar Alan, tubuhnya yang sakit membuatnya merintih. "Sakit... Lebih baik Alan ngga usah ikut ayah lagi......" Rintihnya pelan, tubuhnya banyak bekas cambukan. Ditambah badannya yang juga disiram oleh air, semakin perih rasanya.
Ya. Alan diambil kembali oleh Ayahnya. Tiba tiba saja sang ayah menghampiri rumahnya yang dulu menjadi rumah hangat keluarga. Mengatakan bahwa ayahnya sudah menikah lagi, dan ingin mengambil Alan menjadi tanggung jawabnya kembali.
Awalnya Alan menolak, ia tahu betul sifat keras ayahnya. Ditambah lagi saat mengetahui sang kakak, meninggal karna siksaan ayahnya.
Tetapi bagaimana lagi? Ayahnya menjanjikan hidup yang indah, membuat Alan berpikir dua kali dan akhirnya menyetujui bahwa ia akan menjadi tanggung jawab sang ayah. Lagi.
"Ayah bohong! Alan ngga pernah diperlakukan layaknya sang anak, Alan diperlakukan layaknya budak!" Ia Berteriak menumpahkan rasa sesak di dadanya.
Tok tok tok
Pintu terbuka pelan, "Harsa.." Ya, Harsa yang datang.
Harsa mendekati Alan, mengambil kotak P3K di meja belajar Alan. "Lo ga papa, Lan? Ke rumah sakit aja ayo! Keadaan lo terluka parah!" Harsa mengoceh sembari membersihkan luka luka ditubuh alan, melihatnya saja, Harsa bergidik ngeri.
"Bokap lo keterlaluan, Lan. Lo bisa aja laporin polisi tentang semua tindakan ayah lo! Gua ga tega liat lo diginiin terus, Alan bogjese aikasha!" Bagaimana Harsa tak marah? Melihat sahabatnya terluka parah seperti itu, ditambah sang ayah tak bertanggung jawab atas semua perbuatannya.
Alan terkekeh pelan, "Gua ngga papa, Sa. Ngga usah khawatir, gua udah biasa kayak gini" Balasnya tersenyum mengarah ke Harsa.
Plak!
Harsa menampar sedikit pipi Alan, "Bisa bisa nya lo masih ketawa?!" Harsa menggeleng kesal, Alan orang ter-Aneh yang pernah ia temui.
Malam itu dihabiskan oleh ocehan panjang Harsa, dan kekehan pelan Alan.
Alan sudah SMP kelas 2 sekarang, bersama Ario dan Harsa tentunya. Ketiganya berteman baik hingga saat ini.
Oh iya, Alan pun sudah memiliki ponsel. Diberikan oleh sang ayah untuk belajar. Tetapi tentu saja Alan menggunakan untuk yang lainnya, termasuk menyimpan nomor Harsa dan Ario. Malam itupun ia menghubungi Harsa untuk membantunya.
"Kantin kuy!" Teriak Harsa saat bel istirahat pertama berbunyi, Alan mengangguk. "Kuy, Jajanin gua tapi ya!"
Harsa melotot, "Enak aja lo! Ngga mau ya!" Alan menatap tajam Harsa, "Pas kita baru temenan aja lo rajin banget traktirin gua dikantin! Masa pas udah setahun temenan malah jarang nraktir gua?" Alan mengingat ingat bahwa ia suka ditraktir oleh harsa saat masih kelas 1.
Ario terkekeh, "Udah si, berantem mulu kaya Tom And Jerry aja kalian!" Celetuk Ario, dia berjalan mendahului Alan dan Harsa.
"TUNGGUIN GUA MONYET!" Harsa berteriak sambil mengejar Ario yang semakin jauh, meninggalkan Alan dikelas sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dari A untuk Y
RomanceYor, izinin gua nyusul lo ya? Disini terlalu berat buat gua, gua ngga sanggup sama semuanya. Tunggu gua disana, oke? Secepatnya gua bakal samperin lo biar ngga kesepian lagi -𝘈𝘭𝘢𝘯, 𝘋𝘢𝘳𝘪 𝘈 𝘶𝘯𝘵𝘶𝘬 𝘠