Bagian 2. Kepindahan
.
Aku kelabakan setelah membaca pesan dari minhyun, pasalnya kepindahan ku yang sudah dijadwalkan tiga hari lagi justru diganti, dan sialnya hari nya adalah besok.
Satu persatu pakaian sudah aku masukkan ke dalam koper, begitu pula dengan beberapa buku dan peralatan make up Ku. Tidak semua nya memang aku bawa, karena itu akan menyulitkan fikirku.
Helaan nafas berat keluar dari mulutku seiring selesainya kegiatan berkemas yang aku lakukan. Tiba-tiba handphone ku berdering, ternyata Bona.
"Haii bonaaaa"
"Jis, kamu berangkat besok kan?" Tanya nya dengan wajah sendu, ya soalnya memang kami terbilang cukup dekat.
"Iyanih, baru aja selesai kemas-kemas" sahutku sembari mengarah kan handphone memperlihatkan koperku.
"Hufh, gaada lagi deh temen gibahku di kantor"
Aku terkekeh, "Masih ada seulgi, atau yunhyeong. Kalau nggak minhyun juga bisa sih" jawabku bercanda
" Gila aja kamu jis, modelan minhyun diajakin gibah" Jawabnya sembari tertawa keras.
Brak
"Lagi ada orang ya jis dirumah kamu?" Tanya nya saat mendengar suara benda jatuh dari belakangku.
Aku menggeleng, belum sempat menjawab Bona kembali bersuara.
"Kok kamu gapernah bilang kalau kamu tinggal sama cewek juga jis?"
Mendengar ucapan bona barusan aku langsung menoleh, mencoba melihat apa yang bona lihat sehingga ia berbicara seperti itu. Kulihat dia disana, sedang berlalu lalang entah apa tujuannya.
"Ooh itu kebetulan temen di wilayah apartemen aku, eh yaudah telpon nya aku tutup dulu ya bon" ucapku.
Bona mengangguk
"Yaudah, istirahat gih. Besok perginya hati-hati ya. Jangan lupa sering-sering tukar kabar ya, byeee jisoo" Ucapnya seraya melambaikan tangan, kemudian panggilan video langsung terputus.
Selesai dengan panggilan video bersama dengan Bona, aku berjalan keluar kamar. Ternyata benar, suara benda jatuh itu berasal dari vas bunga plastik milikku.
"Kak jisoo"
Aku terperanjat kaget, ku elus dadaku sekilas lalu membalikkan tubuh ke belakang.
"Kenapa?" Tanya ku pelan, Kulihat dia hanya menggeleng sembari tertawa.Ternyata makhluk seperti mereka memang jahil.
Aku menghela nafas, kulihat sekali lagi apartemen yang sudah ku tinggali selama tiga tahun ini.
"Sini saya bawakan" minhyun meraih koper milikku, aku tersenyum menyahuti.
Ya, setelah mengabari ku kemarin minhyun memberitahu juga bahwa dia sendiri yang akan mengantarkan ku langsung.
"Perjalanan nya akan lama, kamu bisa tidur kalau capek. Nanti kita juga bakal berhenti beberapa kali untuk istirahat" ucapnya saat mobil yang dia kemudikan sudah maju.
Aku mengangguk, "Kaya nya ini perjalan terlama yang bakal aku punya" titahku.
Minhyun tertawa kecil, "Memang selama ini kamu belum pernah pergi jauh?"
Aku hanya menggeleng.
Setelah percakapan singkat tadi, tidak ada perbincangan apapun lagi antara kami. Memang kami tidak sedekat itu, tapi ucapan dia beberapa hari yang lalu membuat aku sedikit canggung dan berfikir, apakah benar minhyun dan aku?? Ah tidak bukan.
Kekehan kecil keluar dariku, bagaimana bisa aku mempercayai ucapan nya.
