Kyungsoo terpaku di tempatnya, boneka beruang besar di tangannya jatuh. Pemuda itu yakin betul dia kenal dengan gadis di hadapannya. Dia memang mengenal gadis itu. Gadis yang dirindukannya selama bertahun-tahun, yang membawa sakit yang hebat bagi Kyungsoo. Entah Kyungsoo harus merasa senang, atau justru sedih. Siapa lagi ... siapa lagi yang memanggilnya dengan sebutan Si Aneh Do kalau bukan Jeruk Bulat Besar-nya?
Jeruk Bulat Besar ... apa itu kau?
Gadis itu berhenti, nyengir dengan santainya. "Ya! Bonekamu jatuh." ujarnya dengan santai, lalu memungut boneka besar itu. "Hm, harum jeruk!" dia bergumam dengan santai. Tapi perhatian gadis itu kembali pada Kyungsoo. "Kau kenapa?" tanyanya.
Kyungsoo hanya terdiam, menatap gadis itu lamat-lamat. Dia cantik sekarang. Tapi masih tak berani mengeluarkan sepatah kata pun. Suaranya berhenti tepat di kerongkongan, rasa sedih mencekiknya, namun rasa senang sempurna mengukungnya. Dia ... Jeruk Bulat Besar-ku cantik sekali.
"Kau kenapa?" tanyanya lagi.
"Justu kau yang kenapa?" Kyungsoo balik bertanya. "Kenapa kau di sini? INI BUKAN TEMPATMU!!" Kyungsoo berteriak keras sekali, mengeluarkan segala emosinya yang dari dulu dikubur dalam-dalam. Ini hanya halusinasi liarku, dia memang tak seharusnya hidup.
Malam memang sudah larut – tapi lampu-lampu menyala lagi, pintu dan jendela terbuka sedikit, memperlihatkan kepala-kepala yang menyembul di balik pintu. Penasaran dengan apa yang Kyungsoo lakukan di sana. Bagi mereka, Kyungsoo hanya berteriak pada udara kosong.
"Ini aku ... aku, Si Aneh Do. Aku, Jeruk Bulat Besar –Han Eunri,"
Kyungsoo tahu. Bahkan sangat tahu. Karena perasaan yang mengukungnya amat nyata. Bahkan Kyungsoo mengenali logatnya dengan tepat, setelah sekian tahun berlalu. Halusinasiku, ini hanya halusinasi. Karena aku terlalu stress, aku terlalu lelah. Tidak mungkin orang yang sudah mati kembali lagi.
"Hei ... Aneh, aku di sini." ujar Si Gadis lirih. Merasa diacuhkan oleh Kyungsoo.
Kyungsoo berbalik, melanjutkan jalannya yang tertunda. Setelah sebelumnya menarik boneka besar itu secara paksa. Rumahnya sudah tidak jauh lagi. Tapi dalam jalannya, Kyungsoo masih sibuk berpikir. Bagaimana mengenyahkan halusinasi ini?
"Aku pulang!" Kyungsoo membuka pintu. Tapi hanya sepi yang menyapanya –tak masalah. Pemuda itu mengambil langkah menuju kamarnya, mulai menyendiri lagi.
"Oh, jadi ini kamarmu, ya?"
Suara itu terdengar lagi di telinga Kyungsoo. Rasanya benar-benar nyata. Halusinasi tidaklah senyata ini. Kenapa kau muncul lagi? Untuk menyiramku dengan air garam, huh?
-o-
Park Chanyeol dan Park Miyoung
Pemuda bertubuh jangkung itu buru-buru menyopot apron dari tubuhnya. Mencuci tangan, merapikan lagi rambut hitamnya, memasang soft lens, dan buru-buru naik ke lantai dua. Pemuda jangkung itu mengetuk pintu kamar adiknya.
"Miyoung, ini Oppa. Aku tinggalkan sarapan dan uang hari ini di meja makan. Jangan sampai telat ya!" pemuda itu buru-buru meninggalkan rumah. Bahkan tanpa sempat mendengarkan sahutan adiknya.
Miyoung, Sang Adik baru saja keluar kamar, dengan seragam lengkap. "Ya ... Chanyeol, kenapa selalu buru-buru?" tanyanya. Tapi hanya senyap yang menjawab. Rumah itu baru saja sepi, hanya ada dia.
Miyoung turun dari kamarnya. Menyantap sarapannya dalam diam. Pikirannya kosong. Chanyeol selalu berangkat buru-buru, pulang larut malam. Selalu seperti itu, sejak dia sudah di sekolah atas. Aku selalu sendirian. Benar-benar sendirian.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dont [EXO D.O Fanfiction]
Fanfiction[REPUBLISH] Inspired by Ano Hana. Anak itu ... sekarang menjelma menjadi dewasa. Entah bagaimana caranya. Terlalu mengagetkan, untuk hidup Si Pemuda yang sempurna berubah. Insiden itu, mengubah segalanya.