"Aku tidak hilang ...," gadis itu merentangkan tangannya. Nyengir tanggung ke arah Kyungsoo.
"Apa tidak hilang?" tanya Chanyeol. Kyungsoo menggeleng. "Kenapa?" Chanyeol bertanya lagi.
Miyoung menatap bingung. Sementara Baekhyun masih sibuk menyeka air matanya. Semua kejadian ajaib ini begitu nyata, dan membingungkan. Bahkan mereka tak lagi dapat membedakan mana yang kenyataan, dan mana yang mimpi.
"Jeruk Bulat Besar ... bukankah sudah kami temukan abumu?" tanya Miyoung. "Kenapa ku masih ada di sini?" dia bertanya lagi. Eunri melihat ketiga temannya, bingung hendak menjawab apa.
Mereka menepis kenyataan bahwa mereka gagal. Mereka justru turun untuk menemui Tuan Rumah, ingin pamit. Tapi tidak satu pun dari mereka menemukan Tuan Rumah.
"Ini aneh, dia di mana?" Baekhyun bertanya. "Nyonya Pelayan, kau tahu sesuatu?" pemuda itu bertanya pada Pengasuh Cha.
Pengasuh Cha mengangguk. "Ouji-sama pergi dengan mobilnya. Saya tidak tahu ke mana," jawab Pengasuh Cha.
Kyungsoo masih sibuk menggenggam tangan Eunri. Pemuda itu benar-benar bingung. Bukan hanya dia saja, tapi yang lainnya juga. Chanyeol yang tertua bahkan hampir mengira dirinya gila. Miyoung bahkan tidak dapat mempercayai siapa-siapa lagi, dunia ini memang aneh. Sementara Baekhyun berbeda, dia mempercayai Kyungsoo dengan segenap hatinya.
-o-
Han Hyunchan masih di sana, duduk di tengah hamparan bebungaan. Meratapi nasibnya. Mungkin dia kaya, mungkin dia tampan, mungkin dia sempurna, tapi setelah insiden itu ... hampir seluruh jiwa Hyunchan hilang.
Saat itu ...
Hyunchan mengepak pakaian ke dalam koper. Bukan. Bukan dia yang ingin pergi, tapi adiknya. Dengan senang hati Hyunchan membantu. Bukankah adiknya itu adik satu-satunya? Tentu dia sangat menyayanginya. Bagi Hyunchan, adiknya adalah segalanya. Tidak ada yang boleh membuatnya menangis, atau mungkin gigi orang itu akan rontok.
"Oppa ... Ri akan terbang lagi!!" anak kecil itu masuk, merentangkan tangannya dan berlarian. Mengandaikan dirinya adalah pesawat. "Oh ya Oppa, kenapa Oppa tidak ikut?" tanya anak itu. Ah, Han Eunri.
"Oppa masih punya urusan di sini, jadi Ri saja yang pergi, Oppa akan menyusul!" sahut Hyunchan.
Eunri mengangguk-angguk. Sok paham. "Oppa, Ri sudah bilang pada Si Aneh Do, Suara Merdu, Oppa yang Tinggi dan Tampan, dan Sahabat Baik, kalau Ri akan terbang ke Osaka!!" jelas Ri, wajahnya sumringah.
"Oh ya?" Hyunchan ikut senang mendengarnya. Apalah arti yang lainnya dibanding senyum sumringah adiknya itu.
Hari penerbangan tiba.
Hyunchan mengantar Eunri sampai ke bandara. Eunri berangkat bersama Pengasuh Cha, pengasuhnya. Pemuda itu mengukir senyuman, mengusak pelan rambut Eunri. "Jaga dirimu ya? Kembali dengan selamat!" ujar Hyunchan.
Eunri nyengir. Seperti andalannya. "Tidak janji!" balasnya.
Yang Hyunchan tahu, dia melihat tubuh adiknya berlarian di tengah-tengah tubuh yang lebih besar dari tubuhnya. Hyunchan hanya tahu adiknya senang. Hyunchan tidak tahu apa yang terjadi selanjutnya.
Selang beberapa jam Hyunchan berdiskusi dengan teman-teman klubnya, pemuda itu berjalan santai. Dia berhenti di televisi layar lebar yang dipasang di gedung tertinggi di kota itu. Televisi yang selalu menayangkan berita. Tadinya tidak menarik. Sampai itu menjadi menarik.
Apalagi kalau bukan berita itu ...?
Hati Hyunchan mencelos mendengar nama yang disebutkan dalam daftar tewas.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dont [EXO D.O Fanfiction]
Fanfiction[REPUBLISH] Inspired by Ano Hana. Anak itu ... sekarang menjelma menjadi dewasa. Entah bagaimana caranya. Terlalu mengagetkan, untuk hidup Si Pemuda yang sempurna berubah. Insiden itu, mengubah segalanya.