Kurang lebih perjalanan sudah kami tempuh selama tiga jam, tubuhku mulai lelah, mataku pun mulai mengantuk. Ku sandarkan tubuhku pada sandaran kursi, serta kepala ku yang aku sandarkan pada jendela disampingku.
[✓]
Minhyun menoleh ke arah gadis disampingnya, gadis itu tertidur. Diraihnya tangan kanan milik jisoo, sesuatu dibalik pergelangan tangan nya terlihat.
"Aku harap kamu baik-baik aja, sayang" ucapnya lirih. Dielus nya Surai hitam jisoo dengan lembut, lalu satu kecupan mendarat di kening gadis itu.
Minhyun menjauhkan dirinya dari jisoo saat dirasa sesuatu di dalam dirinya mulai bergejolak. Mobil yang dikendarai nya ia hentikan di tepi jalan.
Dengan hati-hati minhyun turun dari mobilnya, sebisa mungkin tidak menimbulkan keributan agar tak mengganggu jisoo yang masih terlelap.
Bahu minhyun mulai bergetar, dia menutup wajahnya menggunakan tangan. Berjongkok disamping mobilnya, sembari menyandarkan diri disana.
Isakan kecil mulai terdengar, dadanya terasa sesak. Ia ingin egois, membawa pergi gadis ini sejauh mungkin, tapi disisi lain dia tak ingin melakukan kesalahan lagi dengan melawan takdir.
"Minhyun, ada apa?"
Mendengar suara lembut mengalun di samping nya, minhyun segera bangkit. Dia memalingkan wajah untuk sekedar menghapus jejak jejak air mata nya yang sempat keluar.
"Tidak ada, aku hanya istirahat sebentar. Apa aku menganggu tidurmu?" Tanya nya yang dibalas gelengan dari jisoo.
"Istirahat lah di dalam, udara nya dingin. Nanti kau bisa sakit" tutur jisoo sembari meraih tangan minhyun, menuntun nya untuk kembali masuk kedalam mobil.
Menempuh perjalanan selama delapan jam lamanya, akhirnya kami tiba di tempat tujuan. Aku mengedarkan mataku, melihat sekitar. Tidak terlalu buruk.
Udara yang segar karena banyak nya pepohonan, rumah rumah yang terbilang memiliki model bangunan yang unik, serta jarang nya ada bangunan tinggi seperti di kota.
Aku mengikuti minhyun yang turun saat kami tiba dihalaman parkir sebuah gedung. Ini gedung tinggi pertama yang aku lihat disini, "Apa ini kantor nya?" Tanya ku.
Minhyun menoleh, "Bukan, ini apartemen tempat tinggalmu" aku mengangguk mengerti
"Permisi, kamar 128" ucapnya saat berhenti di depan meja resepsionis.
Namun yang jadi perhatian ku saat ini bukan itu, melainkan tangan minhyun yang sedang menggenggam erat tanganku.
Entah kenapa, rasanya aku merasakan sesuatu yang lain di dalam sana. Seolah jantungku berdetak lebih kencang dari biasanya.
"Cowok itu, kaya nya naksir kakak"
Aku menggeleng pelan, ketika lagi-lagi ucapan dia terngiang di kepala ku.
"Ini" minhyun meletakkan kunci yang aku tau sebagai apartemen tinggalkan dari perusahaan.
"Jaga diri baik-baik, Kapan pun kamu butuh bantuan saya jangan sungkan buat hubungi saya ya"
Aku menatap minhyun dalam dalam, ucapan tulusnya seolah mendorong ku untuk melakukan sesuatu yang lain.
Benar saja, entah mendapat keberanian dari mana aku kini sudah memeluk erat tubuhnya. Ada kenyamanan disana, apalagi ketika aroma khas miliknya tercium jelas olehku.
"Terimakasih banyak, pak minhyun"
--Rose's--
.
©® titisembun
2023
KAMU SEDANG MEMBACA
Rose's
Mystery / Thrillerpembohong , kau adalah iblis yang sesungguhnya Lee Taeyong